Unsur Intrinsik Novel

Unsur Intrinsik Novel

Unsur intrinsik novel ialah beberapa unsur krusial nan seharusnya ada dalam sebuah novel. Unsur-unsur tersebut dianggap krusial sebab mampu membuat sebuah novel menjadi satu keutuhan.

Novel bukan lagi bagian-bagian cerita nan dipenggal menurut kisahnya, tapi juga sebagai satu kisah nan dari bagian-bagian tersebut muncul satu gagasan primer nan mampu diambil sisi positifnya bagi pembaca.

Berbeda dengan unsur ekstrinsik novel nan lebih mengedepankan sisi luar novel, unsur intrinsik novel justru menjadikan bagian dalam novel sebagi ruh dari cerita nan dihidangkan oleh penulis.

Unsur ekstrinsik dalam sebuah novel ialah beberapa unsur nan sifatnya opsional (merupakan sebuah pilihan: boleh ada atau tak ada) dalam sebuah novel. Unsur-unsur ekstrinsik dalam sebuah novel bisa berupa latar belakang penulis, biografi penulis, dan hal lain di luar naskah cerita.

Jadi, secara garis besar, unsur pembentuk sebuah novel ada dua, yakni unsur intrinsik novel dan unsur ekstrinsik novel. Dan pada artikel kali ini kita akan mencoba membahas tentang salah satu unsur tersebut. Ya, kali ini akan membahas unsur intrinsik dalam sebuah novel.

Semoga saja, sajian artikel berikut dapat membantu Anda buat memahami unsur-unsur intrinsik novel nan harus dipahami dalam pembacaan karya sastra. Khususnya bagi Anda nan ingin menulis sebuah novel, cerita pendek atau cerpen, novelet, dan sebagainya.




Unsur Intrinsik Novel

Seperti nan sudah dijelaskan di atas, unsur intrinsik novel ialah unsur-unsur nan mesti hadir sebagai syarat terbentuknya suatu keutuhan karya sastra, terutama novel. Berikut ialah unsur-unsur nan dimaksud :

1. Tema Cerita
Tema dalam sebuah cerita atau novel ialah tema nan akan diangkat oleh seorang pengarang, nan akan menjadi semacam benang merah dalam novel nan ditulis. Hanya saja, perliu diingat bahwa topik dan tema dalam sebuah novel sedikit berbeda secara arti, walaupun cenderung sama secara harfiah.

Sebuah tema cerita sangatlah krusial dalam sebuah novel, karena tema bisa Anda gunakan sebagai kompas atau peta, agar cerita nan Anda bangun atau Anda tulis tak melebar kemana-mana alias menjadi lebih fokus.

Kadangkala, tema dalam cerita tak hanya terdiri dari satu tema. Dapat dua atau lebih tema cerita. Tetapi, nan menjadi tema inti tetaplah satu, sedangkan sisanya disebut dengan tema sampingan.

Sebagai contoh, sebuah novel memiliki tema primer cinta. Namun, dalam seluruh ceritanya, terdapat tema sampingan nan berfungsi melengkapi keutuhan cerita. Misalnya saja, tema persahabatan atau tema sosial nan turt muncul dalam novel tersebut.


2. Tokoh dan Penokohan
Dialog atau percakapan ialah perbincangan antartokoh nan satu dengan tokoh nan lain, nan dapat menghidupkan sebuah cerita dalam novel. Obrolan sendiri terbagi menjadi dua, yaitu monolog dan dialog.

Monolog, sinkron dengan namanya, “mono” nan artinya satu, sehingga monolog ialah percakapan nan dilakukan oleh satu orang tokoh. Umumnya, monolog akan Anda jumpai dalam percakapan atau konflik batin seorang tokoh. Semacam perkataan dalam hati atau benak si tokoh.

Sedangkan dialog, sinkron dengan namanya pula, “di” nan artinya lebih dari satu atau banyak, sehingga obrolan ialah percakapan nan dilakukan oleh dua orang atau lebih. Umumnya, obrolan akan Anda jumpai dengan penggunaan tanda kutip (“).

Dialog dan monolog tersebut merupakan dua cara nan biasanya digunakan oleh pengarang buat mengenalkan unsur intrinsik novel nan berupa tokoh dan penokohan.

Pengarang dapat langsung mengenalkan tokoh dan penokohannya dalam sebuah narasi, tapi dapat juga mengenalkan tokoh dan karakter tokoh tersebut dengan cara obrolan atau monolog.

Misalnya saja, kalimat “Wanita itu bernama Sinta. Aku tak pernah tahan jika tak bekerja seharian penuh. Aku selalu gila kerja.” merupakan salah satu cara langsung dari pengarang buat mengenalkan tokohnya nan bernama Sinta.

Dari kalimat tersebut juga pembaca dapat langsung mengetahui bahwa Sinta memiliki karakter pekerja keras atau gila kerja.
Sementara itu, cara tak langsung nan dapat membuat pembaca mengenal tokoh dan tabiat tokoh tersebut ialah dengan melalui pembacaan monolog atau dialog.

Misalnya saja, terdapat percakapan berikut.

“Aku tahu bahwa dia seorang penipu. Tapi saya tak dapat berbuat apa-apa,” kata Nina sambil mengusap air matanya.
“Kalau saja hal itu menimpaku, akan kubunuh dia dengan tanganku sendiri!” tukas Aji setelah mendengar pengakuan Nina tentang Nino.

Dari percakapan di atas, bisa diketahui tiga orang tokoh bernama Nina, Aji, dan Nino. Nina berwatak lemah lembut, Aji berwatak keras, sedangkan Nino berwatak jelek sebab ia seorang penipu.

3. Setting atau Latar
Setting atau latar ialah hal-hal terpenting nan ada dalam cerita, nan berfungsi buat membangun cerita dalam sebuah novel. Setting atau latar bisa berupa loka yakni loka di mana sebuah kejadian atau peristiwa terjadi, nan diungkapkan dengan deskripsi; waktu yakni waktu kapan sebuah kejadian atau peristiwa terjadi; keadaan yakni citra sebuah keadaan nan tengah dihadapi oleh tokoh-tokoh dalam cerita.

Sama seperti unsur intrinsik novel lainnya, setting atau latar juga dapat langsung diungkapkan oleh pembaca lewat narasi, tapi dapat juga lewat obrolan atau monolog. Misalnya saja dalam contoh narasi dan obrolan berikut ini.

“Dia melewati petang itu di jalanan dekat alun-alun kota Bandung dengan halusinasi nan sungguh imajiner. “ (narasi nan membuktikan bahwa tokoh dia melakukan sesuatu pada waktu petang di jalanan dekat alun-alun kota Bandung).

Dialog :
“Dia Cuma pengemis nan pernah datang ke rumahku tempo hari. Tidak lebih!” kata Nia pada Joni.
“Ah, bohong! Kemarin saya lihat kalian berjalan bersama di sebuah loka makan.” Joni menimpal kata-kata Nia sambil marah.

Dialog di atas membuktikan bahwa waktu nan dijadikan latar oleh pengarang diambil saat tempo hari dan kemarin, dengan latar loka rumah Nia dan loka makan.

Selain latar waktu dan tempat, ada juga latar keadaan nan dapat menggambarkan keadaan sosial seorang tokoh. Misalnya saja, latar belakang pendidikan si tokoh atau bagaimana keadaan sosial keluarganya dan keadaan spiritualnya.

4. Sudut Pandang
Sudut pandang ialah unsur intrinsik novel nan juga turut berpengaruh terhadap keutuhan sebuah cerita. Sudut pandang nan biasa dipergunakan buat memunculkan citra tokoh ialah sudut pandang orang pertama (aku), sudut pandang orang kedua (aku dengan tokoh primer dia), dan sudut pandang orang ketiga (dia).

5. Alur
Alur ialah salah satu unsur nan juga krusial buat menjalin keutuhan cerita dalam sebuah novel. Alur nan biasa digunakan oleh pengarang dalam menulis novel ialah alur maju, alur mundur, dan alur campuran.

Dalam unsur intrinsik novel berupa alur, kita dapat menemukan beberapa termin di dalamnya. Termin pertama ialah termin pengenalan, yakni sosialisasi segala unsur pembentuk novel kepada pembaca.

Tahap kedua ialah termin sosialisasi masalah, yakni saat masalah muncul dalam sebuah cerita. Termin ketiga ialah termin klimak di mana masalah nan ada mengalami peningkatan konflik sehingga membuat dinamika penokohan.

Tahap keempat ialah termin antiklimaks, yakni termin saat masalah sudah menghadapi jalan keluar. Termin terakhir ialah termin penyelesaian masalah, yakni termin di mana tokoh mampu menyelesaikan konflik nan ada dalam cerita.

6. Amanat
Unsur intrinsik novel nan etrakhir ialah amanat, yakni semua hal positif nan mengandung pesan, baik pesan moral maupun spiritual nan terdapat dalam sebuah novel.

Pesan-pesan tersebut bisa diujarkan oleh tokoh dalam bentuk narasi, tapi bisa juga dibentuk secara tak langsung melalui obrolan dan monolog saat jalan cerita berlangsung.

Dari gambaran di atas, bisa disimpulkan bahwa beberapa hal krusial dari unsur intrinsik novel nan seharusnya Anda tahu sebelum Anda ingin menulis sebuah novel atau karya sangat diperlukan agar karya Anda semakin bagus tentunya.

Pengalaman memahami unsur-unsur di atas merupakan salah satu hal krusial nan wajib dimiliki oleh seorang penulis dan pengamat karya sastra. Tanpa pengetahuan mengenai hal tersebut, pembacaan karya tak akan sampai pada termin nan diharapkan secara hakikat sebab hanya sampai pada termin permukaan karya sastra itu saja.

Selain itu, pengetahuan mengenai unsur intrinsik novel juga berfungsi apabila kita ingin menganalisis karya sastra secara lebih aktual dan terperinci.