TPI TV - Televisi Pendidikan Indonesia atau Televisi Dangdut Indonesia?

TPI TV - Televisi Pendidikan Indonesia atau Televisi Dangdut Indonesia?

Masih ingat program-program televisi bertema pendidikan sekitar tahun 2000-an? Sebenarnya program-program edukasi itu cukup bermanfaat bagi pemirsa khususnya anak sekolah, namun mungkin sebab kurang dikelola dengan baik sehingga ratingnya tak terlalu tinggi, dan pada Oktober 2010 nan lalu televisi pendidikan itu berganti nama. Yang dimaksud di sini ialah salah satu stasiun tv partikelir nan dulu bernama Televisi Pendidikan Indonesia, atau biasa disebut dengan TPI TV .

Kini TPI TV tak dapat ditemukan lagi di layar kaca Anda, sebab sudah berubah nama menjadi MNCTV. Perubahan nama itu tentunya seiring dengan perubahan format acara nan tak lagi fokus pada global pendidikan. Syahdan kabarnya, pergantian nama itu dikarenakan adanya konkurensi bisnis antara pemilik MNC (Media Nusantara Citra) Harry Tanoesudibyo dengan Siti Hardjianti Rukmana atau mbak Tutut sebagai pemilik lama dari TPI TV.



TPI TV, Kurangnya Program-program Pendidikan di Indonesia

Perubahan nama dan format acara TPI TV itu sebenarnya patut disayangkan, mengingat pendidikan merupakan unsur krusial dalam menciptakan sumber daya manusia nan berkualitas. Program-program acara TV nan mendominasi televisi-televisi partikelir saat ini hanya berkutat pada sinetron, reality show, kuis, dan sangat minim mengandung unsur mendidik.

Namun sebenarnya, sebelum TPI TV berganti nama, telah terjadi pengurangan program-program edukatif perlahan-lahan. Mungkin atas dasar pertimbangan buat menaikkan rating pemirsa. Sebagai ganti pogram-program edukatif nan hilang, TPI TV memasukkan acara-acara seperti kuis, sinetron, dan acara lain nan lebih banyak mengandung unsur hiburan.

Sebenarnya menayangkan acara-acara bertema hiburan bukanlah hal nan salah. Namun sebaiknya unsur edukasi juga harus diberi ruang nan proporsional. Toh sebuah acara edukasi sebenarnya dapat dikemas sedemikian rupa sehingga menarik dan menghibur. Unsur edukasi dan hiburan sebaiknya tak diposisikan berhadap-hadapan sebab keduanya dapat digabungkan dan menghasilkan kombinasi nan bagus.



Sejarah Berdirinya TPI TV

TPI TV ialah stasiun TV nan dimiliki oleh Siti Hardjianti Rukmana atau nan biasa disapa mbak Tutut. Mbak Tutut merupakan salah satu putri mantan Presiden Soeharto. TPI TV sendiri diresmikan oleh Pak Harto pada 23 Januari 1991, setelah sebelumnya mulai mengudara sejak 1 Januari 1991.

Pada masa-masa awal mengudara, TPI TV hanya on air selama 2 jam yaitu mulai pukul 7 malam hingga pukul 9 malam. Awalnya misi TPI TV ialah menayangkan program-program edukatif nan berguna buat mendukung pembelajaran siswa. Setelah melalui uji coba mengudara selama 2 jam, TPI TV menambah jam tayangnya menjadi 4 jam dengan materi siaran buat pelajaran pendidikan menengah bekerja sama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemudian sejak 1 Juni 1991, TPI TV kembali menambah jam siarnya menjadi 6,5 jam sehari. Hingga akhir tahun 1991, TPI TV sukses mencatat rekornya sendiri yaitu mengudara selama 8 jam setiap harinya.

TPI TV pada awalnya juga melakukan kerjasama dengan TVRI, stasiun televisi satu-satunya milik pemerintah. Pada pertengahan 90-an, TPI TV memisahkan diri dari TVRI, dan sejak itu program-program edukatif mulai dikurangi porsinya. Seiring dengan semakin banyaknya porsi acara buat hiburan, istilah Televisi Pendidikan Indonesia sepertinya juga sudah mulai memudar dan tak relevan lagi.



TPI TV - Televisi Pendidikan Indonesia atau Televisi Dangdut Indonesia?

Ironisnya kemudian TPI TV lebih dikenal orang sebagai televisi nan identik dengan dangdut dan sinetron lokal. Bahkan dalam website resminya, TPI TV juga menyampaikan bahwa TPI bukan lagi kepanjangan dari Televisi Pendidikan Indonesia, melainkan Televisi Paling Indonesia.

Hal ini dilakukan buat menyesuaikan dengan format-format acaranya nan lebih banyak menayangkan dangdut dan sinetron lokal nan diklaim sebagai sesuatu nan sangat atau khas Indonesia. Itulah sebabnya jargon barunya juga diusung dengan istilah "Makin Indonesia".

Seiring perkembangannya, TPI TV kemudian semakin mengukuhkan diri sebagai televisi dangdut Indonesia. Terbukti dengan diterimanya penghargaan atas komitmennya menayangkan acara kuis dangdut selama bertahun-tahun. Acara kuis dangdut tersebut di-handle oleh Jaja Miharja dan Dorce Gamalama.

Sinetron-sinetron nan ditayangkan TPI TV juga mendapat beberapa penghargaan pada Festival Sinetron Indonesia, yaitu antara lain serial "Mat Angin" nan dibintangi Deddy Mizwar. Serial tersebut mendapat 11 penghargaan pada ajang Festival Sinetron Indonesia pada tahun 1997 dan kembali mendapat 5 penghargaan pada festival nan sama tahun berikutnya.

Dalam rangka semakin memanjakan para penggemar dangdut, maka TPI TV juga menggelar Kontes Dangdut Indonesia (KDI). Dengan konsep mengadopsi American Idol maupun Indonesian Idol. Dalam Kontes Dangdut Indonesia, audisi peserta dilakukan di berbagai kota besar di Indonesia, kemudian dari para peserta terpilih akan melalui serangkaian seleksi ketat, mereka juga harus dikarantina dan selama itu wajib berlatih dengan ketat.

Kemudian setiap minggu para peserta akan saling unjuk kebolehan, dan akan dinilai oleh juri maupun dari SMS pemirsa. Host atau pembawa acara ini dipercayakan pada Ramzi dan Ussy Sulistiowati pada musim pertama, dan kemudian digantikan oleh Irfan Hakim dan Asti Ananta pada musim kedua. Sementara itu para juri nan berasal dari kalangan penyanyi, artis, dan juga pelawak berganti setiap minggunya. KDI menjadi konser dangdut terbesar di Indonesia.



TPI TV - Pembelian Saham Oleh MNC

Pada pertengahan 2006, Media Nusantara Gambaran (MNC) membeli saham TPI TV sebesar 75%. Sejak itu MNC mengubah semua jenis program acara nan ada. Tayangan olah raga dan program acara buat anak-anak semakin ditambah porsinya sejak itu.

MNC nan dikomandani pengusaha media kawakan, Harry Tanoesudibyo, juga memiliki RCTI dan Dunia TV. Kemudian sejak 20 Oktober 2010, TPI TV resmi diubah namanya menjadi MNCTV. Alasan perubahan nama ini sebab acara-acara nan disiarkan TPI tak sinkron lagi dengan konteks pendidikan. Jadi perubahan nama itu dilakukan demi kepentingan komersial.

Dengan memiliki 75% saham TPI TV, MNC dapat melakukan perubahan nama tersebut. Meski demikian, kabarnya terjadi ketidakharmonisan antara Harry Tanoe dengan mbak Tutut sebagai pemilik TPI TV nan lama. Ada nan mengatakan bahwa mbak Tutut keberatan dengan perubahan nama ini dan membawa kasus ini ke pengadilan.

Apapun konflik nan terjadi di antara Harry Tanoe dengan mbak Tutut, semoga hasilnya tak mengorbankan fungsi edukasi dari media televisi.

Televisi secara generik akhir-akhir ini memang mendapat banyak kritikan sebab mengabaikan fungsi edukasinya dan justru mengagung-agungkan unsur hiburan dan life style nan dianggap sebagai ujung tombak budaya konsumtif nan menguntungkan kaum pemilik kapital semata. Semoga MNCTV sebagai "jelmaan" dari TPI TV ke depannya mampu tampil sebagai televisi nan tak mengorbankan fungsi edukasi ini.

Tidak dapat dipungkiri, unsur hiburan memang menjadi faktor krusial demi kelangsungan sebuah stasiun televisi, namun hendaknya para pemangku kebijakan di industri pertelivisian tak kehilangan komitmen buat mencerdaskan bangsa dengan tayangan-tayangan nan mendidik dan positif.

Karena bagaimanapun kualitas sumber daya manusia Indonesia bukan saja menjadi tanggung jawab institusi pendidikan, melainkan juga tanggung jawab semua pihak, termasuk media televisi.

Meskipun kini nama TPI TV sudah berubah menjadi sejarah, tapi konsep menayangkan pendidikan melalui televisi nan dimilikinya patut dihargai. Stasiun televisi itu pantas menyandang gelar sebagai perintis di bidang pendidikan, khususnya tayangan-tayangan nan berkaitan dengan pendidikan.