Cerita Raksasa Buto Ijo dan Timun Mas

Cerita Raksasa Buto Ijo dan Timun Mas

Anak-anak bahagia sekali mendengarkan cerita dari ayah atau ibundanya, terutama dongeng-dongeng tentang raksasa dari nusantara. Misalnya ialah dongeng tentang raksasa Buto Ijo dan Timun Mas dari Jawa Tengah. Ketika bermain dengan anak-anak, ayah atau bunda dapat mendongeng dan bermain peran tentang raksasa ini dengan melibatkan anak-anak.

Ayah dapat menjadi raksasa, ibu dapat berperan menjadi ibu petani dan anak dapat berperan menjadi seorang penyelamat. Hmm, sepertinya bakalan seru ya! Nah, berikut ini ialah rangkaian cerita raksasa dari Indonesia nan cukup melegenda itu.



Cerita Raksasa Buto Ijo dan Timun Mas

Dikisahkan, ada seorang janda petani tua nan bernama mbok Sarni, hayati di desa sebatangkara. Mbok Sarni tak memiliki seorang anak pun. Setiap hari dia berdoa kepada Tuhan agar dapat dianugerahi seorang anak nan lucu. Doa mbok Sarni tak pernah ada hentinya.

Suatu hari raksasa Buto Ijo terbangun dari tidurnya dan menuju ke desa buat mencari mangsa. Penduduk desa berhamburan ketakutan mencari selamat begitu mendengar suara gelegar langkah raksasa itu menuju ke desa. Setelah mendapatkan mangsa dengan memakan penduduk desa, Buto Ijo hendak kembali ke hutan.

Dalam perjalanannya, raksasa Buto Ijo mendengar rintihan doa dari seorang wanita renta nan dari tadi tetap tenang di antara paniknya penduduk desa. Buto Ijo pun mendekati mbok Sarni, si wanita tua itu. Dalam doanya, mbok Sarni memohon kepada Tuhan agar dianugerahi seorang anak.

Raksasa Buto Ijo kasihan mendengar suara doa mbok Sarni. Dia seperti berpikir dan mendapatkan sebuah ide. Ternyata, raksasa Buto Ijo mengantongi seorang anak kecil nan masih bayi buat dibawanya pulang ke hutan. Merasa bahwa anak bayi itu masih terlalu kecil buat dimakan, dia pun menghampiri mbok Sarni dan menawarkan buat memberinya seorang anak bayi.

Sekian tahun mbok Sarni mengharapkan kehadiran seorang anak, dan kali ini tiba-tiba raksasa Buto Ijo nan sangat ditakuti penduduk desa itu hendak memberinya seorang bayi buat dirawat. Tanpa berpikir panjang, mbok Sarni menerima anak bayi pemberian Buto Ijo itu. Bayi nan sangat cantik, kulitnya halus seperti buah mentimun, berwarna kuning keemasan. Buto Ijo langsung memberinya nama Timun Mas dan menyerahkan bayi itu kepada mbok Sarni.

Raksasa Buto Ijo mengajukan satu persyaratan. 5 tahun lagi, Buto Ijo akan mendatangi mbok Sarni buat mengambil Timun Mas. Apalagi tujuannya kalau bukan buat dapat memakan si Timun Mas nan sudah besar nanti. Mbok Sarni segera menerima persyaratan nan diajukan raksasa Buto Ijo. Baginya, nan paling krusial saat itu ialah keselamatan si bayi yang cantik Timun Mas. Soal 5 tahun kemudian, mbok Sarni akan memikirkannya nanti. Kesepakatan pun diambil.

Raksasa Buto Ijo kembali ke hutan tanpa membawa bayi Timun Mas. Hari-hari mbok Sarni dipenuhi dengan kebahagiaan. Bersama seorang bayi mungil yang cantik, dia menjalani hidupnya sebagai seorang petani. Menanam padi, jagung dan sayuran selalu dia lakukan bersama Timun Mas. Mbok Sarni juga merawat Timun Mas dengan penuh afeksi seorang ibu.

Timun Mas tumbuh sebagai anak nan dilimpahi kasih sayang. Badannya gemuk, gerakannya lincah. Dia bahagia berlarian di kebun dan sawah menunggui mbok Sarni bekerja. Tiga tahun kemudian, tiba-tiba raksasa Buto Ijo datang ke desa. Semua penduduk desa berhamburan ketakutan akan dijadikan mangsa oleh Buto Ijo. Namun tak demikian bagi mbok Sarni. Dia berdiam diri di dalam rumah dan menenangkan anaknya, si Timun Mas.

Seperti dugaan mbok Sarni, raksasa Buto Ijo mengunjungi rumahnya dan menanyakan keberadaan Timun Mas. Mbok Sarni menunjukkan ke Buto Ijo bahwa Timun Mas masih terlalu kecil. Mbok Sarni mengingatkan bahwa janji Buto Ijo waktu itu akan menagih keberadaan Timun Mas ketika sudah berusia 5 tahun. Buto Ijo pun manggut-manggut mencoba mengerti klarifikasi dari mbok Sarni. Dia kembali mencari mangsa nan lain dan segera kembali ke hutan sambil mengingatkan kepada mbok Sarni buat merawat Timun Mas agar tetap sehat dan gemuk pada usia 5 tahun nanti.

Mbok Sarni semakin gelisah sebab waktu nan terus berjalan mendekati hari nan telah disepakatinya bersama raksasa Buto Ijo. Dia terus mencari akal, memohon petunjuk dari Tuhan agar diberi jalan agar Timun Mas dapat selamat. Doa mbok Sarni tak ada berhentinya memohon sambil menangis, meratap, dan memohon ampun kepada Tuhan agar dapat diberi jalan nan terbaik buat keselamatan Timun Mas nanti.

Hingga suatu malam, mbok Sarni bermimpi dan ditemui oleh seorang kakek pertapa nan meminta Timun Mas agar melarikan diri ke gunung loka tinggalnya. Kakek itu berjanji akan memberikan bekal kepada Timun Mas buat digunakan menghadapi raksasa Buto Ijo.

Memasuki tahun ke lima, mbok Sarni semakin banyak memberikan nasehat dan bekal keilmuan kepada Timun Mas. Menjadi seorang anak nan pemberani ialah permintaan primer mbok Sarni kepada Timun Mas. Dia harus siap menghadapi raksasa Buto Ijo nan akan menagih buat memakan Timun Mas. Siap nan dimaksud bukan buat berperang melawan Buto Ijo. Namun ketika datang saatnya nanti, Timun Mas harus berlari menuju ke hutan dan berjumpa dengan kakek tua nan pernah hadir di alam mimpi mbok Sarni.

Waktu nan tak dinanti tiba juga. Suara langkah raksasa Buto Ijo mulai terdengar dari tengah hutan. Mbok Sarni nan sedang berada di sawah segera membawa Timun Mas masuk ke dalam rumah. Dia segera memberikan bekal berupa tas keranjang kecil berisi perbekalan buat Timun Mas menuju hutan dan segera menemui kakek.

Timun Mas seperti sudah memahami betul apa nan harus dia lakukan. Dengan bekal doa dan afeksi mbok Sarni, Timun Mas segera berlari menuju ke hutan dan mencari keberadaan kakek di puncak gunung. Gadis kecil itu terus berlari, menembus belantara hutan dan menapaki curamnya tanjakan. Tidak sia-sia usaha keras Timun Mas. Dia berjumpa kakek pertapa.

Kakek itu seperti menunggu kedatangan Timun Mas. Setelah menyelesaikan pertapaannya, dia segera memamanggil Timun Mas, memberi petuah-petuah dan perbekalan dalam menghadapi raksasa Buto Ijo. Timus Mas nan pemberani, masih tak habis pikir dengan perbekalan pemberian kakek sebab hanya berupa bungkusan biji mentimun, jarum, garam dan terasi.

Kakek tak memberikan klarifikasi panjang lebar sebab Timun Mas harus cepat-cepat lari dari kejaran raksasa Buto Ijo nan sedang mengamuk di desa mencari Timun Mas. Setelah berpamitan dan minta doa restu dari kakek, Timun Mas segera kembali ke desa buat menemui mbok Sarni.

Keputusan Timun Mas memang berbahaya. Di desa, raksasa Buto Ijo sedang marah besar dan mengamuk. Rasa cinta Timun Mas kepada ibunya telah mengalahkan segala ketakutan dan kekhawatiran terhadap kemarahan raksasa Buto Ijo. Setelah keluar dari hutan, Timun Mas terkejut melihat keadaan desa menerima amukan Buto Ijo. Timus Mas terus berlari menuju rumahnya buat melihat keadaan mbok Sarni. Belum sampai di rumah, raksasa Buto Ijo langsung menyadari bahwa nan dicari telah tiba di desa.

Ya, raksasa Buto Ijo telah mencium bau anak kecil nan lezat buat dimakan. Timun Mas telah datang. Raksasa Buto Ijo segera mengejar Timun Mas buat menangkapnya. Timun Mas kembali berlari menuju hutan. Namun langkahnya sangatlah kecil. Raksasa Buto Ijo semakin mendekatinya dengan mudah. Timun Mas ketakutan, dan segera membuka dan melempar bungkusan pertama pemberian kakek nan berisi biji mentimun.

Seketika, ladang di desa loka Buto Ijo berlari mengejar Timun Mas itu berubah menjadi ladang mentimun. Batang-batang pohon mentimun menjalar dengan cepat dan menjerat kaki raksasa Buto Ijo. Dengan sekuat tenaga, raksasa Buto Ijo sukses keluar dari jeratan ribuan pohon mentimun dan mengejar Timun Mas lagi.

Sambil berlari, bungkusan kedua nan berisi jarum pun dibuka dan dilempar oleh Timun Mas ke arah raksasa Buto Ijo. Jarum itu segera berubah menjadi hutan bambu nan menghalangi gerakan raksasa Buto Ijo. Pecahan-pecahan batang pohon bambu nan tajam telah banyak menggores tangan, kaki, tubuh dan paras raksasa Buto Ijo. Dia tampak kesakitan. Namun, raksasa Buto Ijo terus berusaha sekuat tenaga buat keluar dari hutan bambu. Dan dia pun berhasil.

Timun Mas menjadi risi atas kekuatan nan dimiliki raksasa Buto Ijo. Dia berlari kembali ke arah hutan dan menaiki sebuah bukit. Sesampainya di atas bukit, Timun Mas membuka bungkusan ketiga nan berisi garam dan melemparnya ke arah raksasa Buto Ijo nan telah berlari mengejarnya kembali.

Seketika itu juga, garam nan dilempar Timun Mas berubah menjadi lautan nan dalam dan luas. Buto Ijo nan penuh dengan luka dampak tersayat-sayat pecahan batang bambu merasakan kesakitan nan maha dashyat terkena air garam. Dia hampir tenggelam di lautan itu. Namun dia sukses bangkit kembali dan terus mengejar Timun Mas ke arah bukit.

Bungkusan pemberian kakek tinggal satu. Timun Mas terus berdoa di dalam kekhawatirannya, sebab raksasa Buto Ijo telah mampu melewati 3 rintangan berat nan terjadi sebab 3 bungkusan pemberian kakek. Timun Mas berdoa dengan penuh ratapan kepada Tuhan agar bungkusan ke-empat ini akan mampu menghentikan kejahatan Buto Ijo. Timun Mas segera membuka bungkusan berisi terasi itu dan melemparnya ke arah laut, dan Buto Ijo masih berada di dalamnya.

Tiba-tiba, bahari itu berubah menjadi lumpur nan sangat pekat. Langkah Buto Ijo terus tertahan dengan tubuh nan masih kesakitan. Buto Ijo juga tak dapat berenang lagi sebab bahari itu kini telah berubah menjadi lautan lumpur. Raksasa Buto Ijo akhirnya wafat tenggelam di dalam lautan lumpur.

Setelah lautan lumpur mengering, Timun Mas berlari menuju ke desa buat melihat keadaan mbok Sarni. Dia terus berlari dan berlari sambil berdoa kepada Tuhan agar ibunya dan penduduk desa diberi keselamatan. Timun Mas terus memanggil-manggil ibunya. Tidak lama kemudian, terdengar sayup-sayup suara mbok Sarni memanggil nama Timun Mas juga. Mereka pun berjumpa dan berpelukan senang sebab selamat dari amukan raksasa Buto Ijo nan ingin memangsanya.