3. Reportase atau Peliputan

3. Reportase atau Peliputan

Bagaimana contoh majalah sekolah ? Penerbitan majalah sekolah di zaman sekarang dinilai cukup penting. Selama ini, sekolah dari berbagai strata biasanya hanya mengandalkan majalah dinding atau koran dinding sebagai media informasi, penyaluran aspirasi, penyaluran minat, dan talenta siswa.

Nah, sekarang saatnya buat berbuat lebih dari itu, yakni dengan membuat majalah sekolah agar dapat dibaca dan dinikmati dengan lebih nyaman oleh semua pihak nan membutuhkan.

Contoh majalah sekolah sebenarnya dapat Anda dapatkan dengan berbagai cara. Misalnya dengan mengunjungi sekolah-sekolah nan sudah memiliki majalah , dapat juga dengan meminjam kepada siswa atau guru nan mempunyai koleksi majalah dari sekolahnya.

Jika ingin cara nan lebih sederhana, Anda dapat mencari contoh majalah sekolah melalui internet. Selain mudah, cara ini juga akan memberi banyak pilihan mengenai majalah sekolah nan Anda inginkan.

Di era sekarang, contoh majalah sekolah tak hanya berupa edisi cetak, atau majalah cetak nan sudah diunggah ke internet dalam format file gambar atau pdf. Namun, pada zaman digital seperti sekarang ini, sudah cukup banyak sekolah nan memiliki contoh majalah sekolah dalam bentuk website , portal, atau situs.

Dapat dikatakan, website nan biasanya menjadi profil bagi sekolah-sekolah eksklusif juga dapat difungsikan sebagai majalah sekolah nan dapat dibaca oleh semua orang. Majalah sekolah tentunya memiliki banyak manfaat, baik bagi warga sekolah nan bersangkutan, maupun bagi orang lain nan ingin mengetahui tentang sekolah tersebut.

Bagi warga internal sekolah, majalah sekolah mempunyai beberapa fungsi, di antaranya ialah sebagai berikut.

1. Sebagai media informasi dan komunikasi. Artinya, majalah sekolah dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan komunikasi bagi semua warga sekolah. Misalnya, agenda nan akan dilakukan oleh sekolah, baik oleh forum maupun oleh para siswa dan lain-lain.

Selain itu, kabar terbaru nan terjadi menyangkut warga sekolah bisa dimuat dalam majalah sekolah, seperti prestasi nan baru saja diraih, pengumuman tentang suatu hal penting, hasil aplikasi suatu kegiatan sekolah, dan lain-lain.

2. Sebagai media penyaluran aspirasi warga sekolah. Artinya, majalah sekolah dapat menjadi wahana buat menyalurkan aspirasi nan menyangkut kepentingan bersama. Misalnya, ketika ada kebijakan dari pihak pengelola sekolah nan dinilai tak berdampak positif bagi siswa, maka para siswa bisa menyalurkan aspirasinya melalui majalah sekolah agar bisa ditemukan solusi atas persoalan tersebut.

3. Sebagai media penyaluran talenta dan minat siswa. Artinya, majalah sekolah bisa dijadikan sebagai wahana buat menyalurkan talenta dan minat nan dimiliki oleh siswa. Misalnya, ada siswa nan berminat dalam bidang jurnalistik seperti melakukan reportase (peliputan) dan menulis berita, menulis esai, menulis cerita pendek (cerpen), menulis puisi, menggambar, dan talenta serta minat lainnya.

Kreativitas siswa tersebut dapat ditampilkan di majalah sekolah. Hal ini tentunya akan memberikan kebanggaan tersendiri bagi para siswa. Lantas, bagaimana cara membuat majalah sekolah? Setidaknya, ada beberapa hal nan perlu dilakukan, di antaranya ialah sebagai berikut.



1. Membentuk Struktur Kepengurusan

Para siswa dan guru nan ingin terlibat dalam penerbitan majalah sekolah perlu dibentuk dalam suatu struktur kepengurusan terlebih dahulu buat memudahkan pembagian kerja. Kepala sekolah dapat dilibatkan sebagai pelindung atau penanggung jawab majalah, begitu pula dengan guru nan dapat diposisikan sebagai pembina majalah sekolah.

Untuk kepengurusan inti, perlu dilibatkan para siswa nan berminat dan dinilai memiliki kemampuan dalam hal ini. Perlu dibentuk perwakilan dari tiap kelas dan kemudian mengadakan kedap bersama buat memutuskan siapa saja nan akan menduduki posisi di struktur kepengurusan majalah sekolah.

Adapun, susunan pengurus majalah sekolah dapat mengadopsi dari susunan keredaksian media pada umumnya, seperti posisi pemimpin redaksi sebagai orang pertama nan paling bertanggung jawab atas jalannya penerbitan majalah, kemudian ada posisi redaktur pelaksana nan bertanggungjawab terhadap isi majalah, hingga posisi-posisi lain di bawahnya seperti redaktur, reporter, artistik, fotografer, dan seterusnya.



2. Gagas Tema

Sebelum suatu edisi majalah diterbitkan, perlu diadakan suatu lembaga nan bernama gagas tema. Sinkron dengan namanya, lembaga gagas tema digelar buat mengeksplorasi, menyaring, dan kemudian menentukan tema apa saja nan akan ditampilkan di majalah sekolah edisi terbaru nanti. Setelah tema-tema ditentukan, selanjutnya memilih orang-orang nan akan bertanggung jawab terhadap masing-masing tema tersebut.



3. Reportase atau Peliputan

Setelah tema-tema sukses ditentukan, dan orang-orang nan akan bertanggungjawab terhadap tema-tema tersebut telah dipilih, maka proses selanjutnya ialah melakukan reportase atau peliputan.

Reportase atau peliputan dalam konteks majalah sekolah tak harus setingkat dengan reportase nan biasa dilakukan oleh wartawan di media umum. Majalah sekolah ialah media belajar sehingga proses reportase pun dapat dilakukan dengan semampunya, sinkron apa nan dapat dilakukan oleh para siswa nan bertugas sebagai reporter atau wartawan pemula.

Para siswa nan bertugas sebagai reporter dapat melakukan wawancara dengan narasumber terkait tema nan diangkat. Misalnya, dengan kepala sekolah, guru, pengelola perpustakaan, ketua suatu kegiatan, guru atau siswa berprestasi, sesama siswa, bahkan dapat pula dengan penjaga sekolah, penjual makanan di kantin, tukang sapu sekolah, tergantung kebutuhan tema nan akan dibahas oleh redaksi.



4. Penulisan dan Penyuntingan

Setelah proses mengumpulkan informasi atau reportase selesai dilakukan, selanjutnya ialah termin penulisan. Untuk jenis tulisan warta dan informasi, penulisan dilakukan dengan menggunakan bahan dari hasil wawancara atau reportase. Sekali lagi, para siswa tak dibebani buat menulis sebagus mungkin sebab hal ini ialah proses belajar.

Lalu, buat siswa nan mendapat tanggung jawab mengurus rubrik selain peliputan, seperti rubrik puisi, cerita pendek, dan sebagainya, juga gambar, karikatur, dan sejenisnya, ia boleh mulai menulis atau menggambar seperti nan sudah direncanakan sebelumnya.

Setelah semua tulisan terkumpul sinkron tenggat waktu nan telah ditetapkan, maka proses penyuntingan atau editing bisa dilaksanakan. Pekerjaan ini memang membutuhkan skill nan lebih mumpuni sehingga bisa diserahkan kepada orang-orang nan dianggap kompeten dalam bidang ini, misalnya bekerja sama dengan guru Bahasa Indonesia atau guru pembimbing dalam bidang jurnalistik.



5. Layout atau Artistik

Setelah tulisan dinilai paripurna dan layak buat diterbitkan, maka proses selanjutnya ialah termin layout atau artistik. Termin ini ialah proses tulisan nan akan ditata menjadi sebuah media atau majalah dengan menggunakan software pada komputer. Proses layout sering juga disebut sebagai proses tata letak atau desain majalah, yaitu meliputi desain isi dan sampul.

Ada banyak pilihan program nan dapat digunakan buat me- layout majalah, misalnya Adobe Pagemaker , Adobe InDesign , Quack Express , bahkan bisa menggunakan Corel Draw atau sekadar memakai Microsoft Office . Hasil layout akan berbeda, hal tersebut bergantung pada kemampuan orang nan menggarapnya.

Nah, sebab proses ini membutuhkan kemampuan khusus, maka perlu ditunjuk siswa atau guru nan memang mempunyai skill buat melakukan layout atau artistik. Apabila tak ada nan bisa, pihak sekolah boleh meminta donasi kepada orang nan dinilai mampu, dan dapat dijadikan pembimbing buat melatih para siswa belajar mendesain majalah.



6. Finishing dan Penerbitan

Setelah layout selesai dan dinilai layak, majalah sekolah sudah dapat diterbitkan. Namun, sebelumnya perlu dilakukan proses finishing terlebih dulu buat memeriksa kembali dan memastikan bahwa majalah sudah bisa diterbitkan.

Penerbitan dapat dilakukan dengan cara mencetak ataupun dengan cara online . Jika dilakukan secara online , maka majalah tersebut memang sengaja dibuat dalam bentuk majalah online , nan bisa diakses melaui website sekolah. Dalam hal ini, tentu diperlukan orang-orang nan pakar dan dapat ditangani oleh guru, siswa, atau dengan meminta donasi kepada pihak lain buat melakukan finishing dan penerbitan.

Semoga bermanfaat.