Tradisi Pernikahan Sasak

Tradisi Pernikahan Sasak

Negara Indonesia diakui di belahan global manapun, sebagai negara nan memiliki ratusan budaya. Yang pada setiap daerah memiliki ciri-ciri budaya dan tradisi sendiri-sendiri. Dari setiap propinsi nan ada, bisa memiliki puluhan suku nan setiap suku dapat saja memiliki beberapa jenis bahasa, dan juga beberapa jenis tradisi. Dapat Anda bayangkan bagaiman adat dan tradisi-tradisi tersebut saling bersentuhan satu sama lain. Salah satunya nan cukup menarik ialah tradisi perkawinan adat .



Antara Adat dan Tradisi

Apa sebenarnya nan dimaksud dengan adat dan juga tradisi? Antara adat dan tradisi sepintas orang memiliki pengertian nan sama terhadap keduanya. Padahal sebenarnya tetap ada beberapa hal nan membedakan keduanya. Baik adat dan tradisi memang biasa dilekatkan menjadi satu dalam dialog-dialog nan bertemakan tentang kebudayaan.

Adat ialah hal-hal nan dianggap sakral nan sudah ditentukan tata cara pelaksanaannya. Biasanya penentuan waktu aplikasi telah cukup jelas dimengerti oleh para pelaksana dan pemangku adat. Begitu pula tata caranya. Beberapa daerah benar-benar memegang teguh adat, dan mewajibkan buat melaksanakannya bagi siapa pun nan berkepentingan di dalamnya.

Sedangkan tradisi ialah hal-hal nan dianggap sudah lumrah buat dilaksanakan. Atau dapat juga berupa kebiasaan-kebiasaan nan sudah generik dijalankan dan diturunkan Norma tersebut pada generasi berikutnya. Namun tradisi tak memiliki pakem, aturan, tata cara dan anggaran waktu nan mengikat. Seperti nan terjadi pada adat.



Pernikahan Adat

Contoh kongkrit dari adat ialah perkawinan. Adat perkawinan telah ditentukan aturannya dengan pasti. Sedangkan contoh kongkrit dari tradisi ialah jenis hantaran nan dibawa pada saat melamar mempelai wanita. Maka jenis, banyak dan macam hantaran nan dibawa ialah bisa disesuaikan dengan tradisi atau Norma nan biasa berlaku di suatu tempat. Sedangkan upacara perkawinannya sendiri telah ditentukan oleh macam dan tata cara adatnya.

Setiap daerah biasa menjunjung dan memasukan mitos-mitos, tradisi dan kebiasaan, petuah dan petitih leluhur; nan semua dirangkai dalam suatu aktivitas simbolis, berupa adat. Begitu juga halnya dengan perkawinan. Maka semua nan telah disebutkan di awal, akan terangkum menjadi satu ke dalam sebuah kegiatan perkawinan adat.

Sebagai ilustrasi ialah acara menginjak telur dalam sebuah perkawinan merupakan tradisi. Karena boleh digunakan dan dimasukan dalam perkawinan adat, namun bisa juga tidak. Kemudian acara sungkeman dalam perkawinan, merupakan adat. Karena tak boleh ditinggalkan dalam rangkaian tata cara perkawinan nan berlangsung. Selanjutnya acara siraman dalam perkawinan ialah tradisi. Jadi boleh digunakan dan dimasukan dalam rangkaian perkawinan, bisa juga tak apabila memang tak memungkinkan.

Nah. Demikianlah disparitas dan fakta nan terjadi antara adat dan tradisi di dalam perkawinan.



Tradisi Pernikahan Sasak

Kali ini Anda akan diajak buat mengamati dan mengenal dekat tentang pernikahan nan ada di pulau Lombok. Pulau nan ditengarai sebagai equal nya pulau Bali.

Budaya nan ada di pulau Lombok salah satunya ialah perkawinan adat suku Sasak di pulau Lombok. Ada keunikan tersendiri nan terjadi di daerah ini. Apabila keramaian atau keriaan sebuah pesta perkawinan pada umumnya dilaksanakan di sebuah gedung pertemuan, atau pun di rumah. Maka di Lombok, keramaian sebuah perkawinan bisa Anda temukan justru di sepanjang jalan raya umum. Layaknya sebuah karnaval, maka rombongan mempelai berarak sepanjang jalanan generik tersebut, diiringi dengan tetabuhan musik khas Lombok nan disebut dengan kendang beleq' . Dan tradisi ini biasa disebut dengan kecimol .

Biasanya tradisi kecimol ini dilaksanakan pada hari Sabtu atau Minggu. Anda benar-benar akan merasakan beberapa menit stagnasi seperti nan biasa Anda temui di jalanan generik Jakarta. Bedanya, stagnasi ini terjadi bukan oleh kendaraan, namun oleh arak-arakan panjang mempelai, keluarga, pengiring hingga kelompok musik kendang beleq' tadi. Apalagi masih diramaikan oleh kaum muda-mudi nan tak malu menari-nari gembiri dengan diiringi oleh kecimol pengiring pengantin. Lagu nan diperdengarkan bervariasi, dari lagu adat Sasak, lagu pop nan sedang in ataupun lagu dangdut. Maka pesta berjalan itu berarak maju seperti semut, dengan cerianya. Itulah acara tradisi pernikahan Sasak nan telah melekat.



Perkawinan Adat Sasak - Budaya Selarian Merariq'

Jika dalam adat pernikahan adat lain, selalu ada proses peminangan dari pihak pria terhadap pihak wanita. Peminangan ini dimaksudkan sebab pengantin calon pengantin laki-laki harus meminta sang gadis kepada ayah dan keluarganya secara baik-baik. Lamaran ini diadakan kedua belah pihak, setelah kedua calon mempelai telah sepakat buat menikah. Pihak perempuan kemudian mengadakan pesta kecil-kecilan dalam menyambut kedatangan sang peminang. Inilah adat nan berlaku dan tak boleh diabaikan. Yakni acara meminta calon mempelai wanita kepada keluarganya. Hal ini sangat ditaati oleh masyarakat di Lombok.

Namun sebelum adat meminta atau lamaran tersebut, biasanya didahului dengan tradisi lain nan terjadi sebelum lamaran. Tradisi tersebut disebut Selarian Merarik . Yang maknanya ialah lari bersama .

Selarian Merarik merupakan tradisi di mana ketika sang pria dan sang gadis sepakat buat menikah. Maka sang gadis secara diam-diam akan dibawa kabur oleh kekasihnya. Orang tua sang gadis tak akan tahu jika anak gadisnya telah dilarikan. Pasangan ini akan saling membuat janji hari di mana mereka akan pergi.

Sang gadis pun dibawa ke rumah keluarga sang pria. Namun, sebab belum ada upacara pernikahan, maka pasangan kekasih ini belum boleh berkumpul berdua. Keluarga sang pria harus bisa menjaga agar tak terjadi interaksi sebelum pernikahan. Biasanya sehari setelah dilarikan, orang tua dari sang gadis telah memiliki firasat bahwa anaknya telah dilarikan. Maka mereka akan menyiapkan sambutan ketika datang pinangan dari keluarga sang pria.

Pemberitahuan dan pinangan dilakukan setelah sang gadis disembunyikan selama tiga hari. Bukan proses meminta nan terjadi di sini, tapi pemberitahuan bahwa sang gadis telah memilih buat hayati dengan pujaannya. Maka sang gadis akan dikembalikan buat persiapan pernikahannya.

Dalam pemberitahuan ini, sang calon mertua akan meminta imbalan sebagai hukuman telah dibawanya anak gadis mereka secara diam-diam. Imbalan ini dibayarkan sinkron permintaan sang calon mertua. Sebagai seorang laki-laki sejati nan telah berani melarikan anak gadis mereka, sang pria harus siap dengan segala risikonya, termasuk dalam pemberian sajikrama , yaitu mas kawin sebagai imbalan buat orang tua sang gadis.



Populer di Kalangan Remaja

Tradisi ini tak hanya populer di kalangan remaja Sasak, namun juga memberikan kekhawatiran buat para orang tua jika anak gadisnya pergi dengan pria nan tak disukai orang tuanya. Untuk itu, di Lombok jam malam sangat ketat diberlakukan buat anak gadis.

Mungkin orang tua nan memang merupakan orisinil Sasak, lumrah buat menerima tradisi itu. Tapi tak bagi orang tua pendatang. Maka anak gadis sangat diperhatikan sekali pergaulannya.

Walaupun terkesan negatif, sebenarnya filososfi dari Selarian Merarik sendiri ialah sebuah bentuk penghormatan kepada wanita. Bagi masyarakat Sasak, wanita bukanlah sebuah benda nan bisa ditawar dan diminta. Karena cinta datang dan tumbuh dengan sendirinya.

Dengan melarikan kekasihnya, sang pria ingin menunjukan kesungguhan dan keberaniannya sebagai calon suami nan rela mempertaruhkan nyawa demi wanita nan dicintainya.