Anyaman Tasikmalaya Dari Mendong

Anyaman Tasikmalaya Dari Mendong

Tasikmalaya telah lama dikenal sebagai daerah penghasil barang-barang kerajinan tradisional. Salah satu produk khas nan menjadi andalan perajin Tasikmalaya ialah anyaman Tasikmalaya , baik nan berbahan dasar bambu, mendong, eceng gondok, hingga lidi. Dari bahan-bahan sederhana tersebut dapat dibuat barang-barang cantik, seperti sandal, tas wanita, keranjang, pajangan, dan lain-lain. Tentu saja setelah mengalami polesan kreatif tangan-tangan trampil pengrajin nan tersebar hingga ke pelosok kampung itu, dibanding bahan dasarnya nan tak seberapa menjadi mahal harganya.

Tidak diketahui secara persis sejak kapan masyarakat Tasikmalaya memiliki kemampuan anyaman-menganyam hingga terkenal sebagai anyaman Tasikmalaya. Kemampuan menganyam itu sendiri diperoleh secara turun-temurun dari nenek moyang mereka, kemudian menyebar dan terus menyebar. Dapat jadi sejarah kapan anyaman ini dimulai menjadi tak begitu penting, sekalipun anyaman Tasikmalaya ini kini telah tersebar hingga ke Amerika dan eropa dalam bentuk berbagai macam perabot dan aksesoris rumah tangga.

Boleh jadi nenek moyangnya dulu menemukan dan menekuni kerajinan anyaman ini hanya buat memanfaatkan barang-barang nan tak terpakai, kemudian meningkat menjadi sumber penambah pendapatan. Tentu saja tak pernah direncanakan bahwa tradisi anyaman Tasikmalaya ini akan sedemikian terkenal sampai ke mancanegara. Dengan demikian sejak awal tak dipersiapkan mematenkan copyright dari tradisi anyaman Tasikmalaya. Kepandaian membuat anyaman Tasikmalaya menjadi miliki masyarakat Tasikmalaya itu sendiri tanpa seorang pun nan dapat mengklaim bahwa itu ialah hasil karyanya.



Kreativitas Anyaman Tasikmalaya

Kreativitas masyarakat Tasikmalaya dalam membuat anyaman nan kemudian dikenal sebagai anyaman Tasikmalaya, diperoleh secara turun-temurun. Artinya tak ada sekolah nan secara spesifik mendalami masalah anyaman dari berbagai macam bahan dasar ini. Kemampuan itu diperoleh secara turun-temurun, praktek sambil belajar sehingga akhirnya memperoleh kecakapan dalam hal anyaman-menganyam khas dari Tasikmalaya ini. Kemudian kreativitasnya itu sendiri tumbuh dan berkembang seiring dengan persinggungan baik dengan konsumen, sesama pengrajin di Tasikmalaya atau dengan sesama pengrajin anyaman dari daerah lain.

Masuknya pemodal baik dari daerah orisinil Tasikmalaya maupun pemodal dari luar daerah buat memasarkan dan mempromosikan anyaman Tasikmalaya ini, juga termasuk pihak nan mendorong buat tumbuh dan berkembangnya model anyaman Tasikmalaya ini. Menyesuaikan dengan tuntutan pasar memang memicu pengrajin buat selalu memunculkan model anyaman secara kreatif.



Anyaman Tasikmalaya Dari Bambu

Tak ada rotan, bambu pun jadi. Barangkali itu nan menjadi prinsip para penganyam Tasikmalaya, mengingat bahan standar rotan sulit didapat di kawasan Jawa Barat. Mereka menggunakan lembaran-lembaran bambu nan halus sebagai media berkreasi dan menyulapnya menjadi barang-barang kebutuhan sehari-hari atau aksesoris. Tentu saja setelah disulap menjadi berbagai macam perabotan, harganya pun berkali lipat bila dibanding dengan harga bahan dasarnya.

Bahan standar bambu nan kuat tetapi fleksibel sangat tepat jika dianyam. Selain itu, harganya pun murah, sehingga benda kerajinan bambu tak mahal seperti rotan.

Kegiatan menganyam bambu telah berkembang di beberapa daerah di Tasikmalaya, khususnya Rajapolah, sejak puluhan bahkan mungkin ratusan tahun lalu. Awalnya, masyarakat menganyam bambu buat membuat peralatan dapur dan rumah tangga. Kini, produk anyaman bambu semakin bervariasi dan lebih banyak ditujukan buat cinderamata. Alasan membuat barang cinderamata sebab pasarnya lebih luas sehingga kemungkinan buat laku sangat besar dengan harga nan lumayan bagus pula.

Produk anyaman bambu halus nan diminati pembeli ialah sandal, tas wanita, majemuk bentuk keranjang, kotak seserahan buat lamaran, topi, wadah kosmetik, kursi, rak, hiasan dinding bertuliskan kaligrafi, dan sebagainya. Kipas bambu juga banyak dicari buat dijadikan souvenir pesta pernikahan. Terdapat pula benda-benda anyaman nan menggabungkan bahan bambu dengan daun pandan.

Beberapa perajin anyaman di Rajapolah bahkan telah aktif di pasar ekspor. Mereka melayani pemesanan dari pembeli di negara-negara Timur Tengah, Korea, Jepang, Singapura, Malaysia, negara-negara Eropa, dan Amerika. Para pengusaha anyaman juga kerap menerima tamu-tamu asing dari luar negeri nan ingin meneliti produk nan mereka hasilkan. Persinggungan dengan orang asing dan pasar ekspor tersebut semakin memacu kreativitas warga Tasikmalaya terutama masyarakat Rajapolah buat semakin mengasah kemampuan dan menciptakan berbagai macam barang kerajinan anyaman Tasikmalaya.



Anyaman Tasikmalaya Dari Mendong

Menurut kisah nan beredar di masyarakat Kecamatan Purbaratu, Tasikmalaya, tanaman mendong pertama kali dibawa ke Tasikmalaya oleh saudagar-saudagar kuda setempat dari Pulau Sumbawa. Memang, daerah Purbaratu sempat menjadi pusat kendaraan andong nan ditarik oleh kuda, sehingga para saudagar kuda sering bepergian ke Pulau Sumbawa buat membeli kuda.

Para saudagar tersebut tertarik dengan topi-topi anyaman nan dipakai para peternak kuda di Sumbawa. Begitu mengetahui bahwa bahan standar topi-topi tersebut ialah mendong, mereka memutuskan membawa benih mendong buat ditanam di Tasikmalaya.

Nama mendong muncul begitu saja sebab benih-benih tersebut mereka bawa dalam gendongan selama perjalanan dari Sumbawa ke Tasikmalaya. Sesampainya di Purbaratu, bibit mendong ditanam. Setelah dipanen, tanaman mendong diserahkan kepada pakar tenun nan mengubahnya menjadi tikar. Bentuk tikar nan dibuat pada masa itu masih sederhana dan polos. Begitulah asal mula kerajinan anyaman mendong ditemukan.

Dalam perkembangannya, wujud tikar mendong mengalami banyak perbaikan, mulai dari penambahan motif hingga warna. Rumput-rumput mendong diwarnai dengan teknik celup sebelum dijalin menjadi anyaman. Rancangannya pun semakin bervariasi. Kini tikar-tikar mendong tersedia dalam bentuk nan dapat dilipat dan dijinjing sehingga lebih praktis bila dibawa bepergian. Motif anyamannyapun semakin bervariasi tak selalu menggunakan pola nan telah baku.

Perajin mendong Purbaratu pun berkolaborasi dengan penenun dari Majalaya, Kabu Bandung dan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya buat menghasilkan anyaman-anyaman bermotif songket. Maka hasilnya pun sungguh menarik. Anyaman dari Mendong menggunakan motif songket sehingga semakin bervariasilah motif anyaman itu.

Kreativitas perajin mendong terus bergerak menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar. Mereka membuat produk-produk anyaman lain seperti tas-tas cantik, sandal, keranjang, kotak serbaguna, dan sebagainya. Alhasil, semakin banyak peminat kerajinan nan melirik anyaman mendong, termasuk konsumen luar negeri. Aneka produk mendong kini telah diekspor ke negara-negara Eropa, Amerika, Inggris, Jepang, dan banyak lagi. Anyaman berbahan Mendong menjadi terkanal sebagai salah satu dari jenis anyaman Tasikmalaya. Berkah tersendiri bagi masyarakat gara-gara ada nan membawa benih rumput Mendong dari Sumbawa tersebut.

Untuk memperoleh aneka benda anyaman mendong, anda dapat langsung mengunjungi sentra-sentra pembuatannya di Tasikmalaya, atau di gerai-gerai penjual barang kerajinan anyaman Tasikmalaya. Hanya saja kalau berbicara masalah harga, tentu saja ada disparitas bila datang langsung ke pengrajinnya dibanding ke toko-toko souvenir atau gerai penjual anyaman Tasikmalaya tersebut. Beberapa pengrajin bahkan dapat membuat barang eksklusif sinkron dengan model nan kita inginkan dan variasi anyaman nan lebih rumit. Namun buat nan terakhir ini, harganya pun tak murah. Namanya juga pesan langsung sehingga boleh jadi modelnya tak terlalu banyak sehingga terkesan kuno dan orsinil.

Anyaman Tasikmalaya menjadi salah satu sumber pendapatan primer masyarakat terutama buat warga Rajapolah dan Purbaratu. Dengan demikian semakin hari semakin terpacu buat terus berkreasi, meningkatkan kualitas bahan dan model anyaman. Seperti telah disinggung di awal tadi, persinggungan dengan pasar baik pasar lokal maupun pasar ekspor, menjadi salah satu alasan kerajinan ini terus tumbuh dan berkembang. Pernah kerajianan anyaman Tasikmalaya ini mengalami kelesuan ketika pasar dipenuhi berbagai cinderamata berbahan plastik nan bentuknya elok dan harganya murah. Tapi kerajian anyaman Tasikmalaya ini sukses keluarga dari ancaman itu kemudian bangkit kembali.