Pengobatan dan Perawatan Demam Tifoid

Pengobatan dan Perawatan Demam Tifoid

Sebagai salah satu penyakit nan menular, demam tifoid ialah penyakit nan harus diwaspadai oleh para orang tua. Meskipun orang dewasa dapat saja tertular penyakit ini, namun anak-anak ialah sosok nan paling rentan tertular penyakit ini.

Di Indonesia, penderita demam ini jumlahnya masih banyak yaitu sekitar 8000 penduduk per tahun dan tersebar di mana-mana. Masih banyaknya anak-anak kita nan menyukai jajanan nan diragukan kebersihannya turut berperan menyebarkan kuman demam ini.

Kunci penanganan penyakin ini ialah penanganan secara dini. Semakin cepat penyakit ini ditangani, maka semakin mudah merelokasi kuman. Artikel ini akan membantu Anda mengenali atau mendeteksi kuman demam tifoid, serta cara-cara penanganannya.



Penyebab dan Gejala Demam Tifoid

Demam tifoid atau typhus abdominalis ialah penyakit nan disebabkan oleh bakteri salmonella enterica, nan mengakibatkan infeksi pada usus kecil. Penyakit ini bisa terjadi di mana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja. Sejak seseorang mulai bisa mengkonsumsi makanan di luar, maka ia beresiko terinfeksi bakteri salmonella ini.

Bakteri salmonella enterica bisa ditularkan melalui mulut. Melalui mediator makanan dan minuman nan tak higienis, bakteri ini bisa langsung masuk ke dalam lambung, menuju kelenjar limfoid usus kecil, akhirnya masuk ke dalam peredaran darah.

Dalam kurun waktu 24-72 jam, bakteri masuk ke dalam peredaran darah. Pada fase ini, penderita belum merasakan gejala-gejala nan mengganggu, namun sebetulnya bakteri sudah menyerang organ-organ hati, kandung empedu, limpa, sumsum tulang belakang, bahkan ginjal. Pada masa inkubasi yaitu 5-9 hari, bakteri masuk kembali ke dalam genre darah buat kedua kalinya, disaat inilah terjadi divestasi endoktoksin nan menyebar ke seluruh tubuh, sehingga menimbulkan gejala tifoid.

Masa inkubasi demam ini rata-rata 7-14 hari, dengan gejala klinis nan majemuk dan lebih ringan terutama pada penderita usia anak-anak. Gejala nan paling sering muncul ialah demam nan fluktuatif, pagi hari suhu badan turun namun sore menjelang malam demam kembali terjadi.

Gejala menyerupai infeksi akut akan muncul dalam minggu pertama, seperti demam, sakit kepala, mual, nafsu makan menurun, sakit perut, diare, atau sembelit selama beberapa hari. Pada fase ini, demam tifoid belum terdeteksi kecuali suhu tubuh nan meningkat dan menetap.

Memasuki minggu kedua, gejala-gejala demam tifoid nan khas mulai muncul, seperti demam tinggi terus menerus, nafas berbau tidak sedap, bibir pecah-pecah. Dalam beberapa kasus, kulit dan rambut menjadi kering. Lidah tampak tertutupi selaput putih kotor, ujung lidah dan tepi tampak kemerahan dan tremor.

Terjadi pembesaran limpa dan hati, sehingga perut tampak kembung dan menimbulkan rasa nyeri saat diraba. Pada kasus nan kronis, penderita akan mengalami komplikasi pendarahan, perlubangan atau pendarahan usus, infeksi selaput usus, renjatan, atau bahkan kelainan otak.

Secara umum, hampir sebagian besar penderita tifoid bisa sembuh total. Namun bila pasien terlambat ditangani, maka bisa terjadi berbagai komplikasi, diantaranya:

  1. Bagi penderita pendarahan usus, akan terjadi pendarahan hebat sekitar 2% nan terjadi pada minggu ketiga.
  2. Terjadi nyeri perut nan hebat pada 1-2% penderita, diakibatkan oleh isi usus menginfeksi rongga perut atau istilahnya peritonitis.
  3. Pada minggu kedua, biasanya terjadi pneumonia, dampak infeksi pneumokokus.
  4. Terjadi infeksi kandung kemih, infeksi tulang, infeksi katup jantung, bahkan infeksi katup jantung


Pengobatan dan Perawatan Demam Tifoid

Lebih dari 90% penderita penyakit ini bisa disembuhkan dengan antibiotik nan tepat, seperti ampicillin, trimethoprim-sulfamethoxazole, kloramfenikol, dan ciprofloxacin. Pedoman pengobatan buat penderita penyakit ini sendiri telah ditetapkan oleh Association of Pediatric (IAP) pada Oktober 2006. Meskipun pedoman pengobatan ini dikeluarkan buat penderita demam ini pada anak-anak, namun IAP juga direkomendasikan buat pasien dewasa.

Berikut ialah beberapa pengobatan demam tifoid ringan berdasarkan rekomendasi IAP.

  1. Cefixime dan sebagai lini kedua azitomisin.
  2. Untuk demam tifoid nan lebih berat, diberikan ceftriaxone, aztreonam, dan imipenem.
  3. Apabila terjadi perlubangan pada usus, maka diberikan antibiotik berspektrum luas. Jenis obat tersebut diberikan mengingat banyaknya bakteri nan akan masuk ke dalam rongga perut. Pada beberapa kasus danjurkan buat melakukan pembedahan buat memperbaiki atau mengangkat bagian usus nan mengalami enfeksi.

Selain mengandalkan obat nan direkomendasikan dokter, diperlukan pula perawatan nan bisa menghentikan penyebaran kuman, mempercepat pembasmiannya, mencegah komplikasi, dan tentu saja mempercepat penyembuhan. Perawatan biasanya bersifat istirahat total dan menjaga asupan makanan secara ketat. Pasien diwajibkan berbaring selama masa penyembuhan dan secara kontinyu mengkonsumsi cairan dan kalori (sesuai anjuran dokter).

Berikut beberapa perawatan nan bisa dilakukan buat merawat penderita penyakit ini.

  1. Pastikan pasien terus berbaring di loka tidur dengan posisi baring nan diubah-ubah. Lakukan langkah pertama ini selama jangka waktu 5-7 hari hingga demam mereda.
  2. Jika demam mereda dan gejala-gejala demam tifoid berkurang, pasien diperbolehkan buat duduk satu kali sehari dengan durasi 2x15 menit, demikian seterusnya hingga kesehatan pulih dan pasien diizinkan pulang oleh dokter.
  3. Selama masa perawatan, dokter akan menganjurkan pasien buat mengonsumsi semua jenis makanan dengan cara disaring. Intinya, hanya makanan nan mudah dicerna, lunak, mengandung cukup cairan, kalori, serat, tinggi protein dan vitamin, tak merangsang, dan tak mengandung gas, nan diperbolehkan dimakan oleh pasien demam tifoid.
  4. Jenis makanan lunak secara bertahap diganti dengan bentuk normal apabila kondisi kesehatan membaik atau sembuh. Umumnya, pola jenis makanan buat pasien demam ini pada hari pertama dan kedua ialah makanan nan disaring, hari ketiga makanan biasa, dan seterusnya.


Pencegahan Demam Tifoid

Berikut ialah beberapa cara nan bisa dilakukan buat menghindari penyakit ini.

  1. Menyediakan air minum nan higienis, baik isi dan wadahnya.
  2. Pembuangan kotoran manusia pada tempatnya.
  3. Membiasakan lingkungan sekitar higienis dan bebas dari lalat.
  4. Pengawasan terhadap penjual dan rumah-rumah makan.
  5. Memberikan vaksin tifus (oral) kepada orang-orang nan akan melakukan perjalanan atau pelancong. Sedikit tips, para pelancong sebaiknya tak mengkonsumsi sayuran mentah dan jenis makanan lainnya nan disimpan dan disajikan dalam suhu ruangan. Sebaiknya, pilih makanan nan masih panas atau dibekukan, minuman berkaleng dan buah nan kulitnya dikupas.
  6. Mencuci tangan sehabis buang air kecil dan buang air besar.
  7. Mengawasi penderita, seperti memisahkan loka makan dan minumnya dari orang nan sehat.
  8. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pola hayati sehat.

Demam tifoid atau typhoid nan disebabkan oleh bakteri salmonella enteric ini dapat disebarkan melalui minuman dan makanan nan tercemar oleh tinja. Bagi orang tua, lakukan pencegahan terhadap anak-anak, seperti menyiapkan bekal makanan dari rumah dibandingkan memberikan mereka uang jajan.

Untuk Anda nan memiliki balita dan masih menyuapi mereka, biasakan makan di dalam rumah. Terkadang, sebab ananda susah makan, orangtua lebih memilih area di luar rumah, seperti taman bermain atau bahkan lapangan luas, agar si anak makan sambil bermain bersama teman-temannya.

Cara seperti ini sangat beresiko tertular bakteri salmonella. Biasanya, sekali saja anak terserang typhus, maka akan lebih mudah baginya buat terserang kembali, apalagi jika kebersihan makanan dan minumannya tak terjaga dengan baik.

Tentunya, lebih kondusif mencegah daripada mengobati bukan? Jadi, biasakan ananda buat pola hayati sehat, termasuk memilih jajanan dan loka makan nan higienis. Beri pengertian pada ananda tentang bahaya membeli jajanan di sembarang tempat, apalagi jika makanan tersebut banyak dihinggapi lalat.

Demikianlah, artikel tentang demam tifoid. Semoga Anda mendapat pencerahan, sehingga semakin berhati-hati dalam menjaga kesehatan keluarga.