Tokoh-tokoh Pewayangan Jawa Punakawan

Tokoh-tokoh Pewayangan Jawa Punakawan

Tokoh pewayangan Jawa Punakawan menjadi bagian dalam cerita wayang, salah satu tokoh pewayangan nan terkenal ialah Semar dan anak-anaknya. Seperti sudah kita ketahui dan akui bahwa wayang merupakan salah satu kesenian budaya Indonesia, orisinil berasal dari budaya Jawa.

Kehidupan para tokoh pewayangan Jawa banyak mengandung ajaran nan filosofis. Wayang berkembang di Indonesia sebelum kebudayaan Hindu, catatan dalam sejarah mengatakan bahwa wayang sudah ada dari zaman prasejarah, tepatnya sekitar 1500 SM. Wayang sebagai salah satu bentuk dari kebudayaan mengalami perkembangan dari zaman ke zaman, ia mengalami perubahan seiring dengan laju modernisasi dan globalisasi. Pertunjukan wayang di setiap daerah memiliki keunikan dan karakteristik khasnya sendiri.

Wayang mengalami perubahan nan dikembangkan oleh para Wali Songo, yaitu Sunan Kalijaga, Sunan Giri, dan Raden Patah sehingga menjadi tiga bagian yaitu:

  1. Wayang kulit di Jawa Timur

  2. Wayang Wong atau wayang orang di Jawa tengah

  3. Wayang Golek nan berasal di Jawa Barat.


Wayang kulit, ialah wayang nan berkembang di Jawa pada zaman sebelum agama Islam masuk. Saat ini wayang kulit masih dapat dilihat di daerah eksklusif di Pulau Jawa.

Cerita pada wayang kulit diambil dari kisah Ramayana dan Mahabrata dan terdapat tokoh tambahan nan tak terdapat dalam wayang babon, yaitu munculnya tokoh pewayangan Jawa Punakawan yaitu tokoh Semar dan anak-anaknya serta Pusaka Hyang Kalimasada.



Tokoh-tokoh Pewayangan Jawa Punakawan

Tokoh-tokoh Wayang Punakawan, ialah sebutan buat tokoh pewayangan Jawa sebagai pengikut ksatria. Punakawan nan asal katanya ialah "pana" artinya "paham" dan "kawan" nan artinya "teman". Jadi Punakawan dapat berarti "kawan nan menyaksikan" atau menjadi "saksi".

Arti Punakawan dapat ditarik pada kondisi sekarang, misalnya saat seseorang sedang terlibat suatu masalah atau konflik, jika akan mengambil saksi, dianggap absah apabila saksi nan ada terdiri dari dua orang atau lebih, dan orang-orang nan menjadi saksi tersebut bukan dari anggota keluarga sendiri. Berikut ialah nama-nama tokoh pewayangan Jawa nan tergabung dalam Punakawan.



1. Semar

Tokoh pewayangan Jawa Punakawan ini memiliki nama lengkap Kyai Semar Badranaya. Ia ialah salah satu tokoh utama. Semar dikisahkan sebagai seorang ksatria dalam kisah wayang Ramayana dan Mahabrata. Kisah dalam cerita Punakawan merupakan tokoh tambahan sesudah wayang mengalami perubahan oleh Sunan Kalijaga. Sebagai salah satu keluarga Pandawa, ia hadir tak hanya melontarkan humor namun penuh dengan pembelajaran dan makna filosofis.

Semar memiliki tiga orang putra, bernama Gareng, Petruk dan Bagong. Semar memiliki tubuh nan unik, ia menjadi simbol semesta atau jagat raya. Tubuhnya berbentuk gemuk atau bulat nan menyimbolkan bumi, ia selalu tersenyum, namun dengan mata nan sedih. Wajahnya menandakan bahwa ia sudah berumur atau tua namun hal ini bertentangan dengan gaya rambutnya nan pelente, seperti anak kecil.

Semar memiliki payudara seperi wanita, namun di beberapa anatomi tubuh ia seperi laki-laki. Semar ialah penjelmaan dewa, namun ia memilih hayati di tengah masyarakat dan rakyat. Hal ini melihatkan simbol kekuasaan antara atasan dan bawahan antara penguasa dan rakyat.



2. Gareng

Gareng ialah tokoh pewayangan Jawa Punakawan nan memiliki nama lengkap Nara Gareng. Ia memiliki kaki nan pincang dan tangan nan patah. Hal ini menandakan sifat Gareng nan selalu berhati-hati dalam bertindak atau tak terburu-buru ketika memutuskan sesuatu. Tokoh pewayangan Jawa ini pernah menjabat sebagai raja dengan gelar Pandi Pragola dari Paranggumiwayang. Dulu Gareng memiliki paras nan sangat tampan dengan nama Bambang Sukodadi, berasal dari Padepokan Bluktiba.

Ia memiliki kesaktian nan amat sangat, namun sayang sifatnya sangat arogan dan merasa nan paling kuat selalu menantang para kesatia nan ditemuinya. Dalam perkelahiannya dengan Bambang Panyukilam, paras keduanya menjadi rusak lalu datanglah Semar buat melerai mereka. Kagum dengan nasihat-nasihat nan diberikan oleh Semar. Gareng dan Bambang Panyukilan meminta buat mengabdi dan belajar.



3. Petruk

Petruk ialah tokoh pewayangan Jawa. Ia dikenal juga dengan sebutan Dawala atau Udel, kantong bolong. Ia banyak memiliki lelucon-lelucon nan akhirnya diikuti oleh para dalang buat mengkritik suatu hal. Petruk pernah menjadi raja di Kerajaan Lojitengara dengan gelar Prabu Welgeduwelbeh.



4. Bagong

Bagong, nan memiliki nama lengkap Ki Lurah Bagong, merupakan anak bungsu Semar, di wayang Banyumasan. Bagong dikenal dengan sebutan Bawor, sementara di Jawa Barat wayang golek Bagong dikenal dengan nama Cepot atau Astrajingga. Bedanya dalam cerita wayang golek Cepot ialah anak Semar nan paling tua dengan ciri-ciri fisik wajahnya berkulit merah dengan gigi tongos (ke depan). Gaya bicara Bagong cenderung semaunya sendiri atau slengean. Gaya bicaranya nan semaunya sendiri ini menjadi inspirasi para dalang buat menyuarakan kritikan.



5. Togog

Tokoh pewayangan Jawa ini sebenarnya lahir sebelum Semar dalam artian ia sebenarnya lebih tua. Namun sebab ia tak mampu menjadi pengayom di bumi, oleh sang Hyang ia dikembalikan kembali ke asalnya dan kemudian dilahirkan kembali. Waktu kelahirannya bersamaan dengan kelahiran Semar. Dalam tokoh pewayangan Jawa dikisahkan Sanghityang Wenang mengadakan sayembara bagi ketiga putranya, dengan cara barang siapa nan dapat menelan dan memuntahkan Gunung Jamurdipa , maka adalah nan akan dijadikan penguasa di khayangan.

Yang pertama mencoba ialah Togog, namun pada waktu ia menelan, mulutnya sobek, sebab Togog salah menelan gunung nan masih aktif maka pada waktu gunung tersebut berada di perutnya akhirnya meledak, Giliran berikutnya dalah Semar, ia bisa menelan Gunung Jamurdipa mentah-mentah namun sayangnya ia tak dapat mengeluarkannya kembali. Hal ini disebabkan sebab semar hanya memilikii taring dan akhirnya kesulitan buat mengunyah. Alhasil inilah kenapa Semar memiliki perut, buncit sebab di dalamnya terdapat gunung.

Karena syarat sayembara itu ialah menelan gunung dan memuntahkannya kembali, maka sayembara tak dimenangkan oleh salah satu dari mereka. Pemenang sayembara akhirnya jatuh kepada Sang Hyang Manikmaya atau batara Guru dari penguasa Kadewatan. Togog dan Semar akhirnya diturunkan ke bumi dengan tugas masing-masing. Semar memiliki tugas sebagai pamong atau contoh buat para ksatria dan Togog diutus sebagai ksatria nan memiliki sifat sangat licik namun sebenarnya ia sangat baik hati.



6. Bilung

Bilung ialah tokoh pewayangan Jawa dalam Punakawan. Ia ialah seorang raksasa kecil, bersahabat sangat dekat dengan Togog. Tokoh pewayangan Jawa ini digambarkan sebagai tokoh nan berasal dari Melayu. Para dalang dalam memainkan tokoh ini biasanya mencampurkan bahasa Jawa dengan bahasa Melayu.

Ia memiliki sifat nan kadang memihak musuh, yaitu dengan strategi memberi masukan dan membocorkan informasi nan baik kepada majikannya. Tetapi jika masukannya tak didengar maka ia akan berkhianat dengan berbalik memberikan masukan-masukan nan jelek dan berbahaya.



7. Cangik dan Limbuk

Dalam tokoh pewayangan Jawa Punakawan, ada seorang perempuan tua nan keletah bernama Cangik. Ia biasanya muncul mengiringi kemunculan tokoh Sumbrada atau putri ningrat lainnya. Gaya Cangik sangat aneh namun juga unik. Perawakannya nan kurus dengan dada nan mengkerut tak membuatnya kehilangan rasa percaya diri. Ia selalu tersipu-sipu sangat genit, hal ini terlihat dengan sisir nan selalu dibawanya kemanapun.

Cangkit tak memiliki gigi, sehingga suaranya menjadi melengking sangat tinggi, seperti sedang bersiul. Limbuk ialah anak perempuan Cangik. Sama seperti ibunya ia sangat aneh. Sama-sama selalu membawa sisir.

Pada pertunjukannya, tokoh pewayangan Jawa Punakawan, selalu dibumbui dengan tingkah laku dan tutur nan sangat lucu. Jadi pada waktu tokoh-tokoh ini muncul, suasana menjadi ceria, dengan tabuhan gamelan nan riuh, mengajak para penonton buat mengikuti dan menyerap makna dari cerita tokoh-tokoh pewayangan Jawa Punakawan.