Misteri Kesaktian Pangeran Diponegoro

Misteri Kesaktian Pangeran Diponegoro

Salah satu Pahalwan Nasional nan paling dikenal sebab jasanya terhadap negara ialah Pangeran Diponegoro. Pahlawan nan juga sangat memperhatikan global pendidikan ini merupakan pahlawan nan dikenal sangat berani. Ia dengan gagah menantang Belanda nan mengakibtkan terjadinya Perang Sabil. Namun, dibalik cerita kepahlawanannya, tak banyak nan tahu kalau Beliau memiliki kesaktian nan tak diduga. Kesaktian Pangeran Diponegoro ini barangkali merupakan senjata utamanya dalam menghadapi Tentara Belanda.



Riwayat Pangeran Diponegoro

Namun, sebelum mengetahui seperti apa kesaktian beliau, terlebih dahulu harus tahu siapa sebenarnya Pangeran Diponegoro ? Pangeran Diponegoro merupakan putra seorang selir nan lahir di Yogyakarta pada tangal 11 November 1785. Sebelum mendapatkan julukan Pangeran Diponegoro, beliau dikenal dengan nama orisinil Bendoro Raden Mas Ontowiryo.

Saat ayahnya, Sultan Hamengkubuwana III memintanya buat menjadi raja, beliau menolak permintaan tersebut. Beliau merasa bahwa dirinya hanyalah seorang anak dari selir bukan Ratu.

Saat beranjak dewasa, Pangeran Diponegoro lebih banyak menggunakan waktunya buat mendalami agama. Beliau tinggal di Tegalrejo. Pendalamannya terhadap agama membuat beliau dan kaum keraton saling berseberangan. Disparitas paham ini akhirnya menimbulkan kisruh diantara kedua belah pihak.

Saat kepemimpinan Hamengkubuwana V (1822), terjadi pemberontakan terhadap Keraton nan dipimpin Pangeran Diponegoro. Pemberontakan ini didasari sebab saat itu Sultan Hamengkubuwana V (1822) masih berusia 3 tahun.

Tampuk kesultanan saat itu dijalankan oleh Patih Danurejo nan bekerjasama dengan Residen Belanda. Sistem seperti inilah nan tak disukai oleh Pangeran Diponegoro, sebab seolah-olah Keraton ialah boneka nan dapat dikendalikan Belanda.



Pangeran Diponegoro dan Belanda

Belanda mengenal Pangeran Diponegoro sebagai sebuah ancaman besar. Kesaktian Pangeran Diponegoro hanya dapat ditandingi oleh cara-cara licik Belanda. Pertempuran dua kubu ini diawali oleh ulah Belanda nan mengklaim tanah milik Diponegoro di Tegalrejo. Tidak hanya itu, Belanda juga sangat semena-mena terhadap rakyat pribumi. Mereka membebani rakyat dengan pajak nan tak wajar.

Pangeran Mangkubumi, paman dari Pangeran Diponegoro menyarankan beliau dan para pengikutnya buat mundur terlebih dahulu dari Tegalrejo. Pangeran Diponegoro pun menuruti saran pamannya itu. Beliau lantas membuat markas di sebuah Goa nan selanjutnya dikenal sebagai Goa Selarong.

Di loka inilah, Pangeran Diponegoro membuat planning besar dan mengumpulkan kekuatan buat melakukan perlawanan terhadap Belanda. Perlawanan nan dideklarasikan sebagai “Perang Sabil” itu membawa pengaruh besar pada pihak-pihak nan kontra pada Belanda. Kyai Maja, seorang ulama besar dari Surakarta merupakan salah satu nan mendukung perlawanan ini.

Rencana besar Pangeran Diponegoro ini tak sia-sia. Dalam pertempuran tersebut, setidaknya hampir 15.000 ribu tentara Belanda mati. Tidak hanya itu, dampak perang tersebut, secara materi Belanda mengalami kerugian sebesar 20 juta gulden. Kekalahan Belanda saat itu hampir mendekati paripurna kalau saja Belanda tak memakai cara licik.

Belanda mengumumkan Pangeran Diponegoro sebagai buronan dan nan dapat menangkapnya akan diberikan imbalan nan cukup besar. Sayangnya sayembara tersebut tak membuahkan hasil seperti nan diinginkan Belanda.

Belanda tidak kehabisan akal. Tepatnya tanggal 28 Maret 1830, Pangeran Dipeonegoro menemui Jenderal de Kock. Rendezvous nan terjadi di Magelang tersebut ternyata merupakan rendezvous jebakan.

Dalam perundingan itu, Pangeran Dipeonegoro diminta buat melakukan gencatan senjata. Dengan tegas, Sang Pangeran menolak permintaan tersebut. Kekukuhan dan keberanian Pangeran Diponegoro ini membuat Belanda kesal dan seketika Pangeran disergap dan diasingkan.

Pada tangal 5 April, masih tahun nan sama, Pangeran Diponegoro dibawa ke Batavia. Satu bulan kemudian, Pangeran Diponegoro beserta kerabat dan pengikutnya diasingkan ke Manado. Empat tahun sesudah itu, mereka dipindahkan ke benteng Rotterdam nan berada di kota Makassar.

Di kota inilah, sang pahlawan gagah berani menghembuskan nafas terakhirnya. Pada bulan Januari tahun 1855, tepatnya tangal 1, ayah dari Bagus Singlon ini telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Beliau lantas dimakamkan di kampung Jawa, Makassar.



Misteri Kesaktian Pangeran Diponegoro

Kegagahan dan keberanian Pangeran Diponegoro dalam melakukan perlawanan terhadap Belanda, diyakini oleh beberapa orang sebab Sang Pangeran memiliki kesaktian nan tak dimiliki kebanyakan orang.

Pangeran nan sering berpergian ke daerah sunyi dan tentram ini dianggap oleh sebagian orang memiliki kesaktian sebab pendalaman spiritualnya. Beliau memang dikenal sangat taat agama. Meskipun berada pada lingkungan keraton nan taat pada peraturan turun-temurun, namun beliau tetap teguh menganut agamanya.

Selain itu, ada juga nan menyebutkan bahwa kesaktian sang pangeran bukan saja kekuatan spiritualnya. Ada kekuatan lain nan menyebabkan Pangeran Diponegoro begitu sakti. Apa misteri kesaktian Pangeran Diponegoro? Berikut dijelaskan misteri lain Pangeran Diponegoro nan dikumpulkan dari berbagai sumber.

Sarotama, senjata sakti Sang Pangeran

Salah satu sumber menyatakan bahwa kesaktian nan dimiliki Pangeran Diponegoro berasal dari senjata cundrik nan selalu diselipkan di bagian depan. Sundrik itu diyakini merupakan keris nan diberikan Ratu Kidul kepada Pangeran Diponegoro. Orang-orang menyebut Cundrik nan dipakai Pangeran Diponegoro dengan sebutan Sarotama.

Sarotama diyakini didapatkan Pangeran Diponegoro saat beliau mandi di Parangtritis . Ketika itu, beliau sedang duduk tenang dan bersandar pada sebuah batu bernama Watu Gilang. Secara tiba-tiba, muncul suara aneh nan diyakini sebagai suara Ratu Kidul.

Tanpa wujud dan hanya suara nan menggema, Ratu Kidul memberikan arahan pada Pangeran Diponegoro agar janga tergoda dengan segala hal nan diberikan oleh Belanda baik harta ataupun tahta.

Kemudian suara Ratu Kidul menghilang. Setelah itu, muncul cahaya dari langit nan membawa cundrik nan kemudian dipakai oleh Pangeran Diponegoro. Berkat cundrik inilah, Pangeran Diponegoro diyakini memilliki keberanian dan kepintaran saat berperang melawan Belanda.

Kesaktian mengubah merang jadi pasukan

Merang atau tangkai padi dianggap oleh beberapa kalangan sebagai misteri lain kesaktian Pangeran Diponegoro. Disebutkan, bahwa salah satu keberhasilan Pangeran Diponegoro ialah kesaktiannya mengubah tangkai padi menjadi pasukan. Dikisahkan jika Pangeran Diponegoro memiliki banyak pengikut buat berperang melawan Belanda nan semuanya berasal dari tangkai Padi.

Kekuatan nan satu ini memang terkesan berlebihan. Namun, setelah dianalisis lebih dalam, kisah kemampuan Pangeran Diponegoro nan mengubah tangkai padi menjadi pasukan dapat jadi hanya sebuah peribahasa belaka. Cerita itu merupakan perumpamaan atau kisah ntuk dilebih-lebihkan dengan tujuan membuat takut versus (dalam hal ini Belanda).

Dasarnya ialah rakyat Indonesia itu terbiasa makan beras. Beras berasal dari padi . Pada saat itu banyak rakyat nan kelaparan. Pangeran Diponegoro tentu dengan baik hati memberikan mereka kemakmuran dengan berbagi padi. Kebaikan inilah nan membuat hati rakyat tersentuh dan mau berada pada pihak Pangeran Diponegoro.


Kebal peluru

Kesaktian lain dari pangeran nan mempunyai tiga istri ini ialah tak dapat dilukai oleh peluru. Seorang Residen Belanda, Pietermaart pernah menyebutkan jika Pangeran Diponegoro tahan peluru. Ia pernah melihat Pangeran Diponegoro bertelanjang dada saat berada di pekarangan Benteng Amsterdam. Tidak ada bekas luka pada badan Diponegoro. Pietermaart sangat konfiden saat itu sang pangeran ditembak pada bagian dada kiri dan lengan kanannya.

Itulah beberapa kesaktian Pangeran Diponegoro nan syahdan menjadi cerita menarik dan kontroversi sampai saat ini. Pada salah satu sumber, Pangeran Diponegoro sendiri pernah mengatakan kepada istrinya jika dia tak memiliki kekuatan seperti nan orang lain katakan. Menurut beliau, Kesaktian-kesaktian tersebut hanyalah dugaan orang-orang di sekeliling beliau. Beliau sendiri hanyalah manusia biasa nan taat agama.