Penyebab Narsisme

Penyebab Narsisme

Barangkali, meriahnya situs-situs jejaring sosial seperti facebook, misalnya, memberi ruang bagi banyak orang buat mengekspresikan dirinya, dengan cara dan karakteristiknya masing-masing. Termasuk, menjadi ajang narsis. Update status nggak krusial dan lebay , upload foto-foto gaya, memamerkan aneka hal, nan boleh jadi "tidak penting", bagi banyak orang, ialah sikap narsis di wilayah jejaring sosial.

Narsisme sendiri ialah kondisi psikologis didefinisikan sebagai obsesi diri. Sementara tak semua bentuk cinta-diri atau self-bunga destruktif, kasus-kasus ekstrim dapat sangat merusak dan bisa didiagnosis sebagai gangguan kepribadian narsistik (NPD). Dalam hal ini, gangguan nan ditandai dengan kurangnya ikut merasakan terhadap orang lain, kesamaan sadis atau destruktif, dan suatu keharusan buat memenuhi kebutuhan pribadi di atas semua tujuan lainnya.

Orang nan menderita NPD cenderung mengalami kesulitan membangun atau memelihara persahabatan, interaksi keluarga dekat, dan bahkan karir. Sekitar 1% orang memiliki kondisi ini, dan sampai 3/4 dari mereka nan didiagnosis dengan gejala itu berjenis kelamin laki-laki.



Asal Muasal Kata Narsis

Kata narsis dimulai dari legenda tentang Narcissus, seorang anak dewa sungai. Dia demikian tampan sehingga membuat banyak gadis tergila-gila. Salah satu gadis nan tergila-gila itu ialah gadis cantik bernama Echo. Echo jatuh cinta pada Narcissus dan selalu mengikutinya kemana-mana. Singkat kata, Echo menyatakan cinta pada Narcissus, namun ditolak. Karena sedih Echo pun menghilang.

Melihat tingkah Narcissus, membuat gerah Dewi Nemesis, sang Dewi pembalasan. Dia mengutuk Narcissus agar jatuh cinta pada dirinya sendiri. Dan kutukan itu terjadi, ketika Narcissus sedang berkaca pada pantulan air, dia terpesona oleh dirinya sendiri. Narcissus berusaha buat mencium dirinya sendiri, tapi sebab terlalu dekat dia pun terjatuh ke dalam sungai dan tewas. Begitulah singkatnya, berdasarkan legenda tersebut kata Narsis diambil. Intinya adalah, bahwa narsis merupakan perasaan cinta nan hiperbola terhadap diri sendiri.



Gejala Narsisme

Tanda-tanda narsisme sering berputar di sekitar persepsi seseorang tentang dirinya sendiri dibandingkan dengan orang lain. Mereka dengan kasus nan parah seringkali percaya bahwa mereka secara alami superior dari orang lain atau bahwa mereka memiliki kemampuan nan luar biasa.

Mereka mungkin memiliki kesulitan ekstrim mengakui kelemahan pribadi, namun juga memiliki harga diri nan rapuh. Orang narsis juga sering percaya bahwa mereka tak benar-benar dihargai, dan bisa rentan terhadap ledakan kemarahan, cemburu, dan membenci diri sendiri ketika mereka tak mendapatkan apa nan mereka merasa mereka layak.

Orang narsis juga cenderung mengikuti pola konduite tertentu. Mereka mungkin memiliki Norma diskusi memonopoli, menjadi tak sabar dengan situasi nan berfokus pada orang lain, atau melebih-lebihkan pendayagunaan pribadi buat perhatian. Dalam hubungan, kondisi sering muncul sebagai kecemburuan dan ketidakmampuan buat melihat sudut pandang nan berbeda.

Seseorang dengan NPD mungkin mengalami kesulitan buat memahami mengapa orang lain tak dapat hanya ada sinkron dengan aturan-Nya, ketika hayati tak bertepatan dengan rencananya, perasaan marah dan depresi bisa dengan cepat mengikuti.



Penyebab Narsisme

Menurut beberapa psikoanalis, hampir semua orang mulai hayati dengan beberapa derajat obsesi diri. Sejak bayi dilahirkan tidak berdaya, kebutuhan fisik dan emosional harus ditangani oleh orang-orang di sekitar mereka.

Dalam pikiran bayi, hal ini diterjemahkan menjadi sebuah keyakinan nan dipegang teguh bahwa ia ialah pusat dunia, nan dikenal sebagai narsisisme primer. Keyakinan ini biasanya ditinggalkan sebagai anak-anak tumbuh dewasa dan menjadi lebih mandiri.

Ketika seorang anak pertama kali mengalami situasi nan menyebabkan perasaan kekecewaan dan penolakan, ia mungkin jatuh kembali ke dalam narsisme utama sebagai wahana mengelola emosi.

Anak nan lebih besar sementara mungkin resor buat bicara bayi, mengompol, atau konduite bayi nan lain, sebab ini merupakan waktu dan loka di mana anak merasa aman. Sebagai pematangan emosi terus, kebanyakan anak tumbuh melampaui obsesi diri, menemukan cara nan lebih efektif buat mengatasi kekecewaan.

Dalam beberapa kasus, bagaimanapun, ketidakmampuan buat beradaptasi perasaan sebagai orang dewasa bisa menyebabkan narsisme sekunder, nan bisa berkembang menjadi NPD.

Penyebab niscaya dibalik NPD tak sepenuhnya dipahami. Beberapa psikolog percaya seumur hayati masalah penolakan dan ditinggalkan bisa menciptakan pola konduite terobsesi diri nan berkembang menjadi gangguan kepribadian. Dalam beberapa kasus, dokter bisa menghubungkan pola narsisme ekstrim buat peristiwa traumatis pada awal kehidupan, seperti kematian orang tua atau kekerasan fisik atau seksual.

Dokter lain percaya bahwa genetika mungkin memainkan peran krusial dalam pengembangan kondisi ini, beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang-orang eksklusif mungkin hanya terprogram buat jenis gangguan kepribadian.



Efek Narsisme

Orang dengan gejala ringan mungkin sebenarnya kegunaan dari diri mereka tertarik kecenderungan. Menurut beberapa penelitian, narsisis ringan cenderung mengalami lebih sedikit stres, keraguan diri, dan penyesalan daripada non-narsisis. Perasaan diri mereka krusial dan kekebalan membuat mereka kurang rentan terhadap depresi, dan membuat mereka lebih mungkin buat mengejar impian dan tujuan mereka.

Beberapa kegunaan bisa berasal dari diri-delusi, sebab mereka tak menganggap masalah orang lain atau masalah, mereka mungkin tak menyadari hal-hal nan tak menyenangkan di sekitar mereka, atau hanya berpikir bahwa bahwa mereka tak penting.

Mereka dengan NCD klinis, bagaimanapun, bisa memiliki kehidupan nan sulit dan membuat frustrasi. Dalam kasus ekstrim, mereka mungkin sederhana bisa memahami mengapa global tak bekerja sinkron dengan keyakinan mereka. Meskipun keinginan buat interaksi pribadi nan kuat, mereka mungkin tak bisa menjaga mereka sebab obsesi diri-mereka. Dalam kasus nan sporadis terjadi, kemampuan buat membenarkan konduite buat laba pribadi mungkin begitu kuat bahwa seorang narsisis mungkin menemukan dirinya terlibat dalam konduite manipulatif seperti di facebook dan banyak jejaring sosial lainnya, tindak pidana, atau kekerasan.



Pengobatan

Psikoterapi sering direkomendasikan sebagai baris pertama pengobatan buat kondisi ini. Terapi konduite kognitif, nan berfokus pada identifikasi dan mengubah pola konduite tak sehat, juga dapat sangat membantu dalam membangun gaya hayati sehat.

Perkawinan atau terapi keluarga sering disarankan saat self-obsesi nan mengganggu interaksi pribadi. Seberapa efektif pengobatan ini biasanya tergantung pada seberapa parah kondisinya.



Narsis Yang Melanda Anak Muda

Semakin pesatnya kemajuan teknologi tenyata membantu merebaknya “karakteristik” narsis para kaula muda. Jaringan informasi sudah demikian berkembang pesat, sehingga memudahkan seseorang buat lebih memperkenalkan dirinya di dalam global maya membuat banyak anak-anak muda nan dengan bangga dan bahkan nyaris hiperbola memasang foto diri mereka. Contohnya, demikian banyak orang nan berlomba-lomba memasang fotonya nan paling oke di situs jejaring sosial. Bahkan selalu update status kesehariannya nan terkadang tak penting.

Memang, hal ini tak menjadi masalah, sebab dasarnya sikap narsis nan wajar akan memacu rasa percaya diri nan menimbulkan cara pandang positif terhadap diri sendiri, namun kalau sudah hiperbola dan selalu “sok pamer” pada tiap orang dan cenderung merasa dirinya nan “paling” itulah nan harus diwaspadai. Karakter merasa “paling” inilah nan dapat dikategorikan penyakit narsisme.



Tidak Selalu Negatif

Orang nan mengidap sikap narsisme di jejaring sosial biasanya merasa bahwa dialah pusat dari segalanya. Selalu memperhatikan detail terhadap dirinya dan membutuhkan pujian nan berlebih atas dirinya. Namun begitu, mungkin beberapa pekerjaan membutuhkan sifat ini, seperti para entertainer, atau seniman misalnya. Sikap narsisme malah bisa menunjang prestasi mereka, atau mungkin lebih tepatnya bis disebut "sikap percaya diri nan tinggi", mungkin itu lebih tepat.