Penyebab Kanker Hidung

Penyebab Kanker Hidung

Tahukah Anda apa itu kanker hidung? Kanker hidung mempunyai nama lain kanker nasofaring. Nasofaring merupakan salah satu bagian dari faring (saluran sistem pernapasan). Faring nan disebut juga dengan tekak, merupakan saluran nan berada di antara rongga hidung, rongga mulut dan tenggorokan. Jadi, faring berada di antara tiga saluran tersebut.

Menurut anatominya, faring tersusun atas nasofaring , yaitu saluran nan berhubungan dengan hidung; orofaring , yaitu saluran nan berhubungan dengan mulut; serta laringofaring , yaitu nan berhubungan dengan laring. Kanker hidung sebenarnya merupakan kanker nan berada di daerah nasofaring atau disingkat dengan KNF.

Kanker hidung jauh berbeda dengan kanker lain nan tampak oleh mata, seperti kanker payudara ataupun kanker rahim. Kanker hidung atau kanker nasofaring sulit terlihat dan juga sulit buat dirasakan. Karena itu, kanker hidung sulit terdeteksi pada stadium awal oleh dokter.



Gejala Kanker Hidung

Gejala-gejala awal dari kanker hidung sering tak disadari oleh pasien maupun dokter, sebab deteksi kanker hidung termasuk cukup sulit. Meski demikian, penyakit ini bisa diprediksi dengan gejala-gejala awal kanker hidung secara umum, yaitu:

  1. Gejala pada Hidung

Munculnya sumbatan pada hidung. Sumbatan ini timbul dampak pertumbuhan tumor di dalam rongga nasofaring. Sumbatan ini biasanya dibarengi dengan gangguan penciuman dan adanya ingus nan kental.

Seringnya mimisan atau pendarahan dari hidung. Meskipun jumlah mimisan ini sedikit, namun terjadi berulang-ulang. Mimisan bercampur dengan ingus sehingga berwarna merah jambu atau terdapat garis-garis darah nan halus dalam ingus. Kemungkinan seorang penderita mengalami kanker hidung bila terserang pilek cukup lama, lebih dari satu bulan. Usia penderita di atas 40 tahun, dan tak mempunyai kelainan pada hidung.

  1. Gejala pada Telinga

Terjadinya gangguan pendengaran misalnya kurang jelas atau sukar mendengar. Telinga seperti berisi cairan nan memenuhinya. Juga muncul suara berdenging di salah satu sisi telinga.

  1. Gejala pada Kelenjar Leher

Sebagian besar penderita kanker hidung mengalami pembesaran kelenjar leher, baik di satu sisi maupun kedua sisi. Pembesaran ini sebenarnya ialah kanker nan telah menyebar, sehingga bila diraba, benjolan tersebut terasa keras dan tak nyeri.

  1. Gejala-Gejala Termin Lanjut

Pada kanker hidung termin lanjut, gejala-gejala di atas akan menimbulkan gangguan pada mata atau penglihatan. Hal ini disebabkan oleh kelumpuhan otot-otot kelopak mata sehingga tak dapat membuka mata secara normal. Selain itu, pandangan penderita kanker hidung menjadi bias atau mengganda. Hal ini disertai dengan rasa nyeri di kepala nan sangat hebat.

Bila kanker hidung telah menyebar di daerah mulut, penderita akan kesulitan buat menelan hingga tak mampu bersuara. Hal ini mengakibatkan kondisi kesehatan fisik penderita menurun secara cepat.

Efek terberat ialah apabila kanker hidung telah menjalar melalui darah dan genre limfe sel-sel sehingga mengenai organ-organ vital seperti tulang, paru dan hati. Akibatnya, terjadi kerusakan organ seperti nyeri tulang, sesak napas, gangguan pencernaan dan sebagainya. Ketika hal ini terjadi, maka penderita akan sulit buat disembuhkan.



Penyebab Kanker Hidung

Kanker hidung disebabkan oleh infeksi dari virus Epstein Barr . Virus ini bisa masuk ke dalam tubuh dan berada secara permanen di dalam orofaring, nasofaring, kelenjar parotis hingga kelenjar ludah. Virus ini dapat diaktivasi oleh Norma mengonsumsi ikan asin dalam waktu lama secara terus menerus.

Makanan nan diawetkan seperti asinan merupakan perantara primer nan bisa mengaktifkan virus ini nan mengakibatkan kanker hidung atau kanker nasofaring. Selain itu, jendela nan kurang baik, pembakaran dupa, dan obat nyamuk bakar di rumah-rumah juga dianggap berperan besar dalam menjadi perantara virus penyebab kanker hidung.



Pengobatan Kanker Hidung

Kanker hidung atau kanker nasofaring bersifat radiosensitif. Secara generik penanganan kanker hidung ialah dengan penyinaran dan pemberian obat kanker. Mengapa tak dilakukan operasi? Anatomi hidung nan sempit dan memanjang, menyulitkan proses operasi. Apalagi hidung berdekatan dengan beberapa organ vital seperti mata dan otak. Hal ini menjadikan pengobatan kanker hidung sporadis dilakukan dengan operasi.

Oleh sebab itu, buat mencegah munculnya kanker hidung, biasakan hayati dengan sehat. Mengonsumsi sayur dan buah-buahan segar, merutinkan olahraga pagi, hingga menutup hidung ketika berada di daerah nan berpolusi tinggi, merupakan beberapa tindakan pencegahan nan layak buat dilakukan.

Pengobatan kanker hidung lainnya yaitu sebagai berikut.

  1. Terapi radiasi. Terapi ini mampu merusak secara cepat sel-sel kanker nan tumbuh. Terapi radiasi ini dipakai buat kanker pada taraf awal dan dilakukan selama lima sampai tujuh minggu. Sementara itu, imbas samping nan ditimbulkan dari terapi ini ialah mulut kering, kehilangan pendengaran, dan memperbesar peluang terjadinya kanker pada lidah serta kenker tulang.
  1. Kemoterapi. Terapi ini diakukan dengan memakai donasi obat-obatan dan bekerja dengan cara mereduksi sel-sel kanker hidung. Terkadang, sel-sel nan sehat atau tak terkena kenker, juga ikut tereduksi. Imbas samping dari pengobatan ini ialah rambut rontok, mual, dan lemas.


Kanker Hidung - Kanker Nomor Satu di Bidang THT

Kanker hidung merupakan keganasan nan berasal dari epitel atau mukosa dan kapita nan melapisi lapisan nasofaring. Di Indonesia khususnya dan di Asia Tenggara umumnya, kanker hidung termasuk tumor paling sering ditemukan di antara keganasan di bagian kepala dan begian leher. Di Indonesia sendiri, kanker hidung menduduki peringkat ke-4 di antara keganasan nan ada di seluruh tubuh.

Berdasarkan klasifikasi histogatologi, kenker hidung dibagi tipe, yaitu WHO1, WHO2 dan WHO3. WHO1 yaitu karsinoma sel skuamosa dengan keratinisasi, sedangkan WHO2 klarifikasi histologinya yaitu karsinoma tak berkeratin dengan sebagian sel berdiferensiasi sedang serta sebagian lainnya dengan sel cenderung diferensiasi baik. WHO3 merupakan karsinoma nan sangat heterogen, dimana sel ganas membentuk sinsital dengan batas sel nan tak jelas.

Jenis kanker hidung nan sering terjadi ialah WHO2 dan WHO3, sedangkan kasus kanker hidung sendiri dapat saja terjadi pada semua umur. Namun, sporadis sekali diderita oleh orang nan berusia di bawah 20 tahun dan didominasi oleh nan berusia sekitar 45-54 tahun. Kanker hidung lebih banyak diderita kaum pria daripada wanita.

Saat ini, kanker hidung memiliki beberapa staduim, yaitu sebagai berikut.



Stadium T (ukuran/luas tumor)
  1. T0 (tidak ada kanker di lokasi primer)
  2. T1 (tumor terletak atau terbatas di daerah nasofaring)
  3. T2 (tumor meluas ke jaringan lunak oraofaring atau ke kavum nasi)
  4. T2a (tanpa ekspansi ke ruang parafaring)
  5. T2b (dengan ekspansi ke parafaring)
  6. T3 (tumor menyeberang struktur tulang atau sinus paranasal)
  7. T4 (tumor meluas ke intrakranial atau melibatkan syaraf kranial, hipofaring, fossa infratemporal atau orbita)


Limfonodi Regional (N)
  1. N0 (idak ada metastasis ke limfonodi regional)
  2. N1 (metastasis unilateral dengan nodus < 6cm di atas fossa supraklavikula)
  3. N2 (etastasis bilateral dengan nodus < 6cm, di atas fossa supraklavikula)
  4. N3 (metastasis nodus: N3a > 6 cm, N3b meluas sampai ke fossa supraklavikula)


Metastasis jauh (M)
  1. M0 (tidak ada metastasis jauh)
  2. M1 (metastasis jauh)