Asal-Usul Fabel

Asal-Usul Fabel

Membaca fabel berbahasa Inggris memang menyenangkan. Anda tentunya pernah mendengarkan cerita berupa fabel atau membaca cerita fabel, bukan? Ya, cerita fabel ini merupakan cerita nan sangat sering kita baca atau ceritakan kepada orang lain atau anak-anak. Cerita fabel ini sangat mudah diterima oleh anak-anak sebab tokoh nan ada dalam cerita fabel tersebut bisa diganti dengan binatang sinkron dengan karakter nan diperankan. Fabel itu sendiri merupakan sebuah cerita nan menceritakan suatu kejadian sehari-hari nan diperankan oleh binatang nan berperilaku seperti manusia pada umumnya. Fabel ini termasuk cerita fiksi. Artinya, pada umumnya cerita fabel nan ada di dalamnya berupa imajinasi atau fantasi pengarangnya saja, tak ada kenyataannya di global nyata.

Dalam fabel juga terdapat tokoh binatang nan bisa berbicara sebagaimana manusia pada umumnya. Pada zaman dulu sebuah fabel merupakan salah satu dongeng nan sangat digemari dan disukai kalangan masyarakat. Banyak para artis dan penyair menggunakan fabel ini sebagai media bercerita dan pesan kepada pembacanya. Hampir di semua cerita fabel ini mempunyai pesan atau nilai moral nan sangat mendalam bagi nan membacanya.

Kata fabel sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu fabula, nan memiliki arti cerita pendek nan diperankan oleh binatang sebagai tokoh utamanya. Pada tulisan lainnya juga disebutkan bahwa fabel merupakan cerita atau dongeng nan diperankan oleh binatang layaknya manusia nan di dalam cerita tersebut memuat nilai moral nan ditujukan bagi pembacanya. Saat ini banyak sekali jenis cerita fabel nan beredar di masyarakat. Fabel berbahasa Inggris merupakan fabel nan banyak diminati, selain fabel lokal.



Asal-Usul Fabel

Cerita mengenai fabel awalnya lahir di Yunani sekitar abad ke-6 sebelum Masehi. Perlu diketahui bahwa cerita fabel tersebut merupakan cerita nan sangat tua dalam global kesusastraan. Hal ini dikarenakan para penyair sejak zaman menceritakan sebuah cerita dengan menggunakan perumpamaan binatang sebagai tokohnya. Orang nan pertama kali memperkenalkan cerita fabel tersebut ialah Asop. Kemudian muncul pada abad ke-1 semebum Masehi bernama Pharus. Pharus merupakan seorang pengarang fabel nan terkenal di zamannya. Di Eropa, tepatnya di Jerman itu sendiri, cerita fabel dusah digemari dan ditulis ke dalam bentuk buku pada abad pertengahan.

Tidak lama kemudian berkembang pesat pada abad reformasi. Pada zamannya ada seorang tokoh nan terkenal sebagai kritikus nan menggunakan media cerita fabel sebagai media penyampaiannya mengenai politik dan kehidupan beragama. Tokoh tersebut ialah Martin Luther. Cerita tentang fabel kemudian meredup pada zaman peperangan. Akan tetapi, tak lama kemudian cerita fabel mengalami kejuan nan sangat pesat pada zaman pencerahan. Penulis fabel pada zaman ini nan terkenal ialah Lessing di Jerman.

Oleh sebab pengaruhnya nan sangat kuat, banyak penulis fabel tersebar di hampir seluruh bagian Eropa. Penulisan fabel tersebut ditulis dalam bahasa Inggris. Penulisan fabel berbahasa Inggris ini dilakukan sebab bahasa Inggris sudah hampir dipahami oleh banyak negara di Eropa.

Kepopuleran cerita fabel ini tak terlepas dari nilai-nilai nan terkandung dari ceritanya. Juga kemudahan pengarangnya dalam menuangkan pesan nan ingin disampaikan pada pembaca melalui media bercerita. Selain itu, ciri tokoh fabel bisa dijadikan sebagai citra manusia sebenarnya melalui cerita nan terkandung. Berikut ini ialah ciri-ciri dan karakter dalam penulisan fabel.



1. Binatang sebagai tokohnya

Cerita fabel biasanya diperankan oleh binatang sebagai tokoh utamanya. Tokoh-tokoh nan dipilih dapat juga sinkron dengan selera pengarang masing-masing. Biasanya tokoh tersebut sinkron dengan isi cerita fabel tersebut.



2. Binatang nan berperilaku seperti manusia

Perilaku atau tingkah laku binatang dalam cerita fabel ini biasanya disesuaikan dengan sifat nan dimiki oleh binatang tersebut dengan sifat manusia nan sebenarnya. Misalnya, jika cerita tersebut menceritakan kebusukan korupsi maka karakter nan paling cocok ialah tikus sebab binatang tersebut selalu membuat kerusakan dan kotor.



3. Menunjukkan penggambaran moral dan kehidupan

Biasanya sebuah cerita fabel menceritakan kehidupan nan dialami oleh manusia di kehidupan nyata. Pesan atau amanat nan ingin disampaikan dalam cerita biasanya selalu tersampaikan dalam kehidupan manusia nan sebenarnya. Pesan tersebut biasanya bisa dijadikan pelajaran atau hikmah bagi pembacanya dalam kehidupan sehari-hari.



4. Alur cerita nan pendek

Sebuah cerita fabel biasanya tak panjang, bahkan cerita dalam fabel tersebut selalu pendek. Hal ini dilakukan agar pembaca tak merasa bosan pada saat membacanya. Untuk itu, alur cerita nan pendek sangat bermanfaat bagi pembaca dan pesan nan akan disampaikan oleh pengarang langsung bisa mengenai pembacanya. Selain itu, konflik nan ada dalam cerita fabel biasanya tak terlalu lama.



5. Pemilihan kata (diksi)

Pemilihan kata atau diksi sebaiknya selalu digunakan sebab pemilihan kata akan menambah daya tarik dari cerita nan diceritakan. Selain itu, diksi ini dimaksudkan sebab pembaca cerita fabel ini ialah kebanyakan anak-anak sehingga kata nan baik dan tepat sangat diperlukan dalam penulisan fabel tersebut.



6. Cantumkan karakter nan baik dan nan jahat

Pemilihan karakter juga perlu diperhatikan dalam fabel. Karakter nan baik melawan nan dursila atau karakter nan kuat dengan nan lemah biasanya selalu ada dalam penceritaan fabel. Dengan adanya karakter ini, pembaca bisa mengambik konklusi sendiri dengan membaca akhir dari cerita tersebut.



7. Latar belakang alam

Penggunaan seting alam memang sudah menjadi karakteristik khas dari cerita fabel tersebut. alam merupakan loka hayati binatang nan ada. Selain itu, latar belakang alam memang sangat cocok bagi cerita fabel. Juga dalam cerita fabel terdapat juga tokoh pembantu atau pendamping berupa tokoh tanaman nan biasanya memiliki sifat nan bijaksana.



8. Dialog

Percakapan atau obrolan memang sine qua non dalam sebuah cerita berjenis apa saja, bahkan dalam cerita fabel. Obrolan tersebut sama dengan obrolan nan biasa dilakukan oleh manusia pada umumnya. Dengan adanya obrolan ini, cerita fabel akan menjadi lebih hayati sebab sinkron dengan nan ada dalam kehidupan manusia.

Sekarang ini banyak sekali jenis buku nan bertemakan fabel. Fabel berbahasa Inggris, misalnya, cerita fabel ini sangat digemari oleh masyarakat. Hal ini sebab fabel tersebut selain ceritanya unik dan menarik juga kita juga bisa belajar secara langsung bahasa Inggris nan ada dalam cerita tersebut. Di samping itu, cerita binatang berbahasa Inggris juga dalam penyajiannya selalu berbeda dengan nan biasanya. Berbeda dengan fabel nan lokal hanya disajikan lebih monoton.

Fabel berbahasa asing biasanya disajikan dengan berupa prosa (epik) atau sajak (lirik). Hal inilah nan menjadi karakteristik khas tersendiri bagi fabel asing nan ada saat ini. Akan tetapi, sekarang ini fabel lokal nan beredar di Indonesia sudah mengalami kemajuan seiring persaingan dari luar. Terlepas dari itu semua, cerita fabel merupakan cerita nan memiliki sifat mengkritisi konduite kehidupan manusia.

Nah, bila ingin membeli buku fabel nan berbahasa Inggris ajaklah anak Anda buat memilih sendiri cerita nan disukai. Tentunya dengan pertimbangan kemampuan bahasa Inggris nan dikuasai anak. Jangan sampai sebagai orang tua nan ingin memberikan kejutan, ternyata begitu sampai rumah anak tak mau membaca fabel berbahasa Inggris tersebut. Selamat membaca.