Pertunjukan Musik Daerah di Makassar

Pertunjukan Musik Daerah di Makassar

Karya musik nusantara sangatlah beragam, termasuk seniman, alat musik dan elemen nan mendukung di dalamnya. Karya musik daerah nan satu akan memiliki karakteristik khas, nan berbeda dengan daerah nan lainnya. Namun kekhasannya itu akan menjadi sesuatu nan percuma, jika tak disampaikan kepada masyarakat atau publik melalui pertunjukan musik daerah .

Musik daerah lekat dengan tradisi musik terdahulu. Secara sosiologis, tradisi pada dasarnya ialah cara bertahan hayati buat melanggengkan kestabilan sistem nilai nan dianggap sahih dan bisa melindungi suatu kelompok, dalam hal ini musik daerah.



Tradisi Daerah dalam Pertunjukan Musik Daerah

Pada sebuah artikel Musik antara Kritik dan Apresiasi , pengamat musik senior Suka Hardjana sempat menyinggung tentang keberlangsungan musik daerah nan katanya, pertunjukan itu akan semakin punah di masa depan.

Agar tradisi itu bertahan, setiap manusia perlu mempertahankan bukti diri dirinya di tengah gempuran budaya kontemporer. Musik daerah ialah tradisi hasil pergulatan berabad-abad akumulasi evolutif proses peradaban dan budaya nan memakan waktu panjang.

Secara ilmu sosiologis, tradisi tak bisa dilanggar atau bahkan dihilangkan begitu saja, karena akan menimbulkan keguncangan sistem, nilai, dan pertahanan sistem suatu masyarakat pendukungnya. Namun, pada dasarnya tradisi bersifat stabil, bukan artinya tidak mengalami evolusi dari segi pergeseran perspektif, pengaruh ruang-waktu, dan perubahan alat produksi.

Tradisi ialah bagian dari bukti diri suatu kelompok masyarakat tertentu. Budaya pada masa ini atau kehidupan modern, lahir pada pengaruh peradaban industri pada abad-18 nan hingga kini menunjukkan perubahan-perubahan nan begitu radikal. Akan tetapi, secara sisi humanis, setiap orang nan berpikir maju selalu kukuh mempertahankan identitas, atau kekhasan dirinya.

Contohlah Inggris nan tetap mempertahankan sistem kerajaan dalam tata negaranya, dan Brit Pop buat mengidentikkan karakteristik musiknya. Jepang lain lagi. Dari segi musik dan fashion, mereka memiliki produk ‘Harajuku’.

Kedua negara tersebut mampu bertahan dalam modernisasi dengan tetap mempertahankan jati dirinya. Ini artinya, bukti diri tak selalu rentan tergerus dalam bombardir aneka perubahan, sekalipun perubahan itu diciptakan manusia sendiri.

Tanpa bukti diri diri, kelompok, dan individu sulit buat membedakan satu sama lain. Tanpa identitas, manusia sulit mempertahankan ciri-ciri khasnya, dan pada gilirannya timbul penggerogotan ekosistem budaya.

Namun masalahnya, modernisasi menjadikan manusia memilih kerja instan, memprioritaskan hitung-hitungan kuantitas ketimbang kualitas klasik. Bukti diri ada, tetapi proses olehnya nan serba digital melalui berbagai mesin. Ini membuat manusia mensiasati tradisi tersebut, secara instan, praktis, ketimbang mementingkan mutu produk klasik itu sendiri.

Pertunjukkan musik daerah paling hanya bisa ditemui di Taman Ismail Marzuki (TIM), Teater Salihara, Taman Mini Indonesia Latif (TMII), sangat sporadis menyemarakkan di layar televisi swasta. Kalaupun ada, hanya sebagai pelengkap, bukan hasil eksplorasi simponi klasik bernilai seni tinggi.

Kalau sudah begitu, adakah jalan keluar bagi musik daerah di Indonesia nan masih limbung, atau malah kini pertunjukkannya makin terbatas?

Inilah konflik primer nan antara lain juga menjadi wacana konflik pada masa ini global tradisi di Indonesia, di mana ada kekayaan musik daerah di dalamnya.

Pertunjukan musik daerah ialah pertunjukan musik nan menggunakan alat musik tradisional nan terdapat di suatu daerah. Hal tersebut bisa diamati melalui unsur-unsur nan ada pada musik, yaitu sebagai berikut.

  1. Irama. Irama ialah salah satu unsur musik nan sangat penting. Setiap lagu akan memiliki irama di dalamnya. Dan irama dalam musik daerah memiliki strata irama sendiri. Namun semuanya sama, yaitu berhubungan dengan pembagian kecepatan dalam musik.
  1. Nada. Nada juga merupakan unsur nan krusial dalam musik. Nada ialah suara nan bisa berbentuk vokal (suara manusia) maupun instrumen (suara alat musik).
  1. Harmoni. Harmoni dalam musik daerah mengandung pengertian selaras, indah, dan menyatu.

Pertunjukan Musik Daerah

Untuk melakukan sebuah pertunjukan musik daerah banyak cara buat menyampaikannya, beberapa di antaranya ialah sebagai berikut.

  1. Zaman dahulu, bermain musik dilakukan dengan cara mengajak orang lain bermain bersama dengan alat musik nan sama, misalnya gamelan, lesung, kentongan, dan lain sebagainya.
  2. Pada waktu diadakannya acara adat, biasanya dipertontonkan pertunjukan musik daerah.
  3. Pada waktu ritual pernikahan.
  4. Terbukanya peluang musik daerah di media televisi lokal, televisi nasional, maupun siaran radio.
  5. Pertunjukan di rumah, artinya setiap pemusik daerah dapat melakukan kolaborasi dengan perusahaan musik buat membuat demo album dan memasarkannya lewat VCD.

Tarling Sebagai Pertunjukan Musik Daerah Pesisir

Salah satu pertunjukan musik daerah ialah tarling, nan merupakan musik nan mengalami pencampuran Barat dan Timur. Tarling ialah sebuah pertunjukan musik nan berkembang khususnya di daerah pesisir, seperti Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan, dan Subang.

Instrumen musik tarling terdiri dari gitar melodi, rhythm , bas (Barat) suling (Cirebon), kendang sunda, kecrek, gong, dan vokal penyanyi. Adapun karakteristik khas tarling ialah bahasa nan kadang logatnya-pun terbawa, dengan logat dan bahasa Cirebon atau biasa disebut dermayon .

Sementara komposisi lagunya hampir mirip dengan komposisi lagu sindenan . Syair lagunya sangat sederhana, pengulangan motif dan jenis interlude sebagai penanda dan beralihnya syair atau motif.

Dalam menyajikan pertunjukan tarling tak hanya menampilkan nyanyian saja, kadang disertai dengan tarian, drama pendek nan menceritakan kisah-kisah nan beredar di masyarakat, atau kisah mengenai persoalan dan kehidupan nan biasa ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

Karya musik daerah dan fungsinya sangat beragam. Hal ini ditunjang sinkron dengan kebutuhan masing-masing daerah akan musik. Misalkan masyarakat Bali mengenal gamelan semar pagulingan nan biasa digunakan pada waktu upacara keagamaan.



Pertunjukan Musik Daerah di Makassar

Musik tradisional pakacaping merupakan jenis musik tradisional nan tersebar di seluruh etnis nan ada
di Sulawesi Selatan. Musik tradisi ini berasal dari moyang nan sama, yaitu dari pelaut Bugis Makassar. Meskipun musik ini berasal dari moyang nan sama, akan tetapi telah mengalami disparitas dan kekhasan sinkron dengan etnis nan memilikinya saat ini.

Musik tradisional pakacaping ialah suatu bentuk pertunjukan musik vocal fragmental sebab dalam pertunjukannya di samping menggunakan instrumen musik nan disebut kecapi, juga menggunakan vocal atau nyanyian nan disebut kelong. Secara etimologis, musik tradisional pakacaping diartikan sebagai pemain kecapi nan berasal dari dua suku kata, yaitu Pa berarti ‘pemain’ dan kata kacaping berarti ‘instrumen kecapi’. Secara harafiah diartikan bahwa musik tradisional pakacaping ialah suatu permainan instrumen kecapi nan dimainkan oleh satu orang atau lebih secara berpasangan sambil akkelong (menyanyi) dengan cara si sila-sila atau si balibali (saling berbalas syair lagu).

Genre musik tradisional pakacaping nan ada pada saat ini merupakan bentuk perkembangan dari sebelumnya. Dalam masyarakat etnis Makassar di daerah kabupaten Gowa, musik tradisi ini dipandang telah mengalami perkembangan. Adapun perkembangannya nan sudah terjadi ialah secara internal dan eksternal.

Sronenan dari Madura

Sronenan merupakan sebutan buat orkes musik karapan sapi nan mulai popular sejak tahun 1970-an itu. Kalau ditilik dari instrumennya nan terdiri dari alat berpencon keluarga gong, sesungguhnya alat musik tersebut terdapat pula loka lain, bahkan lebih populer dan lebih tua. Kita bisa mencermati homogen sronenan seperti di Jawa Barat (pada musik sisingaan), di Jawa Tengah (pada musik jaran kepang), di Jawa Timur (pada musik Reog), di Bali (pada musik Balaganjur). Pigeaud mengingatkan bahwa musik slompret (sejenis korp musik dalam bentuk rombongan kecil, seperti gamelan saronèn atau kenong telo’ nan sering dilibatkan dalam pawai-pawai sebagai musik “pengawal” pasukan, sudah cukup dikenal dan bukan khas Madura.

Sronenan di Madura selalu dikaitkan dengan musiknya sapi-karapan (sapi jantan) ataupun sape sono’ (sapi betina dalam kontes kecantikan sapi). Di luar contoh nan fenomenal ini, sesungguhnya “gamelan” sronenan ini memiliki substansi sebagai musik arak-arakan. Dalam arti, mengarak subjek apapun nan diseremonialkan, seperti mengarak jharan kenca’ (kuda menari) nan biasanya ditunggangi pengantin perkawinan maupun pengantin sunatan, mengarak sesajian atau orang menunaikan hajad ke kuburan keramat, mengarak tamu kehormatan dan sebagainya. Di sisi nan lain, suatu kelompok sronenan nan disewa juga selalu dituntut buat memberi hiburan musik kepada tamu.

Sekarang ini, masyarakat lebih leluasa buat bermain musik. Siapa pun dapat belajar dengan banyak pilihan. Dapat dengan privat, belajar sendiri, membentuk kelompok, dan lain sebagainya. Kita pun dapat dengan leluasa memilih jenis musik apa nan dimainkan atau disukai, tanpa harus melihat fungsi dan hal lainnya. Mau melihat pertunjukan musik daerah atau nan lain.