Radar Banyuwangi dan Jawa Pos

Radar Banyuwangi dan Jawa Pos

Radar Banyuwangi . Jika disebutkan nama ini, masyarakat di daerah Banyuwangi dan Situbondo niscaya sudah lazim mendengarnya. Sebagai surat kabar harian nan terbit di kawasan tersebut, Radar Banyuwangi jadi pilihan primer masyarakat setempat dalam mengetahui warta atau informasi lain nan relevan dengan daerah mereka.

Berbagai ragam warta lokal, nasional, maupun internasional, bisa ditemukan di surat kabar ini. Tentu saja, porsi lokalnya jauh lebih besar. Hal tersebut wajar adanya, mengingat bahwa Radar Banyuwangi memang merupakan surat kabarnya daerah Banyuwangi dan Situbondo.

Sebelum mengupas lebih jauh tentang surat kabar lokal tapi bercitra rasa nasional ini, ada baiknya terlebih dahulu kita mengenal sekilas profil dan karaktersistik masyarakat di daerah Banyuwangi dan Situbondo. Menjadi krusial buat diungkap sebab setiap surat kabar nan terbit di suatu daerah, umumnya mencerminkan ciri masyarakat di daerah tersebut, termasuk membawa idealisme eksklusif nan diupayakan buat bisa terealisasi.

Begitu pula halnya dengan Radar Banyuwangi . Mengenal dan memahami keberadaan surat kabar ini akan terasa kurang paripurna bila tak diikuti dengan mengenal profil wilayah dan ciri masyarakat sebagai pembaca utamanya.



Banyuwangi - Sumber Warta Primer Radar Banyuwangi

Sebagai kabupaten nan terletak di ujung paling timur dari Pulau Jawa, Banyuwangi memiliki wilayah terluas dibanding kabupaten-kabupaten lain di Provinsi Jawa Timur. Luasnya mencapai 5.782,50 km persegi dengan topografi nan beragam. Mulai dari dataran rendah dengan pantai dan sungai hingga pegunungan nan memiliki cagar alam dan perkebunan peninggalan kolonial Belanda.

Berhadapan langsung dengan Selat Bali di sebelah timurnya, membuat Banyuwangi menjadi daerah perlintasan bagi mereka nan hendak ke Pulau Bali melalui jalur darat. Hal ini membuat dinamika masyaratnya begitu terasa. Walaupun dominan budaya Jawa dan Bali, tapi budaya lainnya seperti Madura, Melayu, dan Eropa pun juga dapat dijumpai di daerah ini. Asimilasi nan terjadi membuat Banyuwangi menjadi daerah kaya akan berbagai ragam budaya.

Ada pun nama Banyuwangi diambil dari legenda terkenal masyarakat setempat,a yakni kisah mengenai air sungai berbau harum atau wangi nan menjadi bukti kesetiaan seorang istri kepada suaminya. Dari cerita fiktif inilah, nama Banyuwangi diambil dan berarti 'air nan wangi'. Sementara jika dilihat dari sejarah, keberadaan Banyuwangi erat kaitannya dengan Kerajaan Blambangan. Kerajaan bercorak Hindu nan berkuasa pada pertengahan abad ke-17.

Situbondo - Sumber Warta Tambahan Radar Banyuwangi

Situbondo secara geografis tepat terletak di bagian utara Banyuwangi. Walau secara ukuran luasnya Situbondo hanya sekitar seperlima dari Banyuwangi, tetapi jika dilihat dari taraf kepadatan penduduknya, daerah ini termasuk padat. Hampir dua kali lipat padatnya daripada Banyuwangi.

Daerah nan menjadi akhir dari jalur Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan protesis Daendels ini, memang memikat banyak orang buat berdomisili. Bahkan, sejak zaman Majapahit pun, Situbondo diyakini merupakan wilayah perebutan antara raja Majapahit (Wikramawardhana) dengan adipati Blambangan (Bhre Wirabumi). Perang paregreg nan disebut-sebut sebagai awal dari kehancuran Majapahit, juga diyakini berlangsung di daerah Situbondo.

Daya tarik nan dimiliki oleh Situbondo, mungkin menjadi sumber inspirasi lahirnya penamaan daerah ini. Situbondo menurut beberapa sumber berasal dari kata 'siti bondo'. Artinya ialah tanah nan mengikat. Menyiratkan bagaimana Situbondo merupakan daerah pilihan para pendatang buat tiba dan kemudian menetap di sini.

Dengan mayoritas penduduk berasal dari suku Jawa dan Madura, kehidupan perekonomian di Situbondo termasuk pesat berkembang. Terlihat dari adanya perkebunan besar seperti tebu, tembakau dan pabrik gula. Selain itu, Situbondo pun terkenal dengan usaha perikanannya, yaitu pembibitan dan pembesaran udang.

Nah, di kedua kawasan inilah Radar Banyuwangi menancapkan eksistensinya sebagai surat kabar harian nan tidak lelah menyapa para pembacanya. Selain itu, juga mencerdaskan masyarakat nan berdiam di kedua daerah tersebut.



Radar Banyuwangi dan Jawa Pos

Berslogankan pendorong perubahan dan pembaruan, surat kabar nan terbit pertama kali pada tahun 1995 ini, boleh dibilang telah memberikan kontribusi berarti bagi perkembangan dan kemajuan daerah Banyuwangi dan Situbondo. Radar Banyuwangi dinilai oleh banyak kalangan bisa memainkan perannya sebagai forum pers dengan baik dan efektif.

Melalui pemberitaan nan objektif dan berimbang, surat kabar ini menyajikan warta nan layak disebut sebagai karya jurnalistik, yaitu sebentuk penulisan nan taat terhadap kaidah jurnalistik. Selain itu, juga memerhatikan etika penulisan dan prinsip nan dipegang oleh seorang jurnalis dalam mencari dan mengolah warta agar menjadi berkualitas.

Jadi, bukan warta sampah nan hanya mengejar sensasi belaka. Warta bombastis tapi melupakan nilai krusial dari sebuah berita, yaitu menampilkan fakta kepada masyarakat tanpa terjebak oleh gosip murahan atau ditunggangi oleh kepentingan eksklusif nan bertolak belakang dengan kebenaran.

Keberadaan Radar Banyuwangi nan jelas bukan media cetak setipe surat kabar kuning atau infotainment, membuat eksistensinya tetap terjaga dengan baik hingga saat ini (2012). Terhitung dari tahun 1995 hingga 2012, nan berarti telah 17 tahun surat kabar harian ini menjadi pilihan bagi masyarakat di Banyuwangi dan Situbondo.

Jika dibedah secara manajerial, kehandalan Radar Banyuwangi dalam menyajikan warta berkualitas dan mampu eksis hingga belasan tahun, ternyata ada interaksi dengan keberadaan dari Jawa Pos, surat kabar nan disebut sebagai terbesar di Jawa Timur dan salah satu raksasa surat kabar nasional.

Seperti generik diketahui, surat kabar Jawa Pos pada masa kepemimpinan Dahlan Iskan mencapai titik kesuksesannya. Bukti kesuksesan dari tangan dingin Dahlan Iskan ialah ia mampu dalam tempo lima tahun, 'menyulap' keberadaan Jawa Pos yang saat itu sedang sekarat sebab beroplah 6.000 eksemplar per hari, menjadi raja media di Jawa Timur dan beroplahkan 300.000 eksemplar per harinya.

Tangan dingin Dahkan Iskan pun kembali beraksi menebar kesuksesan dengan dibentuknya Jawa Pos News Network atau grup media Jawa Post. Grup media ini merupakan jaringan surat kabar terbesar di Indonesia. Beranggotakan lebih dari 40 surat kabar kabar, tabloid maupun majalah.

Nah, Radar Banyuwangi termasuk pada salah satu surat kabar harian nan menginduk kepada Jawa Pos dan tergabung ke dalam grup media Jawa Pos bersama-sama surat kabar lain. Surat kabar tersebut tersebar di berbagai kota di Jawa Timur dan beberapa kota di Jawa Tengah serta Daerah Istimewa Yogyakarta.

Berikut ini daftar nama dari surat kabar 'anak' dari Jawa Pos. Secara manajerial, berbagai surat kabar ini memiliki keterkaitan dengan J awa Pos . Tapi buat bagian redaksi, terpisah dan bersifat mandiri.

Surat kabar 'anak' Jawa Pos di Jawa Timur ialah sebagai berikut.

  1. Radar Banyuwangi yang beredar di Banyuwangi serta Situbondo.
  2. Radar Jember nan beredar di Jember, Bondowoso dan Lumajang.
  3. Radar Bromo nan beredar di Probolinggo dan Pasuruan.
  4. Radar Malang nan beredar di Malang dan Batu.
  5. Radar Mojokerto yang beredar di Jombang serta Mojokerto.
  6. Radar Gresik nan beredar di Surabaya, Gresik, dan Lamongan.
  7. Radar Kediri nan beredar di Kediri dan Nganjuk.
  8. Radar Tulungagung nan beredar di Blitar, Tulungagung, serta Trenggalek.
  9. Radar Bojonegoro nan beredar di Bojonegoro, Lamongan, Blora, dan Tuban.
  10. Radar Madiun yang beredar di Madiun, Magetan, Ngawi, Pacitan, dan Ponorogo.
  11. Radar Madura nan beredar di Pulau Madura.
  12. Radar Bali nan beredar di Pulau Bali.

Surat kabar 'anak' Jawa Pos di Jawa Tengah serta Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), ialah sebagai berikut.

  1. Radar Semarang nan beredar di Semarang, Demak, Kendal, Salatiga, Batang, serta Pekalongan.
  2. Radar Solo nan beredar eks Karesidenan Surakarta.
  3. Radar Suci yang beredar di Kudus, Jepara, Grobogan, Pati, Rembang, serta Blora.
  4. Radar Jogya nan beredar di Provinsi DIY, Kebumen, Magelang, Purworejo, Wonosobo, dan Temanggung.

Mencermati fakta ini, wajar bila Radar Banyuwangi dapat tetap eksis dan dikelola secara profesional sebagai sebuah forum pers. Karena, surat kabar kebanggaan masyarakat di Banyuwangi dan Situbondo itu merupakan bagian jejaring media dari raksasa Jawa Pos .