Khotbah Pernikahan Kristen

Khotbah Pernikahan Kristen

Bagi umat kristiani nan melangsungkan pernikahan, selain pernikahan itu sendiri khotbah pernikahan Kristen tentunya sangat penting. Penulis akan memaparkan beberapa khotbah dan arti dari khotbah itu sendiri nan biasanya dilangsungkan oleh para umat kristiani.

Dalam pernikahan kristiani, harmoni ialah merupakan perhiasan nan kekal. Harmoni nan dimaksudkan ialah menjaga komunikasi dan keterbukaan satu sama lain. Tentunya upaya dari suami dan istri buat menjaga keharmonisan tersebut haruslah dibangun sejak dini.

Melihat sejarah umat kristiani pada masa Yesus masih hayati saat itu ada pernikahan nan berlangsung di Kana, Yesus beserta ibunya mendatangi pernikahan tersebut bersama mereka juga datang murid-muridNya.

Bagi mereka pernikahan nan terhormat ialah pernikahan umat Allah nan membawa sukacita. Pada kesempatan tersebut juga Yesus menampilkan mukjizat pertamanya sehingga membawa kemeriahan pada pesta tersebut.

Dalam alkitab umat kristiani tak ada mekanisme pernikahan dikarenakan pernikahan disesuaikan dengan lokasi dan zamannya. Seperti pernikahan di Israel kuno, jika seorang pria membawa mempelai wanitanya ke rumahnya atau ke rumah ayahnya sudah dianggap ada pernikahan di antara mereka. Di negeri lain umat kristiani menikah di kantor pemerintah atau di kantor petugas pencatatan sipil.

Setelahnya khotbah pernikahan Kristen bisa didengar di balai kerajaan pada hari pernikahannya atau pada hari setelah pernikahan tersebut berlangsung. Dalam hal mereka ingin mendengarkan khotbah di balai kerajaan, mereka memang harus mendapat izin terlebih dahulu dari kerajaan, sebab acara di balai kerajaan juga sangat banyak jangan sampai berbenturan dengan acara pernikahan.



Khotbah Pernikahan Kristen

Dalam khotbah pernikahan Kristen ada beberapa klarifikasi nan perlu didengarkan oleh kedua mempelai bagaimana mereka akan hayati bersama nantinya, sebagai berikut.

  1. Pertama ingatlah kalimat membelalakkan mata dan menyipitkan mata. Membelalakkan mata artinya sebelum merencanakan pernikahan lihatlah dengan benar-benar dengan siapa kamu akan menikah, kamu akan menikah buat seumur hidupmu, kamu akan menerima dia bukan saja hanya kelebihan tetapi kekurangannya juga kamu harus menerima. Menyipitkan mata artinya, kamu harus memaklumi jika pasanganmu melakukan kesalahan, kamu harus memaafkan dan memaklumi setiap konduite nan tak kamu setujui, sebab kasih itu tak menyimpan kesalahan.
  1. Yang kedua ialah melihat ke atas dan melihat ke bawah. Melihat ke atas artinya saat kita melihat keluarga nan lebih kita akan merasa kecewa dan iri hati, tetapi saat kita melihat ke bawah, lihatlah ada orang nan lebih kurang dari kita sedangkan mereka tetap bahagia, tetap tertawa dan kita dapat seperti mereka, mensyukuri pasangan nan kita miliki, sebab dari pasangan kitalah kita akan melewati petualangan hayati nan berbeda setiap harinya.
  1. Ketiga ialah mencintai seperti memelihara pohon kesayangan, layaknya pohon tercinta, nan kita rawat, kita sirami air, dan beri pupuk dan kita dandani dia, pohon itu akan tumbuh fertile dan menarik. Begitu juga halnya pasangan kita, kita harus beri pelayanan padanya, kasih, cinta, penghargaan, pujian, agar cinta kita tetap ada.
  1. Keempat gigi dan lidah. Gigi dan lidah sangat dekat posisinya, terkadang lidah secara tak sengaja tergigit oleh gigi dan rasanya benar-benar sakit. Layaknya sebuah pernikahan kita jangan hanya bertengkar buat minta dimengerti sehingga timbullah kesalahpahaman, berteriak, bertengkar hebat tanpa memikirkan hati kita sendiri, tetapi coballah mulai memaafkan pasangan kita, menerima kesalahannya dan mulai dari awal bahwa kamu mencintainya. Maka damai sejahtera dari Yesus akan menaungi keluarga kita.
  1. Kelima ialah batu dan kapas. Apabila suami Anda sedang mengalami kekalutan dalam pekerjaannya dalam bisnisnya dan emosinya mulai tinggi jangan meresponsnya dengan emosi pula, janganlah batu dilawan dengan batu tetapi jadilah kapas nan tetap lembut nan memakluminya nan membuatnya menjadi sabar, dan tetaplah berdamai dengan pasangan kita, selalu dan selalu ditanamkan di jiwa kita memaafkan dan perdamaian.
  1. Keenam seperti mur dan baut. Mur dan baut sangat berbeda tetapi kedua barang itu saling menguatkan, seperti itulah jangan pernah merasa pasangan kita berbeda dengan kita. Tuhan tak menciptakan pasangan kita nan cocok, justru dengan adanya disparitas kita akan saling memahami, pemikiran positif akan tumbuh dalam diri kita terhadap pasangan kita, jadi tetaplah bertahan dan syukurilah disparitas itu, sebab semua berasal dari Tuhan.

Dalam khotbah pernikahan Kristen juga disebutkan adanya keunikan dalam pernikahan Kristen. Keunikan tersebut terdapat dalam beberapa hal, yaitu adanya nilai dari pernikahan Kristen, yaitu dasar dari pernikahan Kristen ialah inisiatif dari Sang Pencipta bukan inisiatif manusianya.

Maka dari itu pernikahan bukan saja antara dua orang nan menikah tetapi ada kehadiran Sang Pencipta di antara kedua mempelai. Tujuan primer pernikahan Kristen bukanlah buat mendapatkan kebahagiaan, namun buat bertumbuh suatu karakter sehingga akan menjadi serupa atau sama dengan karakter dari Kristus, nan artinya yaitu kebahagiaan itu ialah anugerah atau hadiah dari pertumbuhan karakter melalui pernikahan.

Bentuk karakter nan bertumbuh yaitu bagaimana kita tahu peran kita apabila sudah menikah baik itu peran sebagai suami ataupun sebagai istri. Sinkron juga dengan prinsip alkitab (Kej 2: 18) yaitu suami sebagai kepala keluarga dan istri sebagai penolong nan sepadan.

Ini bukan diartikan bahwa Allah pilih kasih tetapi dengan pemahaman ketaatan dan iman di dalam hati kita semua bisa terjawab. Semua ini Allah tempatkan sebagai anugerah kepada hambaNya, anugerah seorang suami sebagai kepala keluarga nan nantinya akan menerima sebuah tanggung jawab.

Peran sebuah keluarga sangat erat kaitannya dengan masalah keuangan keluarga. Awalnya suami nan menafkahi, nan memberi, dan melindungi. Mungkin sampai sekarang suami masih dapat melindungi keluarga, namun dalam hal keuangan di zaman sekarang sudah tergeser oleh sang istri nan mulai berkuasa sebab jabatan di kantor menghantarkan dia memiliki penghasilan jauh lebih besar daripada suami.

Kekuasaan nan pada mulanya dimiliki seorang suami juga mulai terbagi pada sang istri dan jika sang istri mulai merasa tak nyaman dan tak senang ancaman perceraian bisa dilontarkan istri. Hal inilah nan sekarang sering terjadi.

Padahal dalam sebuah pernikahan seharusnya sudah bisa memahami pernikahan itu seperti apa, sudah berjanji sehidup semati, semua itu seperti janji nan tak bisa dipegang, pernikahan hanya sebagai simbol bahwa mereka sudah saling memiliki.

Dalam kehidupan nan dijalani janji pernikahan tidaklah ditepati, padahal sudah ada Sang Pencipta nan juga hadir dalam janji nan mereka ucapkan. Memang harus memperhatikan janji mereka sejak awal pernikahan, selalulah berpegang teguh dengan kemaafan, kemakluman, damai dan iman serta ketaatan mestinya selalu dijaga, saling memberi kasih, cinta dan pujian menjadi kunci nomor satu agar pernikahan tetap berjalan sampai maut memisahkan.

Ada beberapa pertanyaan nan mungkin bisa dijawab sendiri oleh para pelaku pernikahan, mana nan lebih mereka pilih. Seorang istri rumahan lebih senang daripada istri nan bekerja selalu dihadapkan dengan gaji, masalah karir apalagi harus bertanggung jawab dengan perkembangan anak?

Atau seorang istri dengan karir akan menaikkan tingkatnya sebagai perempuan apalagi akan mengurus anaknya, taraf kehormatan sebagai seorang wanita akan semakin sempurna? Dan bagaimana dengan suami nan memandang istri, berbahagia dengan istri nan di rumah sebab mengurus anak atau berbahagia dan bangga istri nan memiliki karir gemilang?

Semua itu bisa penulis serahkan kepada pemilik pernikahan dan memiliki jawaban tersendiri dan setiap pilihan memiliki kebaikan dan risiko masing-masing, namun dari semua itu tetaplah nan harus dijaga ialah keimanan dan kedamaian.[]