3. Fase Ovulasi

3. Fase Ovulasi

Menstruasi atau haid atau datang bulan merupakan perubahan wajar dalam fisik seorang wanita. Haid ialah proses peluruhan dinding rahim nan kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh. Perubahan metabolisme dan fisiologis ini dipengaruhi oleh berbagai hormon reproduksi. Siklus haid seorang wanita rata-rata terjadi selama 28 hari. Disebut rata-rata, sebab tak semua wanita mengalami siklus dengan waktu nan sama.

Secara normal, lama waktu menstruasi pada seorang wanita terjadi sekitar 5 hari, dari rentang waktu dua hingga 10 hari. Selama ini, para pakar menghitung darah wanita nan ikut terbawa pada saat haid ialah sebanyak 35 mililiter. Namun, adapula nan hanya hilang sebanyak 10 ml hingga 80 ml setiap harinya.

Wanita nan aktif biasanya memakai pembalut buat menampung keluarnya darah dampak peluruhan dinding rahim. Darah akan kian banyak keluar di saat tidur dan beristirahat.

Sebagai catatan, paling tak seorang wanita harus mengganti pembalut nan dia pakai di saat haid minimal 2 kali sehari. Mengapa demikian? Pembalut nan tetap higienis menjamin terhindarnya infeksi pada bagian vital wanita. Selain itu, usahakan memakai pembalut antibakteri dan berbahan dasar mudah serap dan bersirkulasi baik.



Siklus Haid Wanita

Setiap bulannya, wanita nan masih fertile melalui siklus bulanan nan terdiri atas beberapa fase, yaitu:



1. Fase Haid atau Menstruasi

Fase ini merupakan momen dimana dinding rahim meluruh dan dikeluarkan dari dalam tubuh wanita. Hormon seksual nan menurun ialah karena primer dari proses ini. Kita hitung proses ini sebagai siklus nan terjadi di hari pertama hingga ke tujuh.



2. Fase Sebelum Ovulasi

Di hari ke tujuh hingga hari ke tiga belas, terjadi proses pra ovulasi, nan merupakan masa pembentukan dan pematangan ovum. Proses ini terjadi di dalam ovarium dampak meningkatnya kadar estrogen di dalam tubuh wanita.



3. Fase Ovulasi

Fase ini disebut juga dengan masa subur. Pada siklus ini sel telur atau ovum nan ada dalam ovarium siap buat dibuahi. Jika interaksi seksual dilakukan pada fase ini, maka kemungkinan besar dapat terjadi kehamilan.



4. Fase Pasca Ovulasi

Jika tak ada pembuahan hingga waktu sel ovum matang selesai, maka kualitas ovum akan mengalami kemunduran. Di fase ini, terjadi kenaikan produksi hormon progesteron. Fungsi hormon ini ialah buat menebalkan dinding rahim atau endometrium dan siap buat menerima embrio hingga berkembang. Jika tak ada embrio nan dikembangkan, maka dinding rahim akan menyusut dan terjadi kembali proses mentruasi atau haid.

Ketika terjadi menstruasi, maka akan muncul beberapa tanda dan gejala nan dapat timbul, diantaranya perut akan terasa mulas dan mual bahkan panas, nyeri di saat buang air kecil, kondisi tubuh nan tak fit, badan terasa demam, pusing dan sakit kepala, gejala keputihan, terjadi radang pada vagina, meningkatnya emosi serta bau badan nan kurang sedap.

Bagaimana solusi gejala-gejala di atas? Untuk menanggulanginya ada beberapa cara nan dapat dilakukan, salah satunya ialah memperbanyak masukan cairan supaya terhindar dari dehidrasi. Kehilangan cairan tubuh dapat membuar rasa nyeri semakin terasa. Beri masukan air hangat nan lebih banyak sehingga genre darah lebih lancar. Boleh juga ditambahkan minuman jahe hangat buat membuat rasa nyaman di badan.

Tempelkan handuk hangat di perut bagian bawah hal ini juga akan mengurangi rasa nyeri. Kurangi minum sesuatu nan mengandung kafeinkarena dapat menyebabkan iritasi usus. Boleh juga meminum teh hangat. Rajin-rajinlah berolah raga buat melancarkan pereedaran darah dan membuat tubuh lebih fit.



Berbagai Macam Penyebab Gangguan Haid dan Solusinya

Tentu Anda bertanya, mengapa ada siklus haid nan panjang dan adapula nan pendek? Ya, memang siklus tersebut tak normal, dan sesuatu nan tak normal niscaya ada penyebabnya. Berikut ialah beberapa penyebab siklus menstruasi nan kurang normal, penyebab dan solusinya.



1. Gangguan Fungsi Hormon

Siklus haid berhubungan erat dengan sistem hormon. Sistem hormon sendiri diatur oleh kelenjar hipofisis di otak manusia. Otak akan mengirim frekuwensi ke ovarium buat menghasilkan ovum. Gangguan sistem kerja ini, tentu akan mengganggu siklus menstruasi. Bagaimana solusinya?

Ada dua kemungkinan nan bisa menyebabkan terganggunya sistem hormon, yaitu hormon nan berlebih atau kekurangan hormon. Jika terjadi kekurangan hormon, maka solusinya ialah menambahkan hormon nan kurang tersebut. Misalnya nan kurang ialah hormon estrogen, maka ditambahkan hormon itu pula.

Sedangkan jika berlebih, maka dianjurkan buat diberikan obat eksklusif sehingga kadar hormon normal kembali. Misalnya konsultasi ke dokter buat mengurangi berlebihnya hormon prolaktin.



2. Kelainan Fisik dan Metabolisme Tubuh

Tubuh nan sangat gemuk ataupun badan nan sangat kurus dapat mempengaruhi metabolisme tubuh. Metabolisme nan terganggu tentu juga berpengaruh pada siklus haid. Misalnya, seorang Ibu nan menderita diabetes akan terganggu sistem metabolisme tubuhnya. Ini juga akan mengganggu siklus menstruasinya. Bagaimana solusinya?

Bagi seseorang nan sangat gemuk, maka solusi terbaik ialah mengatur kembali pola makan dan berolah raga secara teratur. Mengatur pola makan atau diet dapat dilakukan dengan donasi dokter pakar nan memastikan proses ini berlangsung dengan baik. Meski diet, usahakan asupan nutrisi nan masuk benar-benar seimbang, sehingga tak mempengaruhi metabolisme tubuh.

Sedangkan buat tubuh nan sangat kurus, usahakan sering-sering mengkonsumsi vitamin, sehingga asupan nutrisi diserap paripurna oleh tubuh. Bagi penderita diabetes, dengan kadar gula dalam darah atau insulin dalam darah sangat tinggi, dapat diatasi dengan pemberian obat antidiabetik. Obat ini memiliki nama lain obat insulin. Dengan cara ini, seorang wanita dapat mengembalikan siklus haid nan dia miliki ke kondisi normal sebagaimana mestinya.



3. Stres atau Tekanan Mental

Stres nan dianggap enteng justru akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh. Karena stres, seorang wanita dapat mudah lelah. Stres juga mengakibatkan berat badan turun drastis. Orang nan ditempa tekanan mental akan sering sakit-sakitan. Tentu ini semua mengganggu metabolisme tubuh sehingga ikut mengganggu siklus menstruasi. Bagaimana solusinya?

Stres dapat meningkatkan hormon kortisol nan mengganggu metabolisme tubuh, termasuk siklus reproduksi. Atasi stres dengan menyelesaikan penyebab stres tersebut. Selain itu, stres dapat dihindari dengan manajemen waktu nan baik, nan dapat menempatkan kapan waktu buat kerja dan kapan waktu buat keluarga. Anda dapat menemui para pakar buat berkonsultasi tentang masalah nan Anda hadapi, sehingga beban hayati makin ringan.



4. Terganggunya Kelenjar Gondok

Gangguan fungsi kelenjar gondok nan berlebih (hipertiroid) atau gangguan produksi kelenjar gondokyang terlalu rendah (hipotiroid) dapat mengganggu sistem hormonal tubuh manusia. Bagaimana solusinya? Untuk produksi hormon nan terlalu tinggi maupun terlalu rendah maka dibutuhkan konsultasi ke dokter buat pemberian obat, sehingga produksi hormon tiroid dapat normal kembali.



5. Berlebihnya Prolaktin

Produksi hormon prolaktin nan tinggi dapat mengganggu siklus haid, sebab hormon ini menekan taraf kesuburan seorang ibu. Sebenarnya hal ini bukan sebuah masalah besar, sebab dapat tubuh menjaga organ reproduksinya. Namun, jika tak dalam keadaan menyusui namun hormon prolaktin tetap tinggi, maka kemungkinan besar terjadi gangguan dalam kelenjar hipofisis. Bagaimana solusinya?

Jika tak dalam keadaan menyusui, produksi hormon prolaktin nan berlebih diakibatkan oleh stres nan hebat. Kemungkinan lain ialah dampak tumor pada kelenjar hipofisis. Untuk stres, solusinya ialah menyelesaikan problem dasar stres tersebut. Sedangkan buat tumor, maka butuh donasi dokter pakar buat mengangkat tumor di kelenjar hipofisis, sehingga siklus menstruasi kembali normal dan lancar.Semoga bermanfaat.

Demikianlah berbagai problem haid dan solusinya. Semoga bisa menambah pengetahuan kita semua.