Alergi Susu Formula - Gejala Awal Alergi

Alergi Susu Formula - Gejala Awal Alergi

Setelah lepas dari ASI ekslusif, banyak para ibu muda nan tetap ingin memberikan susu sebagai makanan tambahan sekaligus berharap agar anaknya terlihat montok. Dengan alasan ini pula, para ibu muda tersebut memilih memberikan susu formula agar asa anaknya tumbuh sehat, montok dan juga cerdas itu tercapai.

Para orang tua harus mempertimbangkan imbas samping pemberian susu formula terhadap anaknya. Tidak semua susu formula bagus dan tak semua anak tahan akan kandungan mineral nan ada di dalam susu formula. Selain itu, bisa pula menimbulkan alergi susu formula pada sebagian anak nan tak tahan akan adanya laktosa nan terkandung di dalam susu formula.



Alergi Susu Formula – Sekilas Alergi Susu pada Bayi

Prevalensi alergi makanan dalam dasa warsa terakhir ini memang tampaknya meningkat, namun spektrum alergi makanan nisbi tak berubah. Penelitian nan dilakukan di Poliklinik Alergi Imunologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI RSCM, menunjukkan dari seluruh penderita alergi anak, sekitar 2,4% alergi terhadap susu formula. Pada penelitian lain nan dilakukan di Eropa, dikatakan sebanyak 2,5% anak mengalami alergi susu formula dalam tahun pertama kehidupannya.

Reaksi alergi susu formula nan terjadi ini diprovokasi oleh protein nan ada dalam susu formula. Susu merupakan protein nan khusus buat tiap spesiesnya, karenanya protein dalam susu formula memang sinkron buat usus sapi, tetapi belum tentu sinkron dengan usus manusia. Bagi kebanyakan bayi, protein susu sapi merupakan protein asing nan pertama kali dikenalnya saat ia mendapat susu formula.

Susu formula mengandung sedikitnya 20 komponen protein nan bisa merangsang pembentukan antibodi pada manusia. Fraksi protein susu formula ini terdiri dari casein dan whey . Beberapa protein whey bisa mengalami denaturasi dengan pemanasan nan ekstensif, namun tak cukup dengan pasteurisasi rutin. Bahkan pasteurisasi rutin ini bisa meningkatkan alergenitas beberapa jenis protein seperti beta-lakto globulin .

Di samping itu, jumlah komponen antigenik protein susu formula juga akan meningkat pada proses pencernaan. Dengan proses hidrolisis peptik , tiap fraksi protein dipecah paling sedikit menjadi 8 peptida baru, sehingga akan didapatkan lebih dari 100 antigen baru nan potensial sebagai alergen, walaupun lebih rendah dari protein aslinya. Berdasar uji klinis nan dilakukan, ternyata kebanyakan pasien alergi susu formula tak hanya bereaksi terhadap satu jenis fraksi protein, melainkan terhadap beberapa fraksi protein susu sapi.

Makanan nan masuk ke saluran cerna akan diproses buat diserap dan digunakan sebagai sumber energi dan pertumbuhan sel. Dalam proses ini prosedur pertahanan tubuh, berupa prosedur imunologik dan non-imunologik , berperan buat mencegah masuknya antigen asing ke dalam tubuh. Antigen asing nan masuk bisa berupa bakteri, virus, parasit, atau protein makanan.

Melalui prosedur non-imunologik , pertahanan tubuh dilakukan dengan cara pemecahan antigen nan ditelan oleh asam lambung dan enzim-enzim, sedangkan pencegahan penetrasi antigen dilakukan oleh lapisan mukus dan peristaltik usus. Di lain pihak, prosedur imunologik berlangsung dengan cara pencegahan penetrasi antigen nan masuk ke dalam lumen usus oleh IgA dan eliminasi antigen nan lolos ke dalam tubuh melalui saluran gastrointestinal oleh IgA, IgG dan sistem retikulo endotelial .

Pada bayi, prosedur pertahanan saluran cernanya belumlah matang. Faktor-faktor nan menghambat masuknya protein susu sapi melalui lapisan epitel usus belum cukup, sehingga akan banyak bahan alergenik nan menembusnya. Protein nan bersifat alergenik ini kemudian masuk ke dalam sistem sirkulasi, dan selanjutnya sistem imun akan mengenalinya sebagai benda asing dan menyerangnya, sehingga terjadilah gejala alergi susu formula.

Alergi susu formula nan timbul dari ketidakcocokan susu formula nan dikonsumsi sangat berbahaya bagi anak, bahkan jika alergi itu diabaikan dalam jangka panjang akan sangat berbahaya sebab alergi nan berkepanjangan bisa menimbulkan berbagai penyakit kronis, anak menjadi kekurangan gizi hingga pertumbuhan anak menjadi terganggu.



Alergi Susu Formula - Gejala Awal Alergi

Gejala klinis nan terjadi pada alergi susu formula biasanya meliputi gejala di kulit, saluran cerna, dan saluran napas. Namun sebagian besar gejala akan berupa gangguan pada saluran cerna, sebab saluran cerna merupakan organ nan pertama kali kontak dengan makanan tersebut. Gejala alergi susu formula pada saluran cerna nan paling sering timbul ialah diare dan muntah. Gejala lain nan juga bisa terjadi berupa bengkak dan gatal-gatal di bibir, kolik, obstruksi usus, konstipasi, refluks gastroesofagus, hematemesis, dan hematokesia.

Berikut gejala awal alergi terhadap susu formula:

  1. Muntah

Anak nan alergi terhadap susu formula ada nan langsung peka dengan memuntahkan susu nan diminumnya secara langsung. Perhatikanlah dengan baik, jika setiap setelah anak meminum susu langsung muntah, ada kemungkinan anak tak mampu menelan susu formula nan diminumnya sehingga langsung memuntahkannya.

  1. Bintik-bintik merah pada kulit

Gelaja alergi lain bisa pula dilihat dari kulitnya. Jika kulit bayi/anak Anda muncul bintik-bintik merah di kulit setelah meminum susu formula tertentu, berkonsultasilah pada dokter anak langganan Anda kemungkinan adanya alergi susu formula. Jika dibiarkan berlarut-larut maka kulit anak akan iritasi, bahkan bisa infeksi sebab semakin meluasnya area nan berbintik-bintik.

  1. Diare hebat

Diare hebat setelah meminum susu eksklusif juga dapat dijadikan indikasi anak mengalami alergi susu formula. Langsung hentikan pemberian susu jika anak mengalami diare. Diare nan berkepanjangan bisa mengakibatkan anak kekurangan asupan gizi nan akan mempengaruhi tumbuh kembangnya. Biasanya berat badan anak nan mengalami diare hebat akan langsung menurun drastis.

  1. Shock dan Batuk Pilek

Gejala terakhir pada anak nan mengalami alergi susu formula nan berkepanjangan ialah anak Anda mengalami shock dan sama sekali tak mau lagi meminum susu formula apa pun. Selain itu, timbulnya batuk dan pilek juga dapat diakibatkan sebab anak mengalami alergi. Periksalah ke dokter jika anak tiba-tiba batuk dan pilek buat menentukan apakah batuk dan pilek nan timbul tersebut dikarenakan alergi atau sebab perubahan cuaca saja.



Alergi Susu Formula - Penanganan Alergi
  1. Menghentikan pemberian susu

Jika anak Anda mengalami alergi terhadap susu formula dengan gejala-gejala di atas, segeralah hentikan pemberian susu formula tersebut buat menghindari akibat-akibat nan lebih fatal.

  1. Melakukan tes alergi

Lakukanlah tes alergi buat menentukan apakah anak mengalami alergi sebab meminum susu formula atau alergi sebab karena lain.

  1. Memberikan kembali susu formula

Bagaimanapun pemberian susu tetaplah krusial bagi tumbuh bunga anak, terutama bagi anak nan sudah tak mendapatkan ASI lagi. Cara pemberian susu formula pada anak buat pertama kalinya ialah memberikan susu formula dalam jumlah nan sedikit dan lihatlah selama tiga hari setelah meminum susu itu.

Jika dalam tiga hari tak muncul gejala alergi seperti nan sudah diuraikan di atas, berarti pemberian susu formula tersebut bisa dilanjutkan terus. Namun jika ternyata dalam tiga hari pertama langsung muncul gejala alergi, segera hentikan pemberian susu formula tersebut.

Alergi makanan merupakan salah satu masalah alergi nan krusial pada anak. Alergi makanan ini paling sering terjadi pada tahun pertama dan biasanya akan menurun setelah usia 3 tahun. Antigenitas dan alergenitas protein susu sapi ini diketahui berkaitan dengan umur dan alergi nan terjadi kebanyakan berkurang atau menghilang di usia 2-3 tahun.

Bahkan ada pula nan menyatakan alergi susu formula hanya terjadi pada tahun pertama kehidupan. Berdasar inilah pada usia tersebut bisa dicoba diberikan lagi susu sapi sedikit-sedikit dan dilihat apakah alergi terhadap susu formula masih ada atau tidak.

Bayi dengan alergi terhadap susu formula memiliki risiko nan lebih besar buat mengalami alergi terhadap bahan makanan lain. Mereka juga memiliki risiko nan lebih besar buat mengalami asma atau bentuk alergi lainnya dalam usia selanjutnya. Untuk itu, bagi anak nan mengalami alergi terhadap susu formula, dianjurkan buat menghindari makanan nan juga memiliki sifat alergenitas tinggi, seperti kacang, ikan, atau makanan laut, sampai usia 3 tahun.

Walaupun demikian anak nan memiliki alergi terhadap susu formula tidak selalu alergi terhadap daging sapi atau bulu sapi, bahkan penelitian nan telah dilakukan hanya mendapatkan angka kurang dari 10% dari penderita alergi susu sapi nan mengalami reaksi terhadap daging sapi.

Di samping itu, proses pemanasan maupun pengolahan juga akan semakin menurunkan sifat alegenitas daging sapi. Karenanya daging sapi nan dimasak secara baik sangat sporadis menimbulkan masalah pada penderita protein susu sapi.