Sungai Dasar Bahari Berbahaya

Sungai Dasar Bahari Berbahaya

Sungai dasar bahari adalah sebuah kenyataan alam nan baru-baru ini ditemukan dan sukses dibuat dokumentasinya baik dalam bentuk foto maupun video. Jika pada awalnya kita mengira bahwa rahasia alam dengan seluruh keajaibannya telah hampir habis terkuak oleh manusia, itu ialah estimasi nan salah. Keajaiban alam beserta misterinya terhampar luas di luar sana, dan masih banyak wilayah nan belum terjamah oleh tangan manusia.

Ada banyak tempat-tempat di planet Bumi ini. Ada gunung, pantai, pulau dan lautan nan harus ditelusuri buat menemukan misteri di balik rahasia alam. Namun sebelum semua rahasia itu tersingkap dan seluruh loka sukses dijelajahi, pasti umur manusia akan terlebih dahulu habis.

Pada awal pemberitaannya, kenyataan sungai dasar bahari sempat membuat heboh masyarakat dari berbagai penjuru dunia. Ada sebagian dari masyarakat nan beranggapan bahwa keberadaan sungai tersebut merupakan bagian dari peristiwa mistis. Masyarakat mengkait-kaitkan kenyataan tersebut dengan berbagai peristiwa nan terjadi akhir-akhir ini.

Akan tetapi tak sedikit juga nan lebih berpikiran jernih dan realistis. Mereka memandang kenyataan menakjubkan tersebut sebagai kenyataan alam. Mereka melihat melalui sudut pandang ilmu pengetahuan nan bisa dijelaskan secara masuk akal.



Penemuan Sungai Dasar Laut

Sungai dasar bahari ini ditemukan dari keganjilan nan didapati oleh seorang pakar oceanografer berkebangsaan Perancis. Beliau bernama Jacques Yves Costeau saat melakukan explorasi bawah bahari di perairan Meksiko, atau lebih tepatnya di Cenote Angelita. Peneliti ini menemukan adanya keganjilan nan terdapat di tempatnya melakukan explorasi.

Beberapa wilayah di dasar bahari terdapat kumpulan air tawar nan seolah-olah terpisah dari air bahari nan asin. Ia belum pernah menemukan kejadian serupa sebelumnya. Padahal ia pernah menyelami dan menjelajahi hampir seluruh dasar samudera di berbagai belahan bumi ini.

Keganjilan membuat pakar kelautan tersebut penasaran. Hal itu mendorongnya buat melakukan penelitian lebih dalam mengenai sungai di dasar bahari perairan Meksiko itu. Hasil dokumentasi berupa foto, video dan hasil explorasi Jacques Yves Costeau digunakan sebagai bahan buat mempelajari kenapa kenyataan sungai tersebut dapat terjadi.

Berdasarkan apa nan didokumentasikan oleh pakar kelautan berkebangsaan Perancis tersebut, diketahui bahwa nampak jelas terdapat sungai nan dilengkapi dengan pepohonan dan ranting layaknya sungai nan berada di atas permukaan bumi. Hanya saja, sungai kali ini berbeda. Letaknya nan berada di dasar bahari menjadikannya memiliki keunikan tersendiri buat diteliti oleh para pakar kelautan.

Cenote Angelita atau nan dalam bahasa Indonesia berarti Goa Bidadari Kecil, merupakan loka di mana sungai dasar bahari itu berada. Jika seorang penyelam melakukan penyelaman di perairan tersebut sedalam 30 meter, penyelam itu akan mendapati air sekitarnya terasa segar layaknya air tawar di sungai.

Namun, setelah melakukan penyelaman lebih dari 60 meter, sang penyelam akan merasakan air tersebut kembali terasa asin. Kemudian sang penyelam akan disuguhi pemandangan layaknya sungai lengkap dengan pepohonan dan daun-daun nan berguguran terus mengambang.

Akan menjadi pemadangan nan biasa jika itu merupakan sungai biasa nan berada di permukaan Bumi. Tetapi menjadi sangat luar biasa ketika berada di dasar laut. Dan semua itu dapat dinikmati oleh sedikit orang nan suka menyelam.

Tidak bercampurnya air tawar dan air asin pada kenyataan sungai dasar bahari ini, diakibatkan oleh kenyataan alam lainnya nan dinamakan dengan Helocline. Secara sederhana kenyataan ini dapat dijelaskan sebagai sebuah zona vertikal di dalam laut. Kadar garam berubah dengan cepat sejalan dengan perubahan kedalaman.

Perubahan nan terjadi pada kadar garam ternyata juga berpengaruh kepada taraf kepadatan air sehingga zona ini kemudian menjadi seperti dinding pemisah antara air asin ada air tawar. Air asin memiliki kepadatan nan lebih dibandingkan dengan air tawar. Ini menyebabkan ia juga memiliki berat jenis nan juga lebih besar.

Oleh sebab itu wajar saja kalau air tawar berada di atas air asin. Ketika kedua jenis air ini bertemu, ia akan membuat lapisan Helocline nan berfungsi sebagai dinding pemisah antara air tawar dan air asin tersebut. Peristiwa seperti tak terjadi di semua pantai atau bagian di laut, namun terjadi di gua-gua air tawar nan terhubung ke bahari seperti nan terjadi pada kenyataan sungai di dasar bahari Cenote Angelita.

Penjelasan lain mengenai kenapa terdapatnya beberapa pohon dan daun-daun berguguran pada sungai di dasar bahari nan menyebabkan sungai tersebut seolah-olah sangat mirip dengan sungai nan ada di permukaan Bumi. Jawaban dari pertanyaan tersebut ialah bahwa semua pohon-pohon dan daun-daun nan berguguran tersebut berasal dari hutan nan berasal dari permukaan air. Karena Cenote Angelita sendiri terletak di tengah hutan, tentu wajar beberapa daun dan pohon nan tumbang berjatuhan ke sana.

Pada hakikatnya kita semua mengetahui bahwa pohon membutuhkan sinar matahari buat berfotosintesis. Dan sinar itu tak terdapat di kedalaman bahari nan demikian. Ditambah lagi tak adanya sumber nan menyebutkan bahwa pohon nan berada pada sungai tersebut ialah pohon nan hidup.

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan lebih lanjut, akhirnya para peneliti mendapat konklusi bahwa genre air tawar nan nampak seperti sungai dasar bahari tersebut sebenarnya merupakan genre hidrogen sulfida (H2S) nan terdapat di dasar laut. Hidrogen sulfida biasanya merupakan gas nan dihasilkan oleh saluran pembuangan kotoran. Lapisan hidrogen sulfida inilah nan menyebabkan adanyan genre air bahari nan berwarna kecoklat-coklatan layaknya sungai.



Sungai Dasar Bahari Berbahaya

Fenomena sungai dasar bahari ternyata selain menyebabkan kekaguman dan keheranan sebagian orang, ternyata juga menimbulkan masalah nan menjadi kekhawatiran dari sebagian orang lainnya khususnya para pemerhati lingkungan kelautan. Sebuah hasil temuan para ahli, menyebutkan bahwa sungai dasar bahari nan mengandung Hidrogen Sulfida (H2S) tersebut tak berbahaya bagi manusia. Hidrogen Sulfida (H2S) tersebut bersifat asam apabila bercampur dengan air bahari atau bercampur dengan garam nan tercampur di dalam air laut. Kadar keasaman inilah nan dipercaya bisa membahayakan bagi kehidupan biota laut.

Meski masih dalam termin penelitian, sebagian pakar telah menempatkan studi tentang kenyataan sungai dasar bahari ini ke dalam bagian studi tentang Vulkanologi atau studi tentang gunung berapi, lava, magma dan kenyataan geologi nan berhubungan. Lapisan Hidrogen Sulfida (H2S) pada sungai dasar bahari tersebut terbentuk dampak pohon-pohon atau organisme nan membusuk di dasar perairan Cenote Angelita itu. Hal inilah nan diyakini sebagai penyebab kenapa sungai dasar bahari tersebut memiliki bau nan tak sedap.

Selain sebab aktifitas pembusukan dari bakteri pembusukan, gas Hidrogen Sulfida (H2S) ini juga dapat dihasilkan oleh aktifitas gunung berapi. Dalam kadar nan tinggi, gas ini dapat berbahaya bagi manusia. Gas itu dapat mengganggu beberapa sistem dalam tubuh manusia.

Walaupun beberapa penelitian sudah mengungkapkan bahwa sesungguhnya apa nan terdapat di dalam perairan Cenote Angelita bukan sungai nan sesungguhnya. Namun penelitian nan lebih dalam tentunya akan mengungkapkan banyak fakta-fakta lain nan lebih mencengangkan. Inilah sebagai bukti kekuasaan Tuhan di alam nan sangat luas dan masih menyimpan begitu banyak misteri.

Sangat menarik juga ditunggu apakah ada kemungkinan keberadaan sungai dasar laut seperti ini di Indonesia. Mengingat potensi negeri ini juga masih banyak menyimpan rahasia akan estetika alamnya. Entah rahasia apa lagi nan akan muncul setelah sungai dasar laut.