2. Penerjemahan Literal (Literal Translation)

2. Penerjemahan Literal (Literal Translation)

Sebelum mulai melakukan translate Bahasa Inggris , perlu diingat bahwa translation is decision making . Menerjemahkan ialah proses pengambilan keputusan. Proses ini terjadi baik saat melakukan translate Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia dan sebaliknya. Hal ini tentu juga berlaku dalam proses penerjemahan semua bahasa.

Proses pengambilan keputusan dalam melakukan translate Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia (begitu pun sebaliknya) bisa terjadi dalam beberapa level atau aspek penerjemahan. Misalnya, pemilihan kata (biasanya sinkron selera penerjemah-satu penerjemah dengan penerjemah nan lain tentu memiliki selera berbeda dalam memilih dan menggunakan kata-kata); gaya bahasa (resmi atau tak resmi), sasaran pembaca (kalangan intelektual atau masyarakat generik tentu berbeda cara menyampaikannya); metode terjemahan nan dipilih (apakah menerjemahkan secara bebas atau literal), dan lain sebagainya.

Untuk poin terakhir (tentang metode penerjemahan), sudah jadi perdebatan sejak dulu tentang metode penerjemahan nan mana nan lebih baik. Metode penerjemahan bebas lebih mementingkan pesan tersampaikan daripada terikat pada kata-kata. Sementara, mereka nan memiliki kesamaan terhadap penerjemahan literal percaya bahwa bahasa bahasa ialah produk budaya dan sebab itu hendaknya diterjemahkan seliteral mungkin.

Ada beberapa metode penerjemahan nan digagas oleh Peter Newmark dalam bukunya nan berjudul A Textbook of Translation (1988). Metode ini berlaku bagi penerjemahan semua bahasa. Oleh sebab itu, metode ini tentunya bisa diaplikasikan dalam melakukan translate Bahasa Inggris. Metode penerjemahan terbagi dalam dua kategori dasar: Source Language Emphasis (lebih memperhatikan bahasa asli) dan Sasaran Language Emphasis (menekankan pada bahasa target).



Translate Bahasa Inggris - Source Language Emphasis

Ada empat macam metode translate Bahasa Inggris dalam kategori ini, yaitu:



1. Penerjemahan Kata Per Kata ( Word-for-word translation )

Translate Bahasa Inggris kata per kata ialah metode menerjemahkan di mana urutan kata tetap dipertahankan sebagaimana dalam bahasa orisinil atau tiap kata diterjemahkan secara berdikari (satu-persatu) sinkron arti dasarnya, tanpa terikat konteks. Metode ini biasa digunakan buat memahami mekanika bahasa asli/sumber atau buat menafsirkan teks nan sulit. Langkah ini merupakan langkah awal dalam proses penerjemahan teks sulit tersebut.



2. Penerjemahan Literal ( Literal Translation )

Translate Bahasa Inggris dengan menggunakan metode literal ialah proses penerjemahan di mana bentuk tata bahasa sudah diperhatikan, tapi kata-kata leksikal masih diterjemahkan secara mandiri, dan masih tak memperhatikan konteks.



3. Penerjemahan Setia ( Faithful Translation )

Jika translate Bahasa Inggris menggunakan metode ini, maka sudah bisa dipastikan hasil terjemahannya setia pada bentuk dan konten bahasa sumber, dan sudah memperhatikan bentuk tata bahasa. Perjemahan sudah bersifat kontekstual, ada proses alih bahasa kultural, abnormalitas leksikal tetap ada, dan pemilihan katanya (diksi) masih bersifat dogmatik. Penerjemahan dengan cara ini berusaha sedapat mungkin buat setia pada tujuan dari penulis bahasa sumber.



4. Penerjemahan Semantik ( Semantic Translation )

Translate Bahasa Inggris nan menggunakan metode ini masih mengalihbahasakan bahasa kultural, tapi buat kata-kata nan tak terlalu penting, tak terlalu diperhatikan. Perbedaaan penerjemahan semantik dengan penerjemahan setia ialah bahwa penerjemahan semantik sudah lebih memperhatikan nilai keindahan dalam hal estetika dan kealamian teks sumber. Jika pemilihan kata pada Faithful Translation sifatnya masih dogmatis, maka pada metode penerjemahan semantik pilihan katanya sudah lebih fleksibel.



Translate Bahasa Inggris - Sasaran Language Emphasis

Metode penerjemahan nan lebih memperhatikan bahasa sasaran (Target Language Emphasi s) juga terbagi dalam empat jenis:



1. Adaptasi ( Adaptation )

Penerjemahan adaptasi ialah metode penerjemahan nan paling bebas. Metode penerjemahan ini paling sering digunakan dalam menerjemahkan drama dan puisi, di mana tema, karakter, plotnya tetap dipertahankan. Bahasa sumber dialihbahasakan ke dalam bahasa target, lalu teks diadaptasi dengan cara ditulis ulang.



2. Perjemahanan Bebas ( Free Translation )

Translate Bahasa Inggris dengan metode bebas lebih mementingkan hal (matter) daripada cara (manner) atau dengan kata lain lebih mementingkan isi daripada bentuk sebagaimana bahasa sumber. Tak sporadis parafrase dilakukan dalam proses penerjemahan cara ini.



3. Perjemahanan Idiomatik ( Idiomatic Translation )

Metode translate Bahasa Inggris idiomatik ialah menerjemahkan pesan (message) dari bahasa sumber, tapi memiliki kesamaan mengubah perbedaan makna arti. Hal ini terjadi sebab penerjemahan dengan metode ini cenderung menggunkan ungkapan sehari-hari (colloquialisms) dan idiom nan mana tak ada di bahasa sumber.



4. Penerjemahan Komunikatif ( Communicative Translation )

Translate Bahasa Inggris metode komunikatif berusaha menerjemahkan makna kontekstual dari bahasa sumber sedemikian rupa hingga baik isi maupun bahasanya bisa berterima dan bisa dipahami oleh pembaca dalam bahasa target. Penerjemahan komunikatif biasanya menggunakan kata-kata sehari-hari sehingga mudah dipahami.

Dari kedelapan metode penerjemahan nan digagas oleh Newmark (1988) tersebut di atas, Newmark berpendapat bahwa hanya penerjemahan metode semantik dan komunikatif nan memenuhi dua tujuan primer penerjemahan. Tujuan tersebut ialah pertama, keakuratan hasil terjemahan dan kedua ialah faktor ekonomi. Secara umum, penerjemahan semantik ditulis berdasarkan level linguistik penulis, sementara penerjemahan komunikatif berdasarkan pada pembaca (bahasa target).

Penerjemahan semantik sifatnya personal dan individual, mengikuti proses berpikir pengarangnya, terikat pada perbedaan makna arti, dan cenderung over-translate. Sedangkan penerjemahan komunikatif bersifat sosial, di mana proses penerjemahannya berkonsentrasi pada pesan teks, cenderung under-translate agar menjadi sederhana, jelas dan singkat, dan diterjemahkan dengan gaya nan natural. Selain itu, penerjemahan semantik harus melakukan proses interpretasi, sedangkan penerjemahan komunikatif ialah menjelaskan.



Translate Bahasa inggris - Peran Penerjemah

Berkomunikasi bagi manusia sebagai makhluk sosial ialah suatu hal nan menjadi kebutuhan. Komunikasi sangatlah krusial dalam membangun hubungan. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, dibutuhkan saling memahami, setidaknya mengerti bahasa dan makna nan hendak disampaikan. Komunikasi nan baik memungkinkan terjadinya transfer ilmu pengetahuan, informasi, mendorong pertumbuhan ekonomi, mengenal budaya lain, memajukan pendidikan, mendukung kehidupan sosial, politik, dll.

Pernahkah terbayang jika seandainya tak ada bahasa internasional-Bahasa Inggris? Atau coba bayangkan bagaimana seandainya tak ada penerjemah Bahasa Inggris? Mengingat pentingnya peran komunikasi sebagaimana tersebut di atas, Bahasa Inggris tentu berperan sangat penting. Mengingat tak semua orang dapat Bahasa Inggris, di sinilah para penerjemah nan bertugas melakukan translate Bahasa Inggris sangatlah dibutuhkan.

Menurut Roger Chriss dalam The Translation Profession , " Translators are language professionals ". Penerjemah ialah pakar bahasa, penulis andal, diplomat, dan kalangan berpendidikan (educated amateur) sekaligus. Sebagai seorang pakar bahasa (linguist), penerjemah harus mampu memahami kehalusan dan perbedaan makna bahasa mereka, meneliti terminologi dan bahasa sehari-hari, dan menangani perkembangan baru dalam bahasa mereka.

Seperti halnya penulis, penerjemah nan melakukan translate Bahasa Inggris harus terbiasa bekerja sendirian dengan jam kerja nan panjang dalam menerjemahkan bahasa nan hanya dimengerti oleh beberapa orang di lingkungannya. Sebagaimana diplomat, penerjemah harus juga sensitfterhadap disparitas sosial dan kultural nan ada di bahasa sasaran dan bisa menerapkannya saat melakukan proses translate Bahasa Inggris. Sebagai educated amateurs , penerjemah harus mengetahui dasar-dasar dan beberapa detail dari subjek nan mereka terjemahkan.

Menurut Newmark (1988), penerjemah bekerja empat level. Pertama , penerjemahan ialah science. Dalam proses translate berbagai bahasa pada umumnya dan proses translate Bahasa Inggris khususnya, dibutuhkan ilmu pengetahuan dan pembuktian dari fakta dan bahasa dari sumber nan diterjemahkan. Seorang penerjemah nan mengerti atau memiliki pengetahuan tentang subjek nan diterjemahkan, tentu akan lebih mudah dalam melakukan proses penerjemahan. Kedua , translate bahasa inggris ialah keterampilan. Dalam menerjemahkan bahasa asli/sumber ke bahasa sasaran dibutuhkan keterampilan menulis, memilih kata, dan menyampaikan pesan nan paling tepat dan berterima dalam bahasa target.

Ketiga , penerjemahan ialah seni nan sifatnya kreatif dan menginspirasi. Dibutuhkan kemampuan menulis dengan baik dan kreatif dalam menerjemahkan ke dalam bahasa target. Keempat , translate Bahasa Inggris ialah masalah selera. Argumen dan preferensi seorang penerjemah diekspresikan dalam terjemahannya. Karenanya, jangan heran jika Anda mengalami pengalaman nan berbeda saat Anda membaca cerita nan sama tapi diterjemahkan oleh dua penerjemah nan berbeda.