Kiprah Bung Hatta

Kiprah Bung Hatta

Mohammad Hatta sering dikenal dengan nama bung Hatta. Tokoh legendaris ini melakukan banyak perjuangan buat tanah air Indonesia, baik sebelum Indonesia memperoleh kemerdekaan ataupun setelahnya. Hatta berpasangan dengan Soekarno menjadi dua tokoh nan disegani masyarakat global terutama Indonesia sebab jasanya selama Indonesia belum merdeka hingga merdeka.

Keduanya dikenal dengan sebutan Bapak Proklamator Kemerdekaan Indonesia. Hatta juga terkenal sebagai seorang negarawan, pejuang serta pernah menjadi wakil dari Presiden Indonesia pertama setelah Indonesia memperoleh kemerdekaannya.

Kemerdekaan negara ini tak mudah diraih oleh semua warga Indonesia saat itu. Kemerdekaan nan harus diperoleh dengan berbagai bentuk perjuangan, baik fisik ataupun non fisik. Indonesia termasuk negara nan mengalami masa penjajahan cukup panjang jika diamati sinkron sejarahnya. Kemerdekaan Indonesia membutuhkan usaha keras dari seluruh masyarakat Indonesia.

Indonesia termasuk salah satu negara di Asia nan memiliki sumber daya alam potensial. Selain itu, letak negaranya strategis sebab berada dalam jalur perdagangan dunia. Hal itulah nan menjadi alasan sebagian besar negara asing ingin menguasai sekaligus menjajah Indonesia. Para tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia termasuk di dalamnya bung Hatta melakukan usaha perlawanan terhadap segala bentuk penjajahan di saat itu.



Sosok Seorang Bung Hatta

Bung Hatta dilahirkan pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Beliau tumbuh dan dibesarkan di lingkungan keluarga ibunya. Ketika Hatta masih usia delapan bulan, ayah beliau bernama Haji Mohammad Djamil telah meninggal dunia. Hatta satu-satunya anak laki-laki dari enam saudara perempuan lainnya.

Sebenarnya Hatta mempunyai nama orisinil pemberian dari orang tuanya yaitu Muhammad Athar. Hatta sudah mulai tertarik dengan global konvoi sejak di Padang dan beliau masuk ke dalam serikat Jong Sumatranen Bond.

Mohammad Hatta menjabat sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond ketika berusia lima belas tahun. Ia termasuk sosok nan bertanggung jawab dan disiplin dalam segala bidang nan ditekuninya. Hal tersebut terbukti ketika belliau menjadi bendahara di serikat tersebut. Ia termasuk pemuda nan sadar akan politik dan mulai melakukan kegiatan organisasinya di serikat tersebut.

Perjalanan pendidikan bung Hatta dimulai di Bukittinggi, Sumatera Barat. Ia menjalani pendidikan dasar di Sekolah Melayu di Bukittinggi pada tahun1913 sampai dengan 1916. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di Europeesche Lagere School (ELS) di kota Padang.

Selanjutnya pada tahun 1919, Hatta menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Dagang di Batavia. Kemudian menempuh pendidikan di bidang ilmu perdagangan atau bisnis di Handels Hoge School, Belanda pada tahun 1921.

Bung Hatta menikah dengan Rahmi Rachim pada tanggal l8 Nopember 1945. Desa Megamendung nan terletak di kota Bogor tepatnya di propinsi Jawa Barat merupakan loka dilangsungkannya pernikahan beliau. Pernikahan tersebut memberikan beliau tiga orang putri.

Adapun nama tiga putri beliau, yaitu Meutia Farida, Gemala Rabi'ah dan Halida Nuriah. Beliau mendapatkan gelar kehormatan akademis yaitu doktor honoris causa pada tangal 27 November 1956. Gelar tersebut beliau dapatkan ketika menempuh pendidikan di bidang ilmu hukum Universitas Gadjah Mada (UGM), kota Yogyakarta.

Selain itu, di bidang ekonomi beliau juga mendapat gelar nan sama dari Universitas Hasanuddin. Bung Hatta mendapatkan anugerah negara berupa Tanda kehormatan tertinggi yaitu Bintang Republik Indonesia Kelas I pada tanggal 15 Agustus 1972. Saat itu, Indonesia dipimpin oleh Presiden Soeharto. Anugerah tersebut diberikan kepada Hatta ketika upacara kenegaraan di Istana Negara. Beliau mati di usia 77 tahun tepatnya pada tanggal 14 Maret 1980.



Kiprah Bung Hatta

Sebagai Seorang Pejuang Bangsa Indonesia Kiprah bung Hatta di global keorganisasian dan internasional nan menjadi bagian perjuangannya buat bangsa Indonesia diawali pada tahun 1926 sampai dengan 1930. Hatta dipilih menjadi Ketua Perhimpunan Indonesia (PI) di Belanda. Perhimpunan Indonesia berkembang dari serikat mahasiswa menjadi organisasi politik.

Organisasi politik tersebut bisa memberikan pengaruh terhadap jalannya politik rakyat di Indonesia. Perhimpunan Indonesia (PI) melakukan propaganda aktif di luar negeri Belanda. Pada tahun 1926, bung Hatta memimpin delegasi ke Kongres Demokrasi Internasional. Tujuannya ialah agar nama Indonesia dikenal di global Internasional.

Adapun hasil nan diperoleh yaitu nama Indonesia dengan sebutan Hindia Belanda dikenal oleh kalangan organisasi di luar negeri. Ketika diadakan Perserikatan menentang imperialisme dan penindasan kolonial, Hatta dan konvoi nasional Indonesia mendapatkan suatu pengalaman nan baik dalam berkenalan dengan tokoh-tokoh konvoi dan organisasi politik dunia.

Liga menentang imperialisme dan penindasan kolonial termasuk dalam suatu kongres internasional. Kongres tersebut diadakan pada tanggal 10 sampai dengan 15 Pebruari 1927 di Brussels. Hatta sukses berkenalan dengan pemimpin konvoi di luar negeri lainnya seperti G. Ledebour dan Edo Fimmen serta tokoh di Asia dan Afrika. Tokoh Asia dan Afrika nan dimaksud antara lain Hafiz Ramadhan Bey (Mesir), Jawaharlal Nehru (India), dan Senghor (Afrika).

Kesibukan bung Hatta pada tahun 1932 dan tahun 1933, kesibukan utamanya yaitu menulis berbagai artikel politik dan ekonomi. Selain menulis, Hatta juga melakukan berbagai kegiatan lain seperti politik. Ia melakukan pendidikan terhadap kader politik pada Partai Pendidikan Nasional Indonesia.

Prinsip nan ditekankan Hatta yaitu non-kooperasi. Prinsip tersebut ditekankan kepada kader-kadernya. Waktu terus berjalan, perjuangan Hatta dan tokoh perjuangan lainnya terus berlangsung.

Panitia Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada awal bulan Agustus 1945 diganti dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). PPKI diketuai oleh Soekamo dan Bung Hatta sebagai wakilnya. Anggota PPKI meliputi wakil dari setiap daerah di seluruh Indonesia, terdiri dari sembilan orang dari Pulau Jawa dan dua belas orang dari luar Pulau Jawa.

Pada tanggal 16 Agustus 1945 malam hari, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan kedap sebelum proklamasi kemerdekaan negara ini. Selanjutnya dibentuk juga panitia kecil nan terdiri dari lima orang, yaitu bung Hatta, Soebardjo, Soekarni, Soekarno dan Sayuti Malik.

Kelima panitia kecil tersebut berkumpul di suatu ruangan nan berbeda dengan para anggota lain. Tujuan mereka ialah buat menyusun teks proklamasi kemerdekaan negara ini. Hatta memberikan saran agar Soekarno menuliskan kata-kata nan didiktekannya. Kelima panitia kecil tersebut kemudian membawa hasilnya ke ruang tengah.

Ruang tersebut dijadikan loka para anggota lain berkumpul dan menanti rancangan teks proklamasi kemerdekaan tersebut.
Soekarni memberikan saran agar naskah proklamasi tersebut ditandatangani oleh dua orang saja, yaitu Soekarno dan Mohammad Hatta.

Selanjutnya, pada tanggal 17 Agustus 1945 kedua tokoh proklamator Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Tempatnya di Jalan Pengangsaan Timur 56 Jakarta nan dilakukan oleh Soekarno dan Mohammad Hatta pada jam 10.00 pagi. Ir Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia pertama pada tanggal 18 Agustus 1945.

Selanjutnya, pada tanggal nan sama, Mohammad Hatta diangkat menjadi wakil Presiden Republik Indonesia. Mohammad Hatta juga aktif membimbing gerakan koperasi buat melaksanakan cita-cita dalam konsepsi ekonominya. Hatta berpidato pada tanggal 12 Juli 1951 buat menyambut Hari Koperasi di Indonesia.

Aktivitas Hatta cukup besar dalam gerakan koperasi di Indonesia. Oleh karenaa itu, Hatta diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia pada Kongres Koperasi Indonesia tanggal 17 Juli 1953 di Bandung. Demikianlah ulasan tentang sosok seorang bung Hatta.

Jasa beliau buat negara ini krusial buat diketahui dan dilanjutkan oleh generasi penerus bangsa. Indonesia akan tetap merasakan terjajah jika generasi penerusnya tak berusaha buat mengembangkan potensi diri menjadi insan terbaik.

Generasi penerus dambaan bangsa akan mengoptimalkan kemampuannya di segala bidang seiring kemajuan jaman dan teknologi. Semoga semangat bung Hatta dapat dijadikan pemicu bagi mobilitas generasi penerus bangsa Indonesia.