Animasi Lucu Shaun The Sheep Mendunia

Animasi Lucu Shaun The Sheep Mendunia

Wajah lugu, tingkah laku lucu, tapi sayangnya bisu. Itu kesan awal siapa pun nan menonton animasi lucu , Shaun the Sheep. Animasi nan kini jadi idola baru pencinta kartun atau animasi di Indonesia. Semua strata usia menyukainya. Shaun the Sheep diminati oleh anak-anak, remaja, hingga orang dewasa.



Populernya Animasi Lucu Shaun The Sheep

Nyaris tiap hari, Shaun the Sheep hadir menyapa para penontonnya. Berdurasi sekitar 30 menit, animasi lucu ini mampu menghadirkan keceriaan dan kekeh bagi nan menyaksikannya. Uniknya, Shaun the Sheep ialah animasi lucu nan tak menampilkan satu patah pun percakapan dari tokoh-tokoh animasi itu.

Seperti film bisu era kejayaan Charlie Chaplin, animasi lucu ini hanya menyajikan mobilitas non verbal (bahasa tubuh) tokoh-tokohnya, yaitu sekawanan domba di suatu peternakan. Setiap episode Shaun the Sheep menceritakan suka-duka kehidupan mereka (kawanan domba) nan lucu, konyol, tapi sarat makna. Banyak petuah kehidupan nan dapat didapatkan, meskipun disampaikan dengan cara nan sangat ringan, yakni lewat banyolan.

Ketenaran Shaun the Sheep sebagai tayangan animasi lucu, bahkan mengalahkan ketenaran serial sinetron unggulan dan infotainment top di beberapa TV swasta. Sinetron dan infotainment merupakan tayangan televisi nan paling digemari oleh penonton Indonesia, khususnya ibu-ibu rumah tangga dan remaja putri, secara rating mulai tergeser oleh kehadiran Shaun the Sheep.

Belum pernah terjadi di Indonesia ada tayangan berjenis animasi lucu, dapat mengalahkan tayangan seperti sinetron dan infotainment nan punya banyak peminat. Ini menunjukkan Shaun the Sheep merupakan kenyataan tersendiri dan ditonton oleh semua jenis usia atau kalangan. Bukan hanya anak-anak nan menyukainya.

Popularitas luar biasa nan disandang Shaun the Sheep, membuat animasi lucu ini jadi objek bisnis menggiurkan. Banyak jenis merchandise atau barang sehari-hari nan menggunakan toko

Mulai dari kaos bergambar Shaun the Sheep, kaos kaki, topi, tas, bantal guling, selimut, mug atau gelas kaca, piring plastik, gantungan kunci, hingga boneka-boneka Shaun the Sheep dalam berbagai rupa dan bentuk. Kehadiran Shaun the Sheep memang jadi kenyataan popularitas dari karakter animasi lucu di Indonesia.

Beberapa kalangan coba mencari tahu faktor penyebab begitu populernya animasi lucu tersebut. Apa kiranya nan menarik hati para penonton Indonesia hingga begitu menyukai tingkah polah kehidupan kawanan domba tanpa obrolan percakapan itu. Hanya mondar-mandir sembari melakukan berbagai mobilitas tubuh, tapi dapat memancing kekeh bagi nan menontonnya.

Kalangan itu pun menemukan bahwa faktor primer nan membuat animasi lucu tersebut sangat disukai, sebab faktor keunikannya. Apa itu keunikannya? Keunikan Shaun the Sheep terletak pada ketiadaan dialog. Ini jelas jadi suatu nan sangat berbeda. Ketika animasi lucu lainnya rata-rata berisikan obrolan para karakternya, Shaun the Sheep berbeda. Ia keluar dari pakem Norma tayangan animasi lucu.

Tiadanya obrolan membuat animasi lucu Shaun the Sheep jadi sangat simple dicerna oleh siapa pun. Ditunjang dengan cerita nan juga simple, membuat penontonnya tak perlu sampai mengerutkan kening agar memahami cerita nan dimaksud. Cukup duduk, santai, melihat tingkah polah sekawanan domba nan konyol bin lucu, dan tertawa tanpa harus berpikir apa nan ditertawakan.

Yah, hanya sesederhana itu, sebab animasi lucu ini menawarkan banyolan slapstick . Hanya memancing seseorang buat tertawa secara impulsif tanpa repot memikirkan mengapa ia sampai tertawa. Kesederhanaan dan spontanitas inilah nan membuat Shaun the Sheep sangat diminati.

Bagi para pekerja nan seharian bekerja di luar rumah, menonton animasi lucu Shaun the Sheep saat pulang, jadi pilihan utama. Ketika badan dan pikirian lelah sehabis bekerja, menyaksikan animasi lucu nan begitu simple seperti Shaun the Sheep, tentunya jadi tontonan menarik dan menghibur.

Daripada menyaksikan tayangan televisi seperti sinetron nan kisahnya penuh intrik, infotainment nan temanya itu-itu saja, atau malah tayangan warta dengan peristiwa serius, lebih baik menyaksikan Shaun the Sheep nan punya imbas menyegarkan (refresh) badan dan penatnya pikiran. Animasi lucu nan menyegarkan.

Begitu pula bagi anak-anak. Sebagai komunitas paling banyak menonton serial animasi lucu, keberadaan Shaun the Sheep membuat anak usia belum sekolah pun dapat asyik menikmatinya. Ini sebab ketiadaan obrolan mempermudah mereka mencerna apa nan sedang terjadi. Anak-anak usia prasekolah itu cukup hanya menafsirkan tingkah laku kawanan domba nan lucu-lucu tersebut, lalu tertawa terbahak-bahak melihat kekonyolan mereka.



Animasi Lucu Shaun The Sheep Tidak Baik Untuk Anak?

Sejak booming nya animasi lucu Shaun the Sheep di Indonesia pada tahun 2011, serial nan termasuk jenis animasi lucu bagi anak-anak ini mendapat banyak respon positif. Tetapi, ada sekelompok kecil masyarakat nan melihat sisi negatif dari tayangan populer tersebut.

Serial animasi lucu Shaun the Sheep punya akibat jelek bagi anak-anak, khususnya kelompok anak usia belum sekolah (prasekolah). Mereka nan masuk dalam kelompok ini, bila menonton terlalu sering Shaun the Sheep dapat menghambat kemajuan dalam fungsi bahasa mereka. Ini sebab tayangan Shaun the Sheep nan tanpa dialog, sama sekali tak merangsang kemampuan bahasa mereka.

Padahal, dilihat dari sisi usia perkembangan, umur tiga hingga lima tahun ialah masa golden age bagi perkembangan bahasa mereka. Anak pada rentang waktu tersebut harus mendapat banyak rangsangan berupa bahasa dari lingkungan. Rangsangan itu biasanya dari percakapan orang-orang di sekitarnya atau tontonan animasi lucu nan sarat dengan percakapan tokoh-tokohnya.

Nah, ini tak akan mereka temukan ketika menonton Shaun the Sheep. Sebagai serial animasi lucu nan tak menggunakan dialog, maka anak-anak hanya terstimulus dari sisi visual. Sedangkan dari sisi auditorinya nan berkaitan dengan percakapan (kemampuan bahasa), sama sekali tak terstimulasi.

Animasi lucu Shaun the Sheep pun termasuk tayangan nan membutuhkan bimbingan orangtua. Karena tiadanya obrolan atau percakapan, membuat tayangan ini 'membebaskan' khayalan anak-anak ketika menontonnya. Dan lazimnya, khayalan anak-anak cenderung tak seperti apa nan hendak disampaikan (pesan moral) oleh pembuat serial animasi lucu Shaun the Sheep.



Animasi Lucu Shaun The Sheep Mendunia

Terlepas dari aspek negatif keberadaan animasi lucu Shaun the Sheep, serial nan telah mencapai 80 episode ini telah menyihir penikmat kartun di Indonesia. LaIu, bagaimana Shaun the Sheep di negeri lahirnya, yakni di Inggris?

Sejak pertama kali tayang di televisi Inggris pada Maret 2007, animasi lucu Shaun the Sheep telah merebut hati orang-orang Inggris. Kisah mengenai domba cerdas, kreatif dan dapat berperilaku layaknya manusia ini jadi idola. Meskipun masyarakat Inggris sudah tak aneh dengan tontonan hiburan tanpa percakapan, seperti animasi bisu Pingu atau lawak situasi Mr. Bean, tetap saja kehadiran Shaun the Sheep disambut antusias.

Kisah animasi lucu mengenai sekelompok domba di suatu peternakan nan dipimpin oleh domba bernama Shaun ini, kemudian menyebar ke seluruh dunia. Bahkan kini, serial populer nan sudah masuk proses produksi musim ketiga tersebut, juga merambah global game.

Judul dari game animasi lucu itu ialah Home Sheep Home dan Home Sheep Home 2 nan merupakan jenis game asah logika dan petualangan para domba atau karakter lain di Shaun the Sheep.