Hirarki

Hirarki



Filosofi

Apapun nan berkaitan dengan kecelakaan ialah sesuatu nan harus dihindari. Tidak boleh ada satu celah dalam hal ini. Kesalahan sedikit saja akan berakibat fatal. Oleh sebab itu, semua pihak mulai dari pekerja sendiri, pihak manajemen hingga orang-orang nan ada dan terlibat dalam pekerjaan itu harus memahami prosedur kerja dan baku operasional nan baik. Tanpa adanya kecenderungan cara kerja dan baku nan telah ditetapkan, maka kecelakaan dapat saja terjadi.

Pengendalian kecelakaan ini harus dilatih dan ditanamkan ke dalam benak semua orang. Teknik penanaman pemahaman ini dapat dengan cara pelatihan nan teratur dan diingatkan secara terus-menerus. Kalau tak diingatkan, manusia itu loka lupa dan lalai. Keadaan fisik juga harus dicek secara berkala. Tanpa pengecekan kondisi fisik, orang sering lupa kalau sebenarnya tubuhnya membutuhkan istirahat lebih. Terkadang rasa sakit itu ditahan sehingga lama-kelamaan malah akan menjadi penyakit nan parah.

Orang nan mempunyai tanggung jawab nan besar juga sering kali merasa bahwa sakit nan ia derita masih dapat ditahan sehingga akhirnya penyakit itu akan mengganggu kinerjanya. Konsentrasi menurun dan tubuhnya menjadi lemas. Rasa lemas ini dapat saja disebabkan oleh penyakit degeneratif nan telah kronis. Tanpa penanganan nan baik, kecelakaan di loka kerja dapat saja terjadi. Apapun jenis kecelakaan nan dialami, niscaya akan menimbulkan rasa nan kurang nyaman bagi semuanya.

Untuk itulah buat jenis pekerjaan tertentu, celah terjadinya kecelakaan ini harus ditutup. Bila perlu setiap hari setiap pekerja harus melalui inspeksi temperatur tubuh. Bagi nan suhu tubuhnya cukup tinggi, ia harus diperiksa. Mungkin saja suhu tubuh nan meningkat itu dampak kurang tidur atau terkena virus tertentu. Antisipasi ini sangat krusial agar tak ada penyesalan nantinya. Hal ini berlaku bagi pekerjaan nan menyangkut keselamatan orang lain.

Misalnya, perusahaan angkutan penumpang harus memperlakukan hal ini agar tak ada supir nan mengantuk atau darah supir mengandung alkohol atau pun obat-obatan terlarang. Kondisi prima tak hanya diharapkan ada pada peralatan, tetapi juga pada tubuh para pekerjanya sehingga pekerjaan itu akan berjalan baik. Memang membutuhkan kolaborasi nan solid dan adanya tambahan dana buat menjaga fisik dan mental ini. Makanan dan tidur nan cukup serta berpikir positif merupakan di antara hal nan harus dilakukan demi kondisi tubuh nan prima.

Filosofi buat mengatasi K3 sebenarnya tak terlalu berbeda dengan konsep manajemen buat pemugaran terus menerus atau continuous improvement. Langkah-langkah nan dilakukan ialah mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data dan fakta, melakukan analisis permasalahan, merancang upaya perbaikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi. Holistik rangkaian proses ini ialah sebuah siklus perbaikan. Tidak ada salahnya memperbaiki dan terus memperbaiki diri daripada terjadi kecelakaan.



Hirarki

Terdapat hirarki pengendalian kecelakaan pada kerja menurut Roger L Braurer dalam bukunya Safety and Health for Engineer. Hirarki pengendalian ini terdiri dari lima tingkatan. Strata pertama menjadi prioritas utama, jika tak memungkinkan baru kemudian dipilih strata di bawahnya. Strata tersebut adalah:

Menghilangkan
Pengendalian diutamakan dengan cara menghilangkan sumber bahaya atau aktivitas nan berbahaya. Misalnya terdapat aktivitas manual memotong nan bisa mengakibatkan risiko stigma fisik tubuh, maka aktivitas tersebut dapat digantikan dengan alat terotomasi nan menggantikan pekerjaan manusia. Teknik ini sama dengan teknik mengamputasi sumber masalah. Bila memang dianggap masalah, maka hal itu harus dibuang.

Bila hanya mengantisipasi, sepertinya sepandai-pandainya tupai melompat, pada suatu saat akan jatuh jua. Agar tak ada korban, maka membuang masalah ialah jalan nan paling baik. Tidak ada kata merugi atau kata sayang dalam hal ini. Keselamatan manusia jauh lebih krusial dari benda apapun.

Mengurangi
Jika strata pertama tak bisa dilakukan, maka pilihan pengendalian kecelakaan pada kerja berikutnya ialah mengurangi risiko dari sumber bahaya. Misalnya, di suatu loka kerja, tak dapat dihindari buat bekerja dengan barah nan mungkin bisa menyebabkan risiko kebakaran, maka potensi kebakaran diperkecil dengan menjaga ketat adanya bahan atau zat nan mudah terbakar. Bahan kimia nan mudah terbakar tak boleh berada satu ruangan dengan loka kerja tersebut.

Menyediakan Pengaman
Ketika strata pertama dan kedua tak bisa dilaksanakan, maka pilihan nan ketiga ialah menyediakan pengaman pada mesin atau peralatan kerja nan digunakan. Sebagai contoh aktivitas manual memotong dengan mesin nan bisa menyebabkan jari terpotong, bila tak bisa diganti dengan aktivitas terotomasi maka buat meminimalkan risiko pekerja harus dilengkapi dengan alat pengaman berupa sarung tangan.

Menyediakan Tanda Peringatan
Tingkatan nan keempat ini merupakan langkah pengendalian nan bisa melengkapi taraf pengendalian kedua dan ketiga. Pada dasarnya manusia harus selalu senantiasa diingatkan buat waspada terhadap bahaya. Dengan memasang tanda peringatan bahaya maka diharapkan sikap kehatian-hatian dari pekerja akan meningkat.

Menyediakan Mekanisme K3
Tingkatan kelima merupakan langkah pengendalian nan melengkapi strata pengendalian kedua, ketiga dan keempat. Pekerja harus diberikan informasi dan pemahaman nan jelas terhadap potensi bahaya. Pekerja juga harus mendapatkan pengenalan mekanisme K3 agar mencegah terjadinya strata kecelakaan pada kerja nan lebih parah jika tak cepat buat ditangani. Pengenalan dan pelatihan harus dilakukan secara saksama dan berkala. Jangan sampai ada nan lengah. Konsep ‘satu mati, wafat semua’ harus menjadi satu pemahaman nan mendarah daging.

Meski sudah sangat jamak terdengar, pepatah lebih baik mencegah daripada memperbaiki sangat tepat diterapkan dalam K3. Kerugian nan ditimbulkan dari memperbaiki jauh berlipat-lipat dari biaya nan dikeluarkan buat mencegah. Hal ini harus dijadikan keputusan bersama agar apa nan dilakukan tak sia-sia.



Asuransi - Solusi Kecelakaan Saat Kerja

Kecelakaan saat kerja merupakan resiko nan ada dalam setiap aktivitas perusahaan. Hal ini terutama pada pekerjaan nan membutuhkan aktivitas fisik lebih banyak daripada aktivitas pemikiran. Resiko tersebut dapat berupa kecelakaan ringan hingga pada kecelakaan berat nan berakibat menimbulkan korban jiwa. Bahkan pekerja nan hanya berada di belakang komputer pun dapat mengalami kecelakaan.

Dalam definisinya, kecelakaan kerja diartikan sebagai sebuah peristiwa nan terjadi di luar perencanaan nan mengakibatkan ada pihak nan mengalami kerugian. Kondisi ini khususnya terjadi dalam sebuah aktivitas pekerjaan nan harus dilakukan sebuah perusahaan dalam proses kerja mereka.

Dan ketika terjadi kecelakaan, maka perusahaan memiliki kewajiban buat memberikan agunan dan tanggungan kepada pihak nan menjadi korban. Hal ini sebab pihak nan menjadi korban tersebut, harus kehilangan kesempatan buat beraktivitas selama beberapa waktu dan hal tersebut terjadi buat memenuhi kewajiban dalam bekerja.

Di sisi lain, para korban kecelakaan pada saat kerja tersebut, mengalami musibah dalam rangka buat memberikan laba pada perusahaan melalui aktivitas nan mereka lakukan tersebut. Inilah mengapa, perusahaan harus tunduk pada peraturan pemerintah buat menjamin keselamatan pada pekerjanya.
Di sisi lain, seringkali perusahaan tak mau direpotkan buat mengurusi masalah kecelakaan kerja pada karyawannya. Namun demikian perusahaan pun tak dapat lepas tangan begitu saja, mengingat ada regulasi nan mengatur tentang kewajiban perusahan pada karyawannya. Untuk mengatasi hal ini salah satu langkah nan digunakan perusahaan ialah dengan memberikan asuransi pada karyawannya apabila terjadi kecelakaan.

Ada beberapa kegunaan nan dapat didapatkan dengan menjadi peserta program asuransi jiwa nan khususnya menangani kasus kecelakaan kerja. Beberapa kegunaan tersebut di antaranya adalah:

* Memberikan ketenangan kepada karyawan dalam bekerja sehingga mereka dapat optimal dalam melakukan setiap aktivitasnya di perusahaan.

* Mengurangi urusan perusahaan sehingga perusahaan dapat tetap fokus pada aktivitas pekerjaan mereka tanpa melalaikan kewajiban buat memberikan agunan pada karyawan nan mengalami kecelakaan.

* Menumbuhkan loyalitas pada karyawan. Sebab, dengan diikutsertakan pada program asuransi, menunjukkan perusahaan memiliki kepedulian pada karyawan. Sehingga hal ini dapat berpotensi buat mengurangi turn over karyawan nan disebabkan ketidakpuasan kerja mereka.

* Membantu meringankan beban karyawan nan mengalami kecelakaan kerja. Karena dengan mengalami kecelakaan kerja, maka seorang karyawan akan terganggu aktivitasnya dalam mencari nafkah bagi keluarga mereka.