Seputar Kasus Diare

Seputar Kasus Diare

Dalam masa tumbuh kembangnya, bayi sering terkena kasus diare. Sebagai contoh, ketika gigi susu mulai tumbuh dan pola makan berubah, umumnya bayi akan mengalami diare ringan. Tidak hanya itu, Norma bayi memasukkan benda apa saja ke mulutnya dan masih rentannya sistem imun, membuat kasus diare pada bayi nisbi cukup tinggi.

Namun, orang tua tak perlu risi ketika mendapati bayinya terkena kasus diare. Ada beberapa langkah krusial nan perlu dilakukan orang tua buat merawat bayi nan terkena kasus diare.



Kasus Diare - Merawat Bayi

1. Kasus Diare - Menentukan Penyebab Diare

Ketika bayi mulai diare, Anda perlu menanyakan pada diri sendiri, apakah bayi Anda berubah pola makannya beberapa hari ini? Misalnya, mengubah susu formula ke susu sapi atau disapih dari ASI dan pindah ke susu formula. Mungkin juag ada menu baru dengan takaran berlebih dalam makanan bayi Anda, seperti memberi bayi sari buah.

Kotoran nan tak padat atau encer dengan kondisi tubuh nan sehat dan cincin merah di sekitar anus, merupakan tanda-tanda diare nan disebabkan oleh alergi makanan. Jika ini terjadi, langkah pertama nan perlu Anda lakukan ialah kembali ke menu makanan sebelumnya. Biasanya, diare nan disebabkan alergi makanan hilang dalam waktu seminggu sejak berhentinya bayi mengkonsumsi makanan penyebab alergi.

Namun, jika diare nan menimpa bayi disertai demam atau flu dan bayi terlihat tak sehat selama mengeluarkan kotoran, frekuensi BAB sangat tinggi, tinja berlendir dan terkadang ada bercak darah, mungkin ada kaitannya dengan infeksi. Jika ini terjadi, lanjutkan pada termin berikutnya. Yaitu, menentukan kegawatan diare dan dehidrasi.



2. Kasus Diare - Menentukan Taraf Kegawatan Diare dan Dehidrasi

Perhatikan kondisi bayi Anda, apakah dia masih bahagia bermain? Perhatikan pula taraf seringnya dia BAB dan timbanglah berat badannya setiap hari selama diare. Anda tak perlu cemas jika berat badan bayi tak turun.

Jumlah dan kecepatan hilangnya berat badan menentukan parah tidaknya taraf dehidrasi. Jika bayi Anda tak mengalami penurunan berat badan signifikan, berarti dia tak mengalami dehidrasi. Minimal bayi dikatakan kehilangan cairan tubuh jika kehilangan berat badan sebesar 5 persen. Misalnya, sebelum diare, berat badan bayi 10 kg. Kemudian, turun menjadi 9,5 kg. Jika demikian, bayi tersebut mengalami kehilangan cairan tubuh ringan.

Sebagai catatan, penurunan berat badan ini dialami sangat cepat. Sebagai contoh, dalam sehari bayi mengalami penurunan berat badan hingga 0,5 kg. Kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan dan sudah sepantasnya Anda segera membawanya ke dokter. Bayi nan mengalami penurunan berat badan secara cepat (yang membuatnya dehidrasi), akan rewel dan terlihat sakit.

Jika bayi Anda sering mengeluarkan kotoran dengan tinja berwarna hijau dan encer, tetapi masih terlihat ceria dan bersedia diajak bermain, lanjutkan ke termin perawatan berikutnya.



3. Kasus Diare - Menghilangkan Makanan nan Menimbulkan Iritasi

Jika bayi Anda muntah-muntah, hentikan semua makanan padat dan berikan dia ASI. Jika bayi Anda tak muntah dan hanya mengalami diare ringan, hentikan semua produk olahan berbau susu, makanan berkadar lemak tinggi, dan sari buah.

Jika kasus diare tergolong gawat (encer dan keluar tiap 2 jam), hentikan semua makanan, susu, sari jeruk, makanan instan. Namun, jangan hentikan ASI. Anda perlu menahan diri dari makanan-makanan tersebut selama 12 sampai 24 jam, bergantung kegawatan diare. Setelah itu, lanjutkan ke termin perawatan berikutnya.



4. Kasus Diare - Tangkal Dehidrasi

Jika bayi Anda tak mendapat ASI, berilah dia oralit nan dijual bebas di apotik atau swalayan. Larutan ini memiliki komposisi nan seimbang antara air dan elektrolit nan diperlukan tubuh buat menggantikan cairan nan hilang. Berilah dia larutan ini sesering mungkin, namun dengan porsi setengah dari porsi normal.

Kebutuhan cairan nan diperlukan bayi Anda ialah 130 ml/kilogram berat badan setiap 24 jam. Sebagai contoh, jika berat bayi Anda 10 kg, berilah dia 1300 ml atau 1,3 liter dalam waktu 24 jam. Jika bayi menolak atau muntah-muntah, berikan dalam porsi sedikit demi sedikit (bisa 1 sampai 2 sendok teh tiap 5 menit). Lakukan hal terbaik nan Anda mampu agar bayi mau mengkonsumsi oralit dan terhindar dari dehidrasi.



5. Kasus Diare - Berilah Makanan Reguler

Jika diare menurun, kembalilah ke menu reguler tetapi dalam porsi kecil. Jangan berikan susu sapi sampai diare benar-benar hilang. Namun, minuman yoghurt malah sangat dianjurkan. Berikan susu formula tanpa laktosa sebab usus nan dalam proses penyembuhan akan menolak laktosa.



Seputar Kasus Diare

Kasus diare ialah keluhan nan sering dijumpai pada anak-anak, yaitu sekitar 99 juta kasus diare terjadi pada anak, baik nan mengalami diare akut atau gastroenteritis akut. Di Amerika, tercatat sekitar 8 juta pasien berobat ke dokter dan sekitar 250 ribu pasien dirawat di rumah sakit setiap tahunnya sebab kasus diare. Di samping itu, kasus diare pada anak-anak juga banyak menyebabkan kematian sebab kesehatan anak tersebut sangat rentan terhadap kehilangan cairan tubuh sedang bahkan nan bersifat berat.



Kasus Diare di Indonesia

Intensitas kasus diare di negara-negara berkembang termasuk Indonesia dapat dikatakan lebih banyak dua sampai tiga kali dripada negara-negara maju. Hingga saat ini, kasus diare atau biasa disebut gastroenteritis , ialah salah satu masalah kesehatan nomor satu di Indonesia. Berdasarkan daftar urutan penyebab berobatnya masyarakat ke puskesmas atau b alai pengobatan, kasus diare masuk ke dalam tiga penyebab primer msyarakat berobat ke puskesmas.

Angka kasus diare yaitu sekitar 200-400 kasus nan diderita sekitar 60 juta setiap tahunnya. Pada umumnya atau sekitar 70-80% kasus diare dialami anak berusia di bawah lima tahun (kurang lebih 40 juta kasus diare). Anak-anak nan mengalami kasus diare ini menderita diare lebih dari satu kali setiap tahunnya. Sebagian nan mengalami kasus diare ini akan terkena kehilangan cairan tubuh dan jika tak segera ditindaklanjuti, beberapa di antaranya bisa mengalami kematian. Kasus diare seperti iniilah nan mengakibatkan 350 ribu sampai 500 ribu anak di bawah bawah umur lima tahun meninggal global setiap tahunnya.

Berdasarkan sejumlah laporan mengenai kasus diare, hanya sekitar 1,5 juta sampai 2 juta penderita diare nan melakukan rawat jalan ke wahana kesehatan pemerintah. Jumlah penderita diare ini ialah 10% dari total penderita nan berobat buat semua jenis penyakit.



Angka Kasus Diare

Berdasarkan survei nan dilakukan oleh Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Indonesia, kasus diare pada 2001menduduki posisi kedua kasus penyakit mematikan nan berasal dari penyakit infeksi. Saat itu, penderita diare pada kasus diare mencapai 4%, sedangkan angka kematiannya sekitar 3,8%. Pada bayi, kasus diare menduduki urutan tertinggi sebagai penyebab kematian, yaitu angkanya mencapai 9,4% dari seluruh kasus kematian bayi.

Di sebagian besar daerah di Indonesia, angka kasus diare masih sangat tinggi sampai saat ini. Survei berikutnya nan dilakukan oleh Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada 2004, menunjukkan angka kematian dampak kasus diare ialah 23 per 100 ribu penduduk, sedangkan pada balita sekitar 75 per100 ribu balita. Hal ini terjadi sebab minimnya air bersih, sanitasi nan buruk, dan konduite hayati tak sehat.