Soeharto dan Kepresidenan

Soeharto dan Kepresidenan

Tak seorang pun warga Indonesia nan tidak mengenal nama Soeharto . Ia ialah presiden terlama di Indonesia sebab memimpin bumi pertiwi selama enam periode. Ia menjadi presiden menggantikan Presiden Soekarno. Di global barat, Soeharto terkenal dengan sebutan "The Smiling General" nan artinya Jenderal nan suka tersenyum, persis seperti foto-fotonya.

Meski Soeharto memiliki nama baik di awal masa kepemimpinannya lalu berubah menjadi buruk, tetap saja layak dikaji tentang kehidupannya. Artikel ini akan mencoba mengulas tentang Soeharto secara singkat.



Soeharto dan Keluarganya

Soeharto pada dasarnya ialah anak desa. Ia lahir di salah satu dusun di Bantul, Yogyakarta pada tanggal 8 Juni 1921. Ia lahir dari pasangan Kertoesudiro dan Sukirah. Soeharto kecil tak diasuh oleh ayah dan ibunya secara lengkap, sebab kedua orangtuanya cerai tidak ama setelah ia lahir. Tak lama kemudian, ibu Soeharto menikah lagi dan memiliki tujuh orang anak. Sehingga, Soeharto memiliki saudara tiri. Salah satunya ialah Probsutejo.

Soeharto kecil diasuh oleh neneknya. Soeharto memanggilnya dengan mbak Kromo. Mbah Kromolah nan menjadi dukun beranak nan membantu proses persalinan Soeharto. Soeharto kecil dididik oleh Mbah Kromo buat mencintai pertanian. Dari sejak kecil, Soeharto bermain di sawah. Ia selalu ikut Mbahnya membajak sawah dan mengurus kerbau nan ada di sawah. Tak heran bila di masa awal-awal kepemimpinannya pertanian Indonesia diacungi jempol.

Saat usia Soeharto harus mendapatkan pendidikan, ia diasuh oleh ayahnya, Koetosudiro. Namun ia berpindah-pindah sekolah dasar mengikuti berpindah-pindahnya daerah loka pekerjaan ayahnya. Melihat ketidakjelasan sekolah Soeharto, akhirnya ia diajak tinggal bersama bibinya nan tinggal di Wonogiri, Jawa Tengah. Di rumah bibinya, ia dianggap seperti anak kandung. Ia tinggal bersama tiga orang anak bibinya. Kebetulan suami bibinya seorang mantri tani, jadi hidupnya cukup teratur.

Saat tinggal bersama bibinya, Soeharto dapat menekuni pelajaran dengan baik dan pintar menghitung. Ditambah, di saat bersama bibinya ia merasakan pendidikan agama nan cukup ketat. Karena bibi dan pamannya ialah orang nan taat beragama.

Jiwa kepimimpinan Soeharto sudah tampak saat ia masih kecil. Saat tinggal dengan Mbak Kromo, ia sudah ikut sedikit-sedikit buat mengurus kerbau. Dan saat tinggal bersama bibinya, ia selalu diajak pamannya kepanduan Hizbul Wathan. Di sinilah awal ia mengenal para pahlawan Indonesia, seperti Pangeran Diponegoro, Raden Ajeng Kartini dan para pahlawan lainnya.

Cerita tentang pahlawan diketahuinya dari koran desa nan tiba di kepanduang Hizbul Wathan.Soeharto remaja meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah Yogyakarta. Karena takmemiliki dana, ia akhirnya memilih sekolah ini. Inilah sekolah nan membolehkan siswanya sekolah dengan mengenakan kain sarung dan tanpa alas kaki.

Ia mengenyam pendidikan SMP tersebut hingga tamat. Hanya saja, ia takmampu melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya lantaran takmemiliki biaya. Setelah itu Soeharto remaja memilih bekerja tapi tidak mendapatkan pekerjaan. Akhirnya, ia memilih tinggal di rumah bibinya di Wuryantoro. Di daerah inilah ia mendapatkan pekerjaan sebagai klerek di Volk Bank.

Pada tahun 1942, Soeharto membaca informasi ihwal penerimaan sebagai tentara kerjaan Belanda nan bernama KNIL (Koninkklijk Nederlands Indisce Leger). Ia mendaftarkan diri dan lulus seleksi. Di sinilah karir militernya dibentuk. Lalu Soeharto resmi menjadi militer pada tanggal 5 Oktober 1945.

Dua tahun setelah Indonesia merdeka, Soeharto menyunting putri KRMT Soemoharyomo nan bernama Raden Ayu Siti Hartina. Mertua Soeharto ialah wedana di Solo. Pernikahannya diadakan pada tanggal 26 Desember 1974. Usia Soeharto saat itu 26 tahun dan Siti Hartina atau nan biasa disebut dengan Tien berusia 24 tahun. Pernikahan Soeharto dengan Tien dikaruniai enam orang putra-putri.



Soeharto dan Militer

Setelah ia diterima menjadi anggota militer Belanda dan sempat mendapat pangkat sersan. Meski ia hanya bisa bertugas tujuh hari sebab Jepang bisa mengalahkan Belanda. Setelah itu, Soeharto memilih tinggal di Dusun Kemusuk. Di sinilah awal karirnya menjadi anggota TNI, tepatnya pada tanggal 5 Oktober 1945. Pangkat pertama nan didapat Soeharto ialah kopral.

Pangkat ini dicapai berkat kelulusannya dalam menjalani latihan dasar dan terpilih sebagai perajurit dan lulusan terbaik di Sekolah Bintara. Keberhasilan Soeharto dalam militer, tercatat dalam catatan sejarah. Pada tanggal 1 Maret 1949, ia memimpin Brigade X pimpinan Letkol Soeharto dalam melakukan serarangan generik buat menduduki Yogyakarta, sebagai verifikasi bahwa Republik Indonesia masih ada.

Anjuran agresi generik tersebut dilakukan atas dasar saran Sri Sultan Hemengkubuwono IX. Ia meminta kepada Soedirman selaku Penglima Besar buat melakukan agresi umum. Karier gemilang Soeharto di militer tidak sampai di situ saja, Ia juga pernah diangkat menjadi Komandan Resimen Infenteri 15. Saat itu, berpangkat letkol (Letnan Kolonel). Pernah juga menjabat sebagai Kepala Staf Panglima Tentara dan Teritorium IV Dipenonegoro, Semarang.

Pada 1 Januari 1957, pangkatnya dinaikkan menjadi Kolonel dengan jabatan sebagai Panglima Tentara dan Teritorium IV. Pada 1 Januari 1960, pangkatnya dinaikkan menjadi Brigadir Jenderal. Pangkat ini diraihnya setelah lulus mengikuti kursus Sekolah Staf dan Komando AD (SSKAD). Setahun kemudian, Soeharto naik pangkat kembali. Yaitu, menjadi Deputi I Kepal Staf Angkatan Darat (KASAD).



Soeharto dan Kepresidenan

Kepresidenan Soeharto berawal dari kasus pembubaran PKI dan ormasnya. Ia diangkat menjadi presiden dan Panglima Besar revolusi diberi wewenang buat mengambil tindakan agar keamanan dan kondisi Indonesia kondusif. Peristiwa ini terjadi pada 11 Maret 1966. Inilah nan dikenal dengan nama supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret).

Keesokan harinya, ia pun langsung membubarkan PKI dan menjustifikasinya sebagai partai terlarang. Soeharto baru resmi menjadi presiden pada tanggal 27 Maret 1968 berdasarkan hasil Sidang Generik MPRS. Pada 1 Juni 1968 awal perjalanan Orde Baru. Hal ini ditandai dengan dibentuknya Kabinet Pembangunan dengan program "Rencana Pembangunan Lima Tahun" I. Program ini ditandai dengan dibentuknya Tim Pakar Ekonomi.

Adapun orang-orang nan termasuk Tim ialah Widjojo Nitisastro, Ali Wardhana, Moh. Sadli Soemitro Djojohadikusimo, Subroto, Emil Salim, Fran Seda dan Radius Prawiro. Soeharto kembali dipilih sebagai presiden kembali melalui sidang MPR pada tanggal 23 Maret 1973. Ia terpilih setelah menggalang kekuatan partai politik. Ia didampingi oleh wakil presiden Sri Sultan Hamengkubowono IX.

Di masa kepemimpinannya nan kedua mulai menunjukkan tabiat takdekat dengan masyarakat lagi. Hal ini terlihat dari dilarangnya enam surat kabar buat terbit. Yaitu, Sinar Harapan, Kompas, Merdeka, Pelita, Sinar Pagi, Pos Sore dan The Indonesian Times. Meski sudah menunjukkan konduite takdekat dengan masyarakat, Soeharto tetap terpilih buat jadi presiden dalam periode ketiga dan keempat melalui Sidang Generik MPR.

Pada periode ketiga, ia menjadi presiden dengan Wakil Presidennya Adam Malik. Tepatnya dilantik pada tanggal 28 Maret 1978. Sedangkan periode keempat, ia dilantik menjadi presiden pada tanggal 1 Maret 1983 dengan Wakil Presiden Umar Wirahadikusuma. Pada awal tahun 1984, Soeharto menyatakan diri bergabung dalam keanggotan Golkar.

Masuknya ke dalam Golkar buat memperkuat diri. Terlebih lagi ia memiliki tujuan kepemimpinan jangka panjang dengan membersihkan seluruh parlemen dari orang-orang komunis, perkumpulan buruh dan memperkuat sensor. Sehingga keputusan politik semuanya berada di tangannya. Makanya takheran bila nan menunjuk orang-orang nan berada di parlemen tidak lepas dari hegemoni Soeharto.

Pada tanggal 10 Maret 1988, Soeharto bersama Sudharmono memimpin Indonesia. Bagi Soeharto, kelima kalinya ia terpilih sebagai Presiden melalui Sidang Generik MPR. Karena kesuksesannya dalam program Keluarga Berencana dan program kependudukan, ia mendapat penghargaan dari PBB pada tanggal 8 Juni 1989.

Salah satu komentarnya saat mendapatkan penghargaan adalah, "Meski produksi pangan mengalami kenaikan nan signifikan, namun penambahan jumlah penduduk tidak terkendali, maka hal itu tidak banyak berarti bagi sebuah negara." Kesuksesannya dalam masalah kependudukan, membuat negara-negara lain tertuju kepada Soeharto. Ia selalu dipuji-puji oleh dua Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon dan Ronal Reagan. Bahkan Perdana Menteri Australia dengan berani menyebut Soeharto sebagai "ayah", sebab keberhasilan Soeharto mampu mengembangkan ASEAN sehingga dipandang oleh dunia.

Pada tanggal 10 Maret1993, Soeharto kembali terpilih sebagai Presiden nan keenam kali melalui Sidang Generik MPR dengan wakil Presiden Tri Sutrisno. Diperkirakan, periode inilah terakhir kali ia memimpin Indonesia. Namun nyatanya, ia tetap mencalonkan diri sebagai presiden.

Meski terpilih kembali menjadi presiden berdasarkan keputusan parlemen, namun tidak berjalan lama. Hanya dua bulan Soeharto menjadi presiden periode ketujuh, tepatnya pada tanggal 21 Mei 1998 ia mengundurkan diri demi menghindari terjadinya perpecahan dan menjaga stabilitas negara. Maka kepimpinan dilanjutkan oleh Wakil Presiden BJ. Habibie.