Kumpulan Puisi Terbaik buat Tuhan dari Hamba

Kumpulan Puisi Terbaik buat Tuhan dari Hamba

Persahabatan ialah interaksi istimewa. Dengan adanya seorang sahabat, kita dapat merasakan indahnya berbagi. Ada kalanya persahabatan tersebut ialah interaksi istimewa antara manusia dengan Tuhan.

Terdapat beberapa puisi terbaik terkait dengan persahabatan dengan Tuhan atau manusia-manusia nan memiliki interaksi spesifik dengan Tuhan. Puisi-puisi tersebut jelas diciptakan oleh sufi, terutama nan berasal pada masa keemasan sufi, antara abad 8 hingga 10 Hijriyah. Contohnya sebagai berikut.

Masnawi karya Jalaluddin Ar-Rumi

Dalam Masnawi karya Jalaluddin Ar-Rumi terdapat puisi tentang Tuhan sebagai sahabat. Tuhan didefinisikan sebagai sesuatu nan tidak terjangkau, sekaligus nan paling dekat dengan manusia.

Ketidakterjangkauan tersebut dirasakan sebab interaksi manusia dan Tuhan bersifat imajinatif, pembuktiannya baru dapat terjadi ketika seseorang sampai di alam akhirat atau mengalami kasyaf (penyingkapan).

Sufi juga menyadari konsep perjanjian alastu (perjanjian "bukankah"). Dalam perjanjian alastu, Tuhan bertanya, "bukankah saya Tuhanmu?" dan semua ruh menjawab "ya". Ketika manusia sampai ke dunia, perjanjian tersebut dilupakan. Akan tetapi, bagi Ar-Rumi, perjanjian alastu selalu diingatnya selalu.

Oleh sebab itu, ia membandingkan perjanjian alastu sebagai "hari-hari lampau" dalam puisinya. Sejak "hari-hari lampau", Tuhan sebagai sahabat selalu bertahan di dekatnya, sebab Allah lebih dekat daripada urat nadi. Puisi Ar-Rumi ialah sebagai berikut.

Meski hari-hari lampau telah pergi menjauh; hatiku takkan pernah peduli
Kau, satu-satunya Sahabatku, mau bertahan di sini;
tiada hal nan sebanding dengan sucinya keagungan-Mu.

Sirrul Asrar karya Abdul Qadir Jaelani

Sahabat dalam arti nan berbeda juga cukup banyak terdapat dalam puisi sufi. Misalnya, sahabat nan artinya teman-teman seperjuangan dalam mencari Tuhan. Bagi seorang salik (pencari Tuhan), ia merasa membutuhkan pemandu (bisa disebut guru atau Pir, sahabat nan lebih tua) dalam membimbingnya mencari Tuhan sang sahabat utama.

Sahabat-sahabat sesama manusia nan mencari Tuhan tersebut ada dalam jenjang-jenjang tertentu. Jenjang sahabat paling tinggi dalam mendekati Allah ialah nabi Khidr nan hayati abadi dan seluruh tubuhnya berwarna hijau. Sahabat-sahabat lain (Guru, Pir, atau bahkan murid sang salik) dapat digambarkan dalam Sirrul Asrar karya Abdul Qadir Jaelani.

Sirrul Asrar sendiri berisi pedoman kepada para sahabat muda (murid) buat mencari Sahabat utama. Gubahan puisi tentang Sirrul Asrar bisa dilihat sebagai berikut:

Sahabat-sahabat kami, hatinya bagaikan cermin berkilat
Mana mungkin tidak menyala padahal Sang Cahaya misteri tidak pernah berhenti menyulutnya

Dalam puisi tersebut, Abdul Qadir Jaelani menjelaskan bahwa setiap orang nan bersahabat dengan Tuhan niscaya memiliki keistimewaan, yaitu hatinya bagaikan cermin nan mengkilat.

Metafora ini penting, sebab bagi para sufi, orang-orang nan tak mengenal Tuhan diibaratkan sebagai sahabat nan cerminnya perlu digosok. Siapakah nan membuat cermin mengkilap atau menggosok cermin tersebut? Dialah sang cahaya rahasia, sahabat sejati, loka berpulangnya segala sesuatu.



Kumpulan Puisi Terbaik buat Tuhan dari Hamba

Puisi terbaik buat tuhan tak hanya dapat dibuat oleh kalangan sufi saja. Setiap hamba niscaya memiliki bahasa kalbu nan ingin diucapkan buat tuhannya. Meskipun makna nan implisit sangat berbeda dari karya nan dibuat oleh para sufi, namun hakikat kecintaan kepada tuhan tak mengurangi makna. Dapat kita lihat dalam beberapa puisi terbaik buat tuhan berikut.

Karena dengan Begitu

karena dengan begitu
jika saya nan telah kau anggap
begitu mengganggu setiap hadirmu
sehingga sangat merusak
segala kenyamanan, segala kenikmatan
nan lama kau pagar dariku
sungguh kebenaran tentangmu
tidak perlu disamarkan

karena dengan begitu
tanpa kau pinta sekalipun
cukup sudah bagiku menilaimu
selama diinginkan

mengadulah, mengakulah
pada Tuhanmu, pada Sesembahanmu
di hari terbaik, di hari terakhir
serupa serangga menggerubuti
nan membuatmu begitu sibuk
nan menjadikanmu begitu gusar
menghindari tatap ku
melewati sela ku
sebab itu tidak bersrti apapun
sesuatu bagiku

***

Tuhan

Tuhan...
Sehari lima kali saya menghadapmu..
memohon keridhoanmu buat hidupku
Malam- malam nan katanya penuh berkah pun tidak pernah kulewati
saya menangis jalam sujudku
memohon ampunan dari besarnya hatiMu..
memohon uluran dari kekarnya tanganMu..

Tapi mengapa tuhan...
Tak jua kutemukan cahayamu
mengapa jalanku masih saja tidak berujung
mengapa hatiku masih saja gelap dalam resah

Padamu tuhan..
Terangi saya dengan cahayaMu...
Mandikan saya dengan sinarMu
agar jalanku terang dalam kasihmu
hatiku terang dalam senyumu
tanganku bisa terulur buat nan papa
hidupku lebih bercahaya penuh arti

***

Tuhanku

Tuhanku....
hatiku luluh lantak...
tulangbelulangku semakin ringkih....
mataku semakin buta

Tuhanku...
dimanakah engkau..
saya lelah mencarimu
saya lelah menanti jawabanmu...

Tuhan,,,,
Airmataku telah kering...
ragaku semakin...hampa
hatiku ssemakin hancurr
semakin jauh kumenggapaimu..
Aku merindukanmu ya penguasa alam
merindukan dekap hangat kasihmu
agar kubisa menemukan hidupku kembali
kembali ada dijalanmu nan abadi

***

Untuk Tuhan

Di sebuah senja

Tiang-tiang listrik mulai bangun

Bunga-bunga siap buat tidur

Langit mulai menyalakan lampu satu per satu

dan Tuhan masih seperti dulu

Kereta barang sudah berlalu

Tukang sapu sudah berjalan hingga ke ujung stasiun

Pedagang asongan mulai ramai

Penumpang ekonomi berdatangan

dan Tuhan masih tetap seperti dulu

Aku ialah kaleng susu penyok

Aku ialah Nasi bungkus basi

Aku ialah kaleng kerupuk nan dibanting

Aku ialah ban mbledos

Aku ialah panci nan gosong

Aku ialah besi nan bengkok

Aku ialah tembok jamuran

Tapi di atas segalanya

Aku masih bertahan buat mencintaimu

Di atas segalanya

Saksikanlah bahwa engkau ialah tuhanku

Dan saya akan tetap bertahan buat mencintaimu

***

Tuhan Aku Cinta Kepadamu

Aku lemas
Tapi berdaya
Aku tak sambat rasa sakit
atau gatal

Aku pengin makan tajin
Aku tak pernah sesak nafas
Tapi tubuhku tak memuaskan
buat punya posisi nan ideal dan wajar

Aku pengin membersihkan tubuhku
dari racun kimiawi

Aku ingin kembali pada jalan alam
Aku ingin meningkatkan pengabdian
kepada Allah

Tuhan, saya cinta padamu

***

Kebesaran Tuhan

Hati bergeming melihat sang mentari
Latif sinarnya begitu membius hati
Mata terpesona oleh sang rembulan
Redup sinarnya begitu memikat jiwa

Diantara latif dan pesona nan ada
Aku takjubkan kebesaran Yang Kuasa
Betapa Dia sungguh digdaya
Bumi nan dicipta-Nya tanpa pancang
Dilengkapi langit sebagai tiang
Latif dan pesona seluruh alam raya
Mengajarkan kita betapa Tuhan itu Maha Kuasa
Dan setiap saat bila Dia murka
Semua nan ada aka lenyap tanpa sisa
Entah mengapa banyak manusia lupa diri
Saat berada diatas awan dia tinggi hati
Tidaklah kita menyadari
Hayati kita ini milik Sang Illahi
Dan betapa manusia itu tidak tau diri
Dicipta sebagai makhluk paling paripurna di muka bumi
Namun masih merasa kurang dan selalu kurang

Cobalah tengok bumi nan mulai tua ini...
Cobalah lihat tanda-tanda kemurkaan illahi....
Mengapa semua tak lekas sadar diri.....

Oh..YaTuhan Yang Maha Kuasa
Betapa hamba-Mu ini berlumur dosa
KiraNya engkau berkenan....
Mohon terina sujud nan hamba haturkan
Semoga hamba-Mu ini termasuk golongan hamba nan bersyukur
Amin..

***

"Tuhan Sembilan Senti"

Indonesia ialah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat

siksa tidak tertahankan bagi orang nan tidak merokok,

Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawai

merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR

merokok, di Mahkamah Agung nan bergaun toga merokok,

Indonesia ialah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi

perokok, tapi loka siksa kubur hidup-hidup bagi orang nan tak

merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,

Di pasar orang merokok, di warung Tegal pengunjung merokok, di

restoran di toko buku orang merokok, di kafe di diskotik para

pengunjung merokok,

Bercakap-cakap kita jeda setengah meter tidak tertahankan abab rokok,

bayangkan isteri-isteri nan bertahun-tahun menderita di kamar tidur

ketika melayani para suami nan bau mulut dan hidungnya mirip asbak

rokok,

Duduk kita di tepi loka tidur ketika dua orang bergumul saling

menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tak ketularan penyakitnya.

Duduk kita disebelah orang nan dengan cueknya mengepulkan asap rokok

di kantor atau di stopan bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin

lebih dursila penularannya ketimbang HIV-AIDS,

Indonesia ialah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling fertile di

dunia, dan kita nan tidak langsung menghirup sekali pun asap tembakau

itu, dapat ketularan kena,

Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil 'ek-'ek orang goblok merokok, di

dalam lift gedung 15 taraf dengan tidak acuh orang goblok merokok, di

ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang

goblok merokok,

Indonesia ialah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi orang

perokok, tapi loka siksa kubur hidup-hidup bagi orang nan tak

merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat

merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa. Mereka ulama

ahli hisap. Haasaba, yuhaasibu, hisaaban. Bukan pakar hisab ilmu falak,

tapi pakar hisap rokok. Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka

terselip berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih

warnanya, ke mana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung

tasbih 99 butirnya,

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu. Mamnu'ut

tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz. Kyai, ini

ruangan ber-AC penuh. Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al

hawwa'i. Kalau tidak tahan, di luar itu sajalah merokok. Laa taqtuluu

anfusakum.

Min fadhlik, ya ustadz. 25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan.

15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir

diharamkan. 4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya

rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu 'alayhimul

khabaaith. Mohon ini direnungkan tenang-tenang, sebab pada zaman

Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada

rokok.

Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat

berkuasa di negara kita, jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam

kantong pakaian dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,

diiklankan dengan latif dan cerdasnya,

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tak perlu ruku' dan

sujud buat taqarrub pada tuhan-tuhan ini, sebab orang akan khusyuk

dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan barah dan sesajen asap

tuhan-tuhan ini,

Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.

***