Unpar di Palangkaraya

Unpar di Palangkaraya

Unpar digunakan buat menyebutkan nama sebuah universitas terkenal dari Kota Bandung, Universitas Katolik Parahyangan. Namanya mungkin kalah tenar dibanding ITB nan merupakan salah satu ikon pendidikan di kota bunga tersebut. Atau IPB nan identik dengan Kota Bogor serta UGM nan mengingatkan kita pada Kota Yogyakarta.

Namun, Unpar juga merupakan salah satu universitas partikelir tertua di republik tercinta ini. Unpar mempunyai kampus primer nan berada di kawasan Ciumbuleuit. Selain itu, masih ada kampus nan berada di Jalan Nias dan Jalan Merdeka. Ketika baru dibuka, universitas ini menggunakan Gedung Panti Budaya buat melakukan kegiatan perkuliahan. Seiring waktu, akhirnya universitas ini pun mampu memiliki gedung perkuliahan sendiri nan memadai dan nyaman.

Unpar sendiri didirikan pada 1955 dengan nama Akademi Perniagaan nan merupakan hasil kolaborasi dari dua orang uskup dari Kota Bogor dan Bandung. Kemudian, akademi ini diubah menjadi Fakultas Ekonomi, seperti nan kita kenal sekarang. Hanya saja, ketika itu namanya ialah Perguruan Tinggi Sosio Ekonomi Parahyangan. Perguruan tinggi baru ini ternyata mampu menarik minat banyak mahasiswa.

Terbukti tiga tahun kemudian didirikan fakultas hukum. Ini menandakan tingginya atensi dari masyarakat terhadap perguruan tinggi ini. Pada tahun nan sama, dengan resmi dipakai nama Perguruan Tinggi Katolik Parahyangan. Sekaligus didirikannya sebuah yayasan berbadan hukum nan menjadi penyelenggara perguruan baru ini.

Setelahnya, Unpar pun mulai membuka berbagai fakultas baru. Dimulai dari fakultas teknik dan dilanjutkan dengan fakultas sosial politik. Hingga kemudian perguruan tinggi ini kembali berganti nama menjadi Universitas Katolik parahyangan. Universitas ini kemudian dikenal dengan semboyannya “Bakuning Hyang Mrih Guna Santyaya Bhakti” nan berarti "Berdasarkan Ketuhanan Menunntut Ilmu buat Dibaktikan kepada Masyarakat".

Hanya dalam waktu sekitar tujuh tahun setelah berdiri, Unpar ditetapkan sebagai perguruan tinggi partikelir nan statusnya disamakan dengan perguruan tinggi negeri. Begitulah, Unpar terus melaju sebagai salah satu universitas terbaik di Kota Bandung.Kini, Unpar sudah mempunyai beberapa fakultas nan menyelenggarakan pendidikan diploma dan setingkat sarjana.

Juga ada program magister dan doktor buat umum. Semuanya tentu dimaksudkan buat meningkatkan kualitas pendidikan sekaligus memberi kesempatan pada masyarakat buat mendapat ilmu setinggi-tingginya.

Seperti halnya universitas terkemuka lainnya, Unpar tentu saja terus berusaha meningkatkan fasilitas dan pelayanan bagi para mahasiswanya. Wahana dan prasarana menjadi sebuah keharusan nan tak dapat ditawar-tawar jika tetap ingin menjadi salah satu nan terdepan dalam global pendidikan. Ketersediaan wahana dan prasarana nan memadai memang sangat dibutuhkan, demi mendukung terselenggaranya proses perkuliahan nan maksimal.

Dalam hal ini, Unpar mengedepankan sebuah prinsip nan layak ditiru. Mereka menerapkan moto “Membangun dan tetap hijau”. Artinya, pembangunan fisik tetap jalan terus. Akan tetapi, mereka tak mengabaikan masalah lingkungan nan seringkali menajdi korban dari sebuah proses pembangunan. Intinya, kelestarian lingkungan tetap terjaga, namun fasilitas publik juga terus ditingkatkan kualitasnya.



Unpar dan Padhyangan

Unpar ialah sebuah perguruan tinggi nan cukup besar di tanah air, khususnya Bandung. Nama Unpar pernah begitu identik dengan sebuah kelompok lawak asal Bandung, Padhyangan Project. Saat ini, orang memang lebih mengenal nama P-Project. Padhyangan merupakan kumpulan sekelompok mahasiswa dan mahasiswi nan berbakat dalam global kabaret. Namanya mungkin terdengar unik, dan memang merupakan singkatan nama almamater para anggotanya, Unpar dan Unpad.

Kombinasi keduanya menciptakan nama Padhyangan. Kelompok ini mewadahi ide-ide unik dan menarik dari para anggotanya. Utamanya, mereka bergerak di bidang seni. Padhyangan terbentuk secara resmi pada tanggal 4 Desember 1982.

Personel top dan dianggap sebagai tulang punggung Padhyangan ialah Iszur Muchtar, Denny Chandra, dan juga Joe. Seperti sudah disinggung di atas, para anggotanya ialah mahasiswa dari Unpad dan Unpar. Kerja sama dari kedua universitas terkenal ini sungguh menarik buat disimak. Mereka pertama kali mengadakan pertunjukan komersial pada pertengahan 1980-an.

Ciri khasnya ialah memparodikan berbagai lagu nan sedang top. Acara mereka didukung oleh sebuah radio partikelir asal kota bunga dan mereka mengadakan pertunjukan di berbagai kota di provinsi Jawa Barat. Belakangan, para anggota Padhyangan bahkan mempunyai sebuah acara tetap di Radio Oz, Bandung.

Penampilan mereka nan segar dan kocak, membuat banyak pihak merasa tertarik. Pada masa itu, belum ada grup nan unik seperti Padhyangan. Para alumnus dari Unpar dan Unpad itu pun akhirnya memberanikan diri meluncurkan sebuah album pada 1993. Seperti kemahiran mereka, album ini pun tak jauh dari lawak dan pelesetan nan memang menjadi karakteristik khas kelompok ini. Maka, lahirlah album bertajuk" Oo.. Lea.. Leo".

Gaya nan unik dan lirik nan kocak, sontak membuat album ini populer di masyarakat. Lagu andalannya ialah “Nasib Anak Kos” nan merupakan lagu paarodi dari tembangnya Janet Jackson, “That’s The Way Love Goes”. Lagu aslinya memang sedang sangat populer ketika itu. Jadi, lagu “Nasib Anak Kos” pun dengan mudah dapat menarik perhatian para penikmat musik Indonesia.

Begitu juga lagu “Good Bye Ayu” nan merupakan lagu parodi dari “Good Bye” milik Air Supply. Hampir semua lagu-lagu di album ini meledak dan populer di masyarakat. Hal ini secara otomatis juga mengangkat nama para personilnya ke puncak popularitas. Iszur Muchtar dkk belakangan tak lagi dikenal sebagai komedian belaka.

Ada nan kemudian terjun menjadi presenter, pemain sinetron, dan lain sebagainya. Kesuksesan Padhyangan Project telah membuka berbagai pintu kesempatan bagi para personilnya, meski akhirnya grup ini dibubarkan dan berganti nama menjadi P Project.



Unpar di Palangkaraya

Ternyata, Unpar tak hanya ada di Bandung, melainkan juga di kota Palangkaraya nan berada di provinsi Kalimantan Tengah. Unpar merupakan kampus terbesar nan berada di provinsi ini. Didirikan pada tahun 1963, universitas ini merupakan salah satu institusi pendidikan nan paling tua di privinsi Kalimantan Tengah. Misinya ialah menjadi institusi pendidikan nan berkualitas tinggi dengan melakukan riset baku global internasional, sekaligus berupaya buat menjaga gengsi di sejumlah jurnal kelas dunia.

Hingga saat ini, universitas ini secara aktif terus melakukan dan menjalin kolaborasi dengan banyak perguruan tinggi ternama di dunia. Sekadar menyebut nama, ada Toyohashi University, Hokkaido University, La Throbe University, dan Monash University. Hal ini dilakukan buat meningkatkan kualitas pendidikan, agar senantiasa sinkron dengan perkembangan zaman. Jika tidak, tentu Unpar akan mengalami ketinggalan.

Unpar dibentuk oleh Panitia Persiapan Pembentukan Universitas di provinsi Kalimantan Tengah. Panitia ini sukses mendapatkan dukungan secara resmi dari pemerintah daerah hingga akhirnya diresmikan dengan nama Universitas Palangkaraya pada tanggal 10 November 1963. Ketika itu, universitas ini sudah memiliki tiga fakultas, yaitu fakultas kehutanan, pertanian, dan ekonomi.

Unpar terus berkembang dan meneysuaikan diri dengan berbagai perubahan nan terjadi di global pendidikan. Kini, universitas ini telah memiliki 5 buah fakultas dan menempati dua area nan berbeda. Yang terbesar berada di wilayah Yos Sudarso dengan huma seluas sekitar 53.000 hektar.

Di sini bahkan terdapat hutan pendidikan nan digunakan utnuk riset dan penelitian. Total di atas 90 persen terdapat area hijau nan diwujudkan dalam bentuk hutan kota. Unpar terus berusaha meningkatkan kualitas pendidikan dan membangun wahana dan prasarana sebagai pendukung.

Sebagai Universitas terbesar di provinsinya, kedudukan Unpar memang tergolong istimewa dalam global pendidikan di Kalimantan Tengah. Universitas ini terus berbenah buat memberikan nan terbaik bagi bangsa ini.