Industri Rokok menyasar konsumen muda

Industri Rokok menyasar konsumen muda

Banyak orang nan telah menulis makalah bahaya rokok . Uraian panjang tentang bahaya rokok tetap saja tak membuat takut para perokok. Cerita berdasarkan pengalaman seseorang, mungkin akan sedikit "mengena" dan membuat para perokok menghentikan Norma merokoknya. Berikut ini penggalan kisah Kuring, perokok kelas paus biru nan akhirnya sukses berhenti merokok.



Rokok merusak keindahan gigi

Giginya menghitam. Jangan tanya bibirnya nan kering dan berwarna tidak kalah gelapnya dengan giginya. Matanya konkaf dengan tonjolan rahang nan semakin keluar. Sesekali batuknya terdengar sangat berat.
"Aku sudah tak merokok lagi," katanya.

Kuring, 40 tahun, ialah seorang laki-laki nan mempunyai kehidupan cukup mapan dengan bisnis nan lumayan bagus. Kuring mengaku bahwa perkenalannya dengan rokok sejak dia berusia balita. Semua laki-laki nan ada dalam kehidupannya ialah para perokok kelas ikan paus biru.
Asap rokok tak pernah berhenti mengepul sedikit pun. Rumah Kuring selalu berasap. Asap tersebut bukan berasal dari dapur saja, tapi dari rokok kalau bukan bapaknya, pamannya, kakak-kakaknya ataupun mereka semua.

Tiga bulan nan lalu, Kuring nan masih membujang, berjumpa dengan seorang wanita. Kuring langsung jatuh cinta kepada wanita itu. Wanita itu tak mau berjumpa dengan Kuring kalau Kuring masih merokok.

Kuring bingung. Tapi cinta nan begitu dalam membuatnya langsung membagikan semua rokoknya nan masih berpak-pak. Semua temannya dibuat bingung dengan ulah si raja diraja rokok.
Kuring dengan santainya berkata, "Aku berhenti merokok."

Semudah itukah bagi Kuring berhenti merokok? Tidak juga. Tapi Kuring mempunyai senjata spesifik nan membuatnya ngeri buat merokok lagi.

  1. Gigi-giginya nan menghitam membuatnya rendah diri di hadapan wanita pujaan hatinya. Dia keluarkan dana Rp 15.000.000 juta buat membungkus gigi-giginya nan hitam dengan crown baru.
  2. Matanya nan terlihat konkaf membuatnya terlihat lebih tua dari usianya nan sebenarnya. Hal ini membuatnya takut kehilangan wanita pujaan hatinya nan masih terlihat awet muda.
  3. Suara batuknya nan cukup membuat wanita pujaan hatinya menatapnya dengan rasa iba nan mendalam. Kuring tidak mau pergi ke alam baka saat dia sedang jatuh cinta.
  4. Demi menjaga kesehatannya, Kuring mulai berolah raga. Tapi napasnya nan tersengal-sengal cukup membatasi geraknya.
  5. Program detoks nan dilakukannya cukup menyiksa. Dia berjanji tak akan menyentuh rokok.
  6. Kuring takut tak dapat memberikan 'benih' unggul bagi keturunannya kelak. Dia sangat paham, rokok bisa mengurangi kualitas spermanya.
  7. Kuring mulai memahami mengapa bapak, kakak tertua, dan pamannya terkena stroke di usia 35-an. Itu semua sebab rokok.
  8. Kuring mulai menghitung harga rokoknya nan ternyata sudah dapat membantu menyekolahkan ratusan anak dari keluarga kurang mampu hingga ke universitas.
  9. Kuring tak mau mobil barunya berbau apek nan akan membuat calon istrinya tidak mau pergi dengannya.
  10. Kuring tidak mau meracuni anak-anaknya kelak.
  11. Itulah sepenggal kisah Kuring. Bagaimana dengan Anda, wahai para perokok?


Industri Rokok menyasar konsumen muda

Rasanya tidak ada habisnya taktik dagang industry rokok dunia. Mereka rutin menyasar konsumen muda nan notabene belum memiliki penghasilan sendiri. Dengan segala cara mereka terus menyasar calon pelanggannya sebagai sasaran pasarnya. Salah satu cara menggaet pasar baru ialah ialah iklan langsung, mengendorshement acara-acara music nan digemari oleh anak muda. Lihat saja hampir semua sudut-sudut kota tidak ada nan bebas dari taburan iklan rokok.

Duta-duta marketing rokok atau SPG terus memberikan promosi dan rokok perdeo kepada semua orang, bahkan ada nan masuk ke sekolah dan universitas.
Bayangkan saja sekarang asa hayati orang Indonesia paling rendah se Asia Tenggara, umur perokok aktif maksimal hanya 65 tahun dan tiap tahun semakin rendah seiring bertambahnya faktor lain.

Jika sedari muda diajarkan mereka merokok, itu artinya memperpendek usia asa hayati manusia Indonesia. Lihat saja sekarang banyak orang dewasa nan umur 35 sampai 40 tahun mendadak terkena agresi jantung dan stroke. Padahal satu dasa warsa silam stroke lebih banyak menyerang orang tua. Ini berarti ada kesamaan agresi stroke meningkat pada usia muda.



Pemerintah terkesan setengah hati

Parahnya dari pemerintah tidak memberikan kampanye counter attack terhadap iklan rokok nan kian bombastis dan massiv. Iklan anti rokok dari pemerintah hanya sebatas menghiasi, rumah sakit, puskesmas dan hampir tidak ada gaungya di pusat-pusat anak muda berkumpul seperti di Sekolah-sekolah dan universitas. Mengapa demikian? sebab selama ini promosi anti rokok ditunggangi oleh kepentingan politik sesaat. Lihat saja setiap ada iklan kesehatan termasuk ajakan anti rokok justru nan nampang muka kepala daerah, menteri nan notabene hadir dari personafikasi partai.

Kembali ke industry rokok nan menyasar anak muda, padahal di negara-negara maju seperti Singapura dan Eropa misalnya, area iklan rokok sangat terbatas dan segmented. Di sana anggaran iklan rokok begitu ketat, seketat embargo merokok area umum.

Misalnya di Singapura, memperlakukan embargo merekokok hampir disemua tempat, seperti mall, taman, halte bus, dalam transportasi massal. Pemerintah Singapura hanya menyediakan ruangan kecil bagi perokok. Jadi perokok terkesan dikucilkan dari publik.

Pemerintah Indonesia terkesan setengah hati dan tidak tegas mengurusi masalah rokok. Di sisi lain industry tembakau menjadi salah sumber pemasukan pajak nan luar dapat banyak. Di sisi lain rokok menjadi salah satu masalah kesehatan nasional, nan segara harus di kurangi. Di tambah lagi tuntutan petani tembakau nan ingin eksistensinya di lindungi pemerintah dan meniadakan embargo budidaya tembakau.



Korban rokok ialah generasi muda dan perokok pasif

Perang kepentingan antara pemerintah dan gurita industry rokok nan sampai sekarang masih terkesan tarik ulur. Terlepas dari itu sebenarnya ada pihak nan palin dirugikan. Yakni konsumen primer nan tidak ada daya buat menghentikan kecanduan merokok dan pihak kedua ialah perokok pasif nan sebenarnya tidak merokok tapi terkena imbasnya.
Lihat saja di rumah sakit, sebagian besar dihuni oleh pasien nan mengidap penyakit degenaritf sebab pola hayati nan tidak sehat. Agresi jantung koroner menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia. Semua itu diakibatkan oleh asap rokok dan gaya hayati nan tidak sehat.

Padahal penyakit nan ditimbulkan dari rokok sangat sulit diobati, perokok aktif berpotensi terkena kanker lidah, kanker paru-paru, dan pita suara rusak sehingga tidak dapat berbicara, dan masih banyak lagi. Padahal biaya berobat sekarang ini sangat mahal.

Imbasnya masyarakat ekonomi ke bawah nan kerap menjadi korban pertama dari tembako, tragisnya akses berobat kian sulit dan tidak terjangkau. Kalau sudah sakit apakah lantas mereka menggugat pabrik rokok? Rasanya naïf sebab selama ini mereka merokok sebab kesadaraan sendiri.



Merokok banyak mudaratnya dari manfaatnya

Semakin banyak orang merokok semakin bertambah banyak laba mengalir ke pengusaha rokok. Padahal saham mayoritas dari industry rokok dipegang oleh investor dari luar negeri. Kasarannya konsumen tidak menerima apa-apa dari rokok selainrasa nyaman semu, tapi sisi lain negara asing menjadi tambah tajir sebab investasi industry rokok di Indonesia menguntungkan. Menguntungkan dari segala hal, pemerintahnya nan tidak berbuat banyak, harga bahan bakunya murah, dan konsumen setianya pun paling banyak dari lima besar di dunia. Tak heran Indonesia menduduki peringkat ketiga penduduk nan memiliki perokok aktif terbanyak di dunia.

Padahal di ajaran Islam mengatakan bahwa rokok itu banyak mudaratnya dari pada manfaatnya. Rokok menjadi kegiatan sia-sia bagi kesehatan.
Sudah saatnya mari kita sama-sama mengajak perokok aktif menghentikan Norma buruknya. Demikian juga mendesak pemerintah agar mengeluarkan UU embargo merokok dan iklan rokok di publik space.

Demikianlah secuil dari kisah mantan perokok kelas paus biru nan sulit mengentikan kecanduannya terhadap rokok. Selamatkan keluarga anda dari asap rokok.