Didi Kempot dan Berbagai Karyanya

Didi Kempot dan Berbagai Karyanya

Istilah campursari di dalam global musik Indonesia mengacu pada campuran beberapa aliran musik pada masa ini nan ada di Indonesia. Istilah tersebut diambil dari bahasa Jawa nan tak bersifat umum. Musik nan digunakan oleh musik campursari sangat berkaitan erat dengan alat-alat musik gamelan nan bisa dikombinasikan dengan alat musik modern. Musik modern tersebut juga termasuk tunduk terhadap pakem musik tradisional seperti langgam Jawa dan gending Jawa.

Orang nan pertama kali mengenal dan memopulerkan musik campursari ialah Manthous dengan memasukkan keyboard ke dalam orkestrasi gamelan. Pertunjukkan tersebut diselenggarakan pada dasa warsa 1980-an melalui kelompok musik "Maju Lancar".

Setelah itu, barulah unsur-unsur lain masuk seperti langgam Jawa dan musik dangdut sehingga pada dasa warsa 2000-an, dikenal bentuk campurasari nan merupakan campuran antara keroncong dan gamelan, campuran gamelan dan dangdut, serta campuran dangdut dan keroncong nan dipopulerkan oleh Didi Kempot.

Dalam perkembangannya, musik campursari ini banyak dikritik oleh para pendukung kemurnian genre musik nan digunakan. Hal ini dianggap sebagai revitalisasi musik tradisional nan hayati di wilayah tanah Jawa.



Tokoh Musik Campursari

Bagi para penikmat musik, nama-nama seperti John Lennon, Michael Jackson, Mick Jagger, Elvis Presley sangat familiar dan tak asing. Tentu saja, sebab mereka ialah para penyanyi dan icon musik dunia. Walaupun telah tiada, namun hasil karya mereka tetap dinikmati hingga sekarang. Berbeda dengan penyanyi campursari .

Sepertinya banyak dari masyarakat nan tak begitu mengenal para artis kreatif ini. Mereka ialah musisi nan telah sukses mencampurkan unsur budaya tradisional dan modern Indonesia menjadi paduan sebuah harmonisasi nan Indah.

Penyanyi campursari merupakan musisi nan secara kreatif menggabungkan musik modern dan musik tradisional Jawa, sehingga menjadi harmonisasi nan sangat Indah. Beberapa alat musik nan sukses dipadukan antara lain perangkat gamelan Jawa, seperti peking, gong, kendang, slentem, suling, dan bonang. Untuk alat modernnya sendiri, nan biasa digunakan antara lain organ dan gitar.Untuk itu, Anda perlu mengenal mereka.



Pengalaman Musik Manthous

Manthous merupakan seorang artis nan lahir di Desa Playen, Gunung Kidul pada 1950. Artis keroncong nan serba dapat ini merupakan orang pertama nan sukses mempopulerkan musik campursari.

Seniman campursari tersebut memberanikan diri buat pergi ke Jakarta pada saat umurnya masih 16 tahun. Ia memilih buat mengamen nan dianggapnya sebagai cara buat menyalurkan bakatnya di bidang musik. Pada 1969, Manthous bergabung dengan orkes keroncong Bintang Jakarta. Kemudian, pada 1976 Manthous bersama Beib, anak Benyamin S, mendirikan grup band Bieb Blues. Sayang, pada 1980, band ini bubar.

Setelah itu, barulah ia bergabung dengan Idris Sardi dalam grup Gambang Kromong Benyamin S. Setelah sebelumnya bergabung menjadi pengiring Bing Slamet saat tampil melawak dalam grup Kwartet Jaya.

Pengalaman-pengalaman tersebut sepertinya membuat Manthous sukses menguasai hampir seluruh genre musik. Bahkan dalam khazanah musik dangdut, ia juga mendapat perhatian sehingga menjadi panutan dalam menciptakan trik permainan bas nan banyak ditiru oleh para pemain bas dangdut masa kini.

Sejarah membuat musik campursari berawal pada 1993. Ketika itu, Manthous mendirikan Grup Musik Campursari Maju Lancar Gunung Kidul. Musiknya sangat unik. Dalam karyanya, ia menampilkan campursari dengan karakteristik khasnya berupa unsur langgam-langgam. Berbagai rona dimasukan dalam musik ini, seperti reggae, rock, gambang kromong, dan lainnya.

Biasanya, lagu-lagu ciptaannya dinyanyikan sendiri. Namun, Manthous pun tidak sporadis mengajak beberapa penyanyi lain buat turut serta. Beberapa penyanyi seperti Sulasmi dari Sragen, Minul dari Gunungkidul, dan Sunyahni dari Karanganyar, telah berhasil bekerja sama dengannya.

Bahkan, lagu Getuk ciptaannya nan pertama kali dipopulerka oleh Nurafni Octafia, sukses menjadi sebuah karya besar nan fenomenal ketika itu. Hingga saat ini, Manthous dan Grup musik campursarinya menjadi panutan para pencinta langgam Jawa dan campursari.



Didi Kempot dan Berbagai Karyanya

Siapa nan tak kenal dengan panyanyi satu ini? Penyanyi nan lahir di Surakarta tanggal 31 Desember 1966 ini merupakan putra dari pelawak terkenal dari kota Solo, Ranto Edi Gudel (Almarhum) atau nan dikenal dengan nama Mbah Ranto.

Didi kempot lahir dengan nama orisinil Didi Prasetyo. Ia merupakan musisi nan mengembangkan musik campursari setelah Manthous. Ia mengenyam pendidikan hanya sampai kelas 2 SMA hingga akhirnya ia terjun ke global jalanan dan menjadi pengamen dengan lagu-lagu nan kini terkenal, seperti lagu "Stasiun Balapan", Terminal Tirtonadi", "Tulung", "Cucok Rowo", dan lain-lain.

Didi Kempot merupakan penyanyi campursari kebanggaan kota Solo. Sebelum menjadi terkenal seperti sekarang, penyanyi ini mengawali karirnya dari bawah, dengan menjadi pengamen.

Penyanyi campursari tersebut kini dikenal dan selalu dikait-kaitkan dengan Langgam Jawa. Ia memiliki banyak karya nan mampu menarik minat para pengamat musik di dalam dan di luar negeri.

Bahkan ketika Presiden Suriname datang berkunjung ke Indonesia pada tahun 1998, ia diundang secara pribadi buat mempertunjukkan karyanya di bidang musik. Berkat karya-karyanya itulah akhirnya ia diberi gelar sebagai penyanyi Jawa Teladan oleh masyarakat Jawa di Belanda.

Album pertama nan muncul pada tahun 1999 merupakan album pertama nan di dalamnya terdapat lagu "Cidro" dan "Stasiun Balapan" nan kini menjadi lagu nan hit di masyarakat.

Pada awalnya, musik nan diciptakannya sama sekali tak dilirik oleh masyarakat. Hal ini mungkin disebabkan oleh gaya musiknya nan berbeda dan gayanya nan cukup 'gila' jika dibandingkan dengan Manthous. Namun, lama-kelamaan karyanya itu bisa diterima di masyarakat, bahkan album pertamanya itu cukup meledak di pasaran.

Dari situlah ia kemudian merasa konfiden buat terus menghasilkan karya-karyanya dengan menekuni tembang-tembang Jawa. Setelah itu, adik dari pelawak Mamiek Prakosa itu menjadi ikon campursari sehingga berbagai tawaran membuat album pun datang hingga ia mampu membuat 12 album dalam kurun waktu 1 tahun.

Kini, Didi tak hanya terkenal di Indonesia, karyanya sudah sampai ke Belanda, bahkan Suriname. Di Kalangan Jawa, ia bahkan dijuluki sebagai superstar. Dengan karya-karyanya, Didi Kempot sukses membuat musik campursari menjadi terkenal dan diminati di Indonesia.



Kawasan Musik Campursari

Musik campursari merupakan musik nan sudah biasa didengar oleh masyarakat Jawa. Meskipun dibuat dengan campuran antara musik modern dan tradisional, namun nilai tradisional di dalamnya sepertinya lebih kental dibandingkan dengan musik modernnya. Oleh karena itulah musik tersebut sangat dikenal oleh masyarakat luas.

Musik ini biasanya dimainkan oleh orkestra rakyat nan terdapat d daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Musiknya biasa dimainkan oleh pemusik nan sudah berumur sebab menggunakan musik dasar keroncong, meskipun banyak juga anak muda nan suka memainkan musik tersebut.

Orkestra musik campursari ini biasanya diundang dalam acara rakyat dan seremonial, seperti halnya upacara pernikahan, ulang tahun, dan acara silaturahmi antarwarga.

Dengan demikian, musik campursari bukanlah musik kampungan nan dianggap oleh sebagain besar masyarakat (terutama masyarakat moern) sebagai musik nan tiak enak didengar dan tak "gaya".

Padahal, musik campursari ini merupakan musik nan sukses meningkatkan musik tradisional nan dikolaborasikan dengan musik modern. Kebudayaan nan masuk ke dalam peradaban, namun tak menghilangkan nilai-nilai adiluhung dari kebudayaan tersebut. Oleh karena itu, kita sebaiknya tak menilai musik dari persepsi belaka. Nilai pula musik ari sisi kualitasnya.