Prestasi dan Klasifikasi Sekolah di Lingkungan Diknas-Jakarta

Prestasi dan Klasifikasi Sekolah di Lingkungan Diknas-Jakarta

Salah satu tantangan nan dihadapi oleh Diknas-Jakarta ialah bahwa Jakarta tak dianggap sebagai kota pendidikan. Sekolah internasional dan sekolah berstandar internasional boleh saja bertaburan di Jakarta Raya. Anak-anak cerdas dan prestasi bahkan para anak sekolah nan populer sebab menjadi seniman banyak terdapat di Jakarta, tapi tetap saja kota pendidikan dipegang oleh Yogyakarta. Hal ini bukannya tak menjadi satu pemikiran bagi Diknas-Jakarta.



Diknas-Jakarta.org

Peningkatan mutu pendidikan memang bukan merupakan tanggung jawab Kementerian Pendidikan Nasional semata. Tapi hal ini menjadi salah satu tanggung jawab penuh nan dipikul oleh Kementerian Pendidikan Nasional nan dalam hal ini diujungtombaki oleh Diknas di setiap kota provinsi maupun kabupaten. Diknas-Jakarta paham sekali bahwa forum ini bertanggungjawab penuh terhadap keberlangsungan sistem dan kebijaksanaan pendidikan nan telah digariskan oleh undang-undang dan peraturan menteri.

Agar apa nan menjadi tanggung jawab Diknas-Jakarta tersebut tersebar merata di seluruh Jakarta Raya, maka Diknas-Jakarta membuat sebuah situs resmi nan diberi nama Diknas-jakarta.com. Di situs ini, siapapun dapat mendapatkan majemuk informasi nan berkaitan dengan pendidikan dan sistem peningkatan mutu pendidikan. Misalnya, informasi tentang departemen pendidikan itu sendiri, beasiswa unggulan, buku perdeo dan buku sekolah elektronik nan dapat diunduh oleh siapapun, media pendidikan, dan lain-lain.

Sayangnya begitu banyak keluhan dari para pengguna internet termasuk penulis nan mendapat kesulitan buat membuka situs tersebut. Padahal maksud dari adanya situs resmi Diknas-Jakarta buat membuat akses ke informasi tentang pendidikan dan kependidikan di Jakarta Raya cukup mudah diperoleh.

Pihak Diknas-Jakarta harus tahu tentang hal ini. Mungkin besarnya keingintahuan masyarakat tentang informasi langsung dari situs resmi Diknas-Jakarta telah membuat situs ini sulit dibuka. Permasalahan ini tak akan terjadi dan berlangsung berlarut-larut kalau saja ada pengecekan dan pembaruan informasi secara berkala setiap waktu bahkan setiap hari.



Tantangan Diknas-Jakarta

Jakarta ialah ibukota negera Republik Indonesia nan sekaligus sebagai pusat perekonomian negeri nan dijuluki Zamrud Khatulistiwa ini. Lebih dari 10 juta orang beraktivitas di siang hari di kota nan menjadi salah satu kota terpadat penduduknya di global ini. Aktivitas tersebut membuat Jakarta terlihat semakin semrawut dan penuh tantangan. Begitu juga dengan Diknas-Jakarta.

Permasalahan dan tantangan nan dihadapi oleh Diknas-Jakarta cukup kompleks. Mulai dari pemalsuan ijazah hingga tawuran pelajar.
Memang ada beberapa sekolah nan dianggap bermasalah. Sekolah-sekolah bermasalah itu tak hanya dari sekolah-sekolah nan dikelola oleh partikelir tapi juga sekolah-sekolah negeri. Seperti kasus penyerangan terhadap wartawan nan dilakukan oleh para siswa SMA Negeri 6 Jakarta.

Isu nan berkembang membuat hati para orang tua dan para pendidik seluruh Indonesia merasa sangat miris. Bahwa meruntut sejarah nan ada aksi brutal di SMA Negeri 6 tersebut telah berlangsung lama telah membuat Diknas-Jakarta bertindak tegas.

Bagaimana hati para pendidik tak miris melihat tawuran dan aksi brutal nan dilakukan oleh para pelajar SMA tersebut. Kejadian nan sangat mengerikan dan menjadi lembar kelam pendidikan itu terjadi di Jakarta nan seharusnya, walaupun tak menjadi kota pelajar, Jakarta menjadi barometer pendidikan di Indonesia. Diknas-Jakarta bukannya tinggal diam melihat mesalah ini. Tindakan nan diambil tak hanya memberikan teguran dan supervisi terhadap sekolah nan bersangkutan, tetapi juga menyerahkan masalah terkait kasus hukum kepada pihak nan berwajib.

Pihak sekolah terkadang malah menjadi pihak nan disalahkan. Padahal anak-anak tersebut telah bermasalah sejak dari rumah. Kerjasama nan baik antara pihak sekolah dan pihak orang tua memang bukan hal mudah buat dibentuk dan ditradisikan. Kesibukan orang tua di Jakarta dan stagnasi nan menjadi gambaran Jakarta telah membuat orang tua sulit berjumpa dan membahas permasalahan anak-anak mereka dengan pihak sekolah. Pihak Diknas-Jakarta hanya dapat mengimbau dan memberikan dukungan penuh terkait permasalahan ini. Hasilnya memang belum terlihat memuaskan.

Bahkan pihak Diknas-Jakarta sendiri menghadapi permasalahan dalam tubuh mereka sendiri. Misalnya mencuatnya pungutan liar nan dilakukan oleh oknum Diknas-Jakarta terkait Uji Kompetensi Awal (UKA) dan Donasi Operasional Sekolah (BOS) telah membuat Menteri Pendidikan Muhammad Nuh turun tangan dan memberikan komentar pedas dan tegas. Bagaimana tidak, Diknas-Jakarta nan seharusnya menjadi penjaga gawang kualitas pendidikan nan bermutu, malah bergelimang kotoran jiwa-jiwa nan tidak bertanggung jawab. Hal ini memang sangat menyedihkan.

Era informasi saat ini seharusnya membuat alam keterbukaan di segala lini tetap terbuka. Namun apa nan terjadi ialah budaya korupsi nan semakin menggurita dan bahkan dilakukan terang-terangan. Pengadaan buku oleh pemerintah ternyata "digunakan sebaik-baiknya" oleh oknum Diknas-Jakarta buat memperkaya diri sendiri.

Suatu hal nan sangat memalukan bahwa ada oknum di forum nan bermisi mencerdaskan masyarakat ini (Diknas-Jakarta) memberi contoh nan sangat tak baik kepada pelajar Indonesia. Mutu pendidikan seperti apa nan diharapkan ketika para punggawa pendidikan tak berakhlak mulia.

Tapi apa jadinya kalau produk pendidikan nan dihasilkan ternyata menjadi tukang berkelahi, preman, pengedar narkoba dan bahkan koruptor kelas kakap? Pihak Diknas-Jakarta tak hanya harus memberikan supervisi dan pemantauan terhadap penerapan peraturan pendidikan di sekolah-sekolah nan menjadi tanggung jawab mereka tapi juga harus melakukan supervisi dan pemantauan pada staf dan sumber daya manusia nan ada di lingkungan diknas-Jakarta sendiri.



Prestasi dan Klasifikasi Sekolah di Lingkungan Diknas-Jakarta

Permasalahan boleh saja menggurita. Namun jiwa profesional harus tetap dijaga. Prinsip itulah nan dijalankan oleh Diknas-Jakarta . Taraf kelulusan siswa nan ada di Jakarta Raya termasuk bagus walaupun bukan nan terbaik. Hal ini menjadi catatan prestasi tersendiri bagi pihak diknas-Jakarta.

Dari 115 sekolah menengah atas negeri dan 60 sekolah menengah kejuruan, taraf kelulusan mencapai 90% lebih. Bayang-bayang kebocoran soal Ujian Nasional memang ada. Hal tersebut tak hanya menjadi isu di Diknas-Jakarta saja. Namun diknas-diknas di seluruh Indonesia menghadapi permasalahan nan sama.

Semakin canggihnya peralatan dan hebatnya para pembajak informasi telah membuat isu kebocoran soal Ujian Nasional menjadi salah satu bahan penilaian nan harus dilakukan terus-menerus. Pihak Diknas-Jakartapun telah membentengi diri mereka dari kebocoran soal-soal Ujian Nasional tersebut.

Di era reformasi dan sistem swatantra daerah nan mulai diberlakukan sejak 2001 lalu, membuat pihak Diknas-Jakarta membentuk ragam klasifikasi sekolah taraf menengah atas di seluruh Jakarta Raya. Sistem klasifikasi ini akan membuat pihak sekolah lebih tertantang dan bersemangat melakukan hal terbaik dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah mereka masing-masing.

Sistem klasifikasi SMA di Diknas-Jakarta tersebut melingkupi sekolah-sekolah nan disebut SMAN Reguler. Sekolah-sekolah nan masuk kategori ini ada sekolah-sekolah nan tak memunyai program spesifik tapi hanya menerapkan sistem baku pendidikan biasa. Ada juga sekolah nan dikategorikan sebagai Sekolah Pendamping Plus taraf kotamadya. Sekolah ini mempunyai angka rata-rata kelulusan 7.0. Taraf kelulusan masuk ke perguruan tinggi negeri juga lumayan membanggakan.

berdasarkan Diknas-Jakarta, klasifikasi satu taraf di atas Sekolah Pendamping Plus tersebut ialah Sekolah Plus. Sekolah Plus ini selain menerapkan 7K (ketertiban, keamanan, kebersihan, keindahan, kekeluargaan, kerindangan, dan kesehatan), juga mempunyai prestasi nan lebih baik dibandingkan dengan Sekolah Pendamping Plus.

Sedangkan Sekolah Plus baik nan baku nasional maupun internasional menurut Diknas-Jakarta mempunyai prestasi 100% taraf kelulusan sekuruan tinggi olah dan 100% taraf kelulusan masuk perguruan tinggi negeri.

Pembentukan klasifikasi tersebut selain mempermudah supervisi nan dilakukan oleh Diknas-Jakarta, juga menjadikan pihak sekolah tertantang buat berprestasi dan bekerja lebih keras.