Tokoh Agama Islam Zubair Bin 'Awwam nan Dijuluki "Si Pembela Rasulullah"

Tokoh Agama Islam Zubair Bin 'Awwam nan Dijuluki "Si Pembela Rasulullah"

Tokoh agama Islam tentunya sangat banyak nan menghiasi perjalanan dari berkembangnya agama ini hingga sekarang. Orang-orang berjiwa heroik, ikhlas, taat, penuh teladan, dan segala kelebihan dibanding manusia sezamannya, bahkan setelah zaman mereka. Tokoh agama Islam nan sering dijadikan panduan sikap dan suri teladan hidup, selain Nabi Muhammad saw, tentunya ialah para sahabat Nabi.

Di antara para sahabat itu, salah satunya ialah Zubair bin 'Awwam nan merupakan tokoh agama Islam nan sekelas dengan 10 sahabat nan terjamin menjadi penghuni surga. Kisahnya tetap dikenang sepanjang zaman, dijadikan "legenda" sarat pendidikan, acuan contoh dalam hidup, dan majemuk makna kebaikan.



Tokoh Agama Islam Zubair Bin 'Awwam dan Riwayat Keluarganya

Tokoh agama Islam ini dilahirkan pada 28 sebelum Hijriah. Nama sebenarnya ialah az-Zubair bin 'Aw-wam bin Khuwailid al-Qursy al-Asady. Ia juga biasa dipanggil Abu Abdullah. Ia mendapat gelar Hawwaari Rasulullah (pengikut Rasul).

Ia masih termasuk satu garis kekerabatan dengan nasab Nabi Muhammad saw. dari kakeknya, Qushai. Khodijah, istri Rasulullah ialah bibinya. Ibunya bernama Shafiah binti Abdul Muthalib (Abdul Muthalib ialah kakek Nabi Muhammad saw).

Istri pertamanya ialah Asma' binti Abu Bakar, nan merupakan anak dari Abu Bakar ash-Shiddiq. Ia dan Asma' dikarunia Abdullah bin Az-Zubair (salah seorang amirul mukminin) dan 'Urwah bin az-Zubair (salah seorang pakar fikih nan ada di Madinah), al-Mundhir, Ashim, Al Muhajir, Khadijah Al Kubra, Ummul Hasan, dan Aisyah.

Zubair memiliki enam istri. Istrinya nan lain ialah Ummu Khalid (nama aslinya ialah Amah binti Sa'id bin Al Ash), Ar-Rabab binti Anif bin Ubaid, Zainab, Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi Mu'aith, dan Al Halal binti Qais.



Bagaimana Perawakan Tokoh Agama Islam Zubair Bin 'Awwam?

Dikisahkan bahwa Zubair berperawakan tinggi dan berkulit putih. Di sisi lain ada nan berpendapat bahwa perawakan Zubair tergolong sangat tinggi dan juga tak tergolong pendek. Yang jelas, ia bukan termasuk orang nan berbadan gemuk.

Sebagai pembanding warta bahwa ia berkulit putih, ada nan mengatakan bahwa rona kulitnya sawo matang, memiliki banyak bulu di badannya. Kedua pipinya tak penuh terisi daging.



Tokoh Agama Islam Zubair Bin 'Awwam nan Dijuluki "Si Pembela Rasulullah"

Zubair termasuk dalam golongan pertama mereka nan masuk Islam. Oleh sebab itu, ia merupakan salah satu dari tujuh golongan orang nan menjadi pioner agama Islam. Kehadirannya dalam rendezvous di rumah Arqam bersama Nabi Nabi Muhammad saw senantiasa diberkati. Yang cukup mengharukan, usianya saat itu tergolong muda belia, baru 15 tahun.

Zubair ialah seorang bangsawan terpandang di Mekkah. Namun, bukan berarti ia tidak menerima perlakuan keras dan kasar dari lingkungannya. Penyiksaan kaum Quraisy terhadapnya sering terjadi. Suatu ketika, penyiksaan itu dilakukan oleh pamannya sendiri sebab Zubair telah memeluk Islam.

Ia disekap dan dimasukkan ke dalam kurungan. Kemudian, di sana ia dibuat sesak napas dengan dibakar api. "Engkau harus menolak Tuhan Muhammad (Allah) itu, sehingga engkau akan kulepaskan dari siksaan ini!" kata pamannya.

Kalimat ancaman seperti itu tak menggoyahkan hati Zubair, nan saat itu ia belum menjadi "pemuda" sesungguhnya, saat itu Zubair masih belia, dengan geram, ia berkata "Tidak akan! Demi Allah, sampai kapan pun saya tidak akan berubah kembali menjadi orang kufur!"

Zubair benar-benar seorang nan berani sejak kecil. Tidak hanya menjadi seorang penunggang kuda nan andal, mental baja Zubair bisa dilihat dari kehadirannya di setiap pertempuran, demi pertempuran nan dihadapi Nabi Muhammad saw.

Hal inilah nan memunculkan istilah dari para sejarawan bahwa Zubair bin 'Awwam ialah pedang pertama nan diacungkan buat menegakkan Islam. Bahkan Nabi Muhammad saw saking cinta dan bangganya terhadap Zubair, beliau berkata: "Setiap Nabi pastilah memiliki pembela, dan pembelaku tidak lain tidak bukan Zubair bin 'Awwam".

Karena pengabdiannya nan luar biasa ini, maka ia memiliki keberanian nan perkasa, kemurahan hati nan tak terkira, dan mengorbankan diri dan harta (karena kedermawanannya nan teramat, kekayaannya dibelanjakannya buat membela Islam sehingga ia sendiri wafat dalam keadaan berutang).

Dikisahkan bahwa sepanjang riwayat hidupnya Zubair tak pernah memerintah suatu daerah pun (tidak seperti kebanyakan sahabat Nabi Muhammad saw), tak pula mengumpulkan pajak, pendek kata, tidak ada jabatannya nan lain kecuali berperang di jalan Allah.



Kegigihan dan Perjuangan Tokoh Agama Islam Zubair Bin 'Awwam dalam Membela Islam

Zubair sangat gandrung buat menemui syahid. Ia amat merindukan wafat di jalan Allah. Tak pernah ia ketinggalan dalam berperang. Sampai-sampai ia mempunyai keistimewaan sebagai prajurit perang nan tergambar melalui pengandalan dirinya secara paripurna dan kepercayaan nan teguh.

Sekalipun dalam sebuah peperangan, Zubair berperang bersama kaum Muslimin nan jumlahnya mencapai ratusan orang, tetapi seolah-olah ia berperang seorang diri. Seakan-akan tanggung jawab peperangan dan kemenangan terpikul di atas pundaknya sendiri, meskipun Zubair pernah mengalami berbagai tusukan dan luka-luka di tubuhnya.

Salah seorang sahabat pernah berkata, "Pernah suatu ketika saya menemani Zubair bin 'Awwam dalam sebuah perjalanan. Ketika itu, tubuhnya tersingkap, dan kulihat di sana, begitu banyak bekas luka sayatan pedang.

Sementara itu, di dadanya bekas tancapan lembing dan anak panah berupa lubang menganga bagaikan mata air. Maka kataku kepadanya, Demi Allah, saya menyaksikan luka nan lebih hebat dari pada siapa pun di sekujur tubuhmu. Mendengar itu Zubair menjawab, Demi Allah, semua luka ini kudapatkan ketika saya bersama Nabi Muhammad saw. Berjuang bersama dalam peperangan di jalan Allah."

Kegagahan dan keberaniannya terlihat lagi saat diutusnya bersama Ali bin Abu Thalib oleh Nabi Muhammad saw, sewaktu pengepungan atas Bani Quraidha nan sudah lama berjalan, tetapi belum membawa hasil. Zubair berdiri di muka benteng musuh.

Kemudian ia terjun ke dalam benteng hanya berdua saja dengan Ali. Dan, dengan kekuatan urat saraf nan memesona, mereka berdua sukses menyebarkan rasa takut pada musuh, lalu membukakan pintu-pintu benteng tersebut bagi kawan-kawan mereka di luar.

Di perang Hunain, Zubair dan kaum Muslim berperang melawan kaum musyrikin nan dipanglimai oleh Malik bin Auf, tetapi sang panglima dan kaum musyrik lari tunggang langgang setelah Zubair menyerbu dan "menarikan pedang"-nya di tengah-tengah rombongan kaum musyrik seorang diri. Akhirnya, kesatuan musuh kocar-kacir melihat Zubair.

Dalam perang Jamal, Zubair menemui syahidnya. Dikisahkan bahwa perang itu berawal dari timbulnya rekaan nan terkenal pada saat kekhalifahan Utsman.

Fitnah berawal ketika Zubair dan Thalhah mendukung orang-orang nan menentang Utsman dan mengajak orang-orang buat membunuh Utsman. Rekaan tersebut berlanjut pada permusuhan dan saling tuduh-menuduh sehingga menimbulkan kebencian dan dendam nan menyala-nyala, sampai akhirnya Ustman bin 'Affan menjadi korban dan meninggal dalam peristiwa berdarah dan kejam itu di mana Utsman dikepung lalu dibunuh orang.



Wafatnya Zubair bin 'Awwam

Berakhirnya kekhalifahan Utsman tersebut, maka digantikan oleh Ali bin Abu Thalib. Pada pemerintahannya, Ali dihadapkan pada Waq'atul Jammal (Perang Berunta) nan melibatkan dua kubu pasukan kaum Muslimin. Pasukan pertama masih menuntut pembelian atas kematian Utsman dan pasukan satunya ialah pasukan dari pemerintahan Khalifah Ali.

Ali menangis memikirkan situasi nan sedang dilanda kaum Muslimin tersebut. Imam Ali mencoba mencari jalan keluar agar perang saudara ini tak terjadi. Saat Ali menjalankan misinya buat tetap mempersatukan kaum Muslimin, orang-orang nan dahulu pernah menjadi kaki tangan Romawi dan kekaisaran Persi, ternyata mengadu domba menyebarluaskan rekaan dan hasutan, sehingga suasana semakin kacau.

Peperangan tidak bisa dihindari. Zubair dan Thalhah tak ketinggalan berada di tengah-tengah perang itu. Akan tetapi, akhirnya Zubair dan Thalhah mengundurkan diri dari perang saudara tersebut sebab teringat akan perkataan Nabi Muhammad saw kepada Ammar, "Yang akan membunuh kamu sekalian (kaum muslimin) ialah mereka nan termasuk golongan orang durhaka!"

Seandainya Ammar (juga termasuk kaum Muslimin sebab Ammar berada di pihak pasukan Ali, sedangkan Zubair dan Thalhah di pihak pasukan kaum Muslimin nan satunya) terbunuh dalam peperangan nan disertai Zubair itu, tentulah ia termasuk golongan orang nan durhaka.

Pengunduran diri Zubair dan Thalhah itu ternyata harus dibayar dengan nyawanya. Zubair diintai dan diikuti oleh seorang laki-laki bernama Amru bin Jarmuz (seseorang nan berasal dari kaum Tamim) di kala ia sedang lengah, yakni sewaktu ia sedang salat.

Setelah mengetahui Zubair tewas, Amru merampas pedang-pedang Zubair nan selama ini dipakainya buat berperang dan dengan bahagia hati berniat memberitahukan perbuatannya kepada Ali, dengan asa Ali akan bahagia dan bangga padanya.

Namun, apa nan didapat Amru? Ali berteriak dan mengusir Amru sambil berkata, "Berikanlah kabar kepada pembunuh putra ibu Shafiah itu (Amru), bahwa barah Neraka telah disediakan untuknya!" Kala pedang Zubair didapatinya, Ali menciuminya lama sekali dan menangis kemudian berkata, "Demi Allah, sunggguh, begitu banyak jasa pedang ini. Pemilliknya menggunakan pedang ini sebagai pelindung Nabi Muhammad saw dari semua ancaman dan bahaya"

Demikianlah Zubair bin 'Awwam. Sosok gigih nan tidak pernah takut pada isi dunia. Sekiranya kita memang tidak akan bisa menyamai sifat dan sikap dari tokoh agama Islam tersebut, tetapi bukan hal nan mustahil bila kita mencontoh mereka. Perlahan dan bertahap mencoba mengamalkan segala pelajaran baik dari kisah-kisah dan kepribadian mereka.

Kian lama, niscaya kita juga bisa tertulari spririt dari mereka. Sekalipun mereka merupakan tokoh agama Islam, tetapi tak menutup kemungkinan bahwa kisahnya, pribadinya, atau hikmah apa pun bisa Anda semua ambil sebagai pelajaran. Demikian sekilas cerita mengenai tokoh agama Islam. Semoga bermanfaat.