Pencemaran Makanan secara Kimiawi

Pencemaran Makanan secara Kimiawi

Pencemaran makanan ialah kenyataan terkontaminasinya makanan oleh zat-zat berbahaya nan bisa mengancam kesehatan tubuh. Ada tiga jenis pencemaran terhadap makanan, yakni secara biologis (masuknya kuman bakteri ke dalam makanan), secara kimiawi (terpaparnya makanan oleh bahan kimia berbahaya), dan melalui tangan (makanan nan tadinya higienis menjadi tercemar dampak tangan nan kotor).



Pencemaran Makanan secara Biologis

Makanan nan disukai manusia pada umumnya disukai juga oleh mikroorganisme. Mikroorganisme itu seperti virus, bakteri dan jamur nan menyerang bahan makanan nan mentah ataupun nan sudah matang. Jika makanan sudah dihinggapi mikroorganisme, maka akan mengalami penguraian. Penguraian tersebut bisa mengurangi nilai gizi dan kelezatan pada bahan makanan tersebut. Inilah nan dinamakan pencemaran makanan secara biologis.

Makanan nan mengalami penguraian akan menjadi racun bagi tubuh sehingga bisa menyebabkan sakit bahkan kematian. Makanan nan terurai tersebut menjadi zat organik nan memiliki energi nan lebih kecil. Berkembangnya mikroba pada berbagai jenis bahan pangan umumnya tergantung dari jenis bahan pangan, kondisi lingkungan dan cara penyimpanan, serta lama penyimpanan bahan makanan tersebut. Berikut ialah faktor-faktor nan mempengaruhi pertumbuhan mikroba dalam pangan nan bisa bersifat fisik, kimia, dan biologis.

Faktor intrinsik. Faktor ini merupakan sifat fisik, kimia maupun struktur nan dimiliki oleh bahan pangan tersebut. Misalnya kandungan nutrisi, pH, atau senyawa mikroba.

  1. Faktor ekstrinsik, yaitu kondisi lingkungan loka makanan tersebut disimpan. Kondisi suhu, kelembapan, serta susunan gas nan ada di atmosfer.

  2. Faktor implisit. Ini ialah faktor nan berupa ciri dari mikroba itu sendiri.

  3. Faktor pengolahan, adanya perubahan mikroba awal nan merupakan dampak dari cara pengolahan bahan pangan seperti pemansan, pendinginan, radiasi dan juga adanya penambahan bahan pengawet.

Ketika faktor-faktor tersebut cocok dengan bakteri saproba dan bakteri patogen eksklusif nan bisa menghasilkan racun, maka terjadilah pencemaran makanan. Pencemaran makanan ini ditandai oleh adanya toksin sebagai hasil dari populasi bakteri nan tumbuh pada makanan tersebut. Ada dua jenis toksin nan merupakan hasil pencemaran makanan oleh bakteri atau secara biologis yaitu:

  1. Enterotoksin, yaitu toksin nan bisa mengganggu alat-alat pencernaan kita seperti lambung, usus, mulut, kerongkongan, dan lain sebagainya.

  2. Neurotoksin, yaitu toksin nan bisa mengganggu susunan urat syaraf kita.

Ada banyak jenis bakteri nan berpotensi mencemari makanan. Inilah beberapa jenis bakteri nan berperan mencemari makanan:

  1. Bakteri Clostridium Botulinum, Clostridium Welchii dan Perfringens. Bakteri ini biasanya terdapat dalam makanan-makanan kaleng, sebab spora-spora nan tak wafat dalam proses pasteurisasi. Dalam keadaan tertutup dengan pernafasan anaerob dari bakteri ini dan suhu nan menguntungkan, maka spora-spora tersebut bisa tumbuh menjadi bakteri serta menghasilkan toksin.

  2. Pseudomonas Cocovenenans. Pseudomonas Cocovenenans terdapat pada tempe bongkrek, yaitu makanan khas di Jawa tengah nan terbuat dari ampas kelapa.

  3. Neurospora Sitophila. Bakteri ini terdapat pada oncom nan dalam pembuatannya menggunakan ragi berupa jamur Monilia Sitophila yaitu salah satu spesies jamur tidak sempurna.

  4. Aspergillus Flavus. Bakteri ini terdapat pada udang dalam kondisi eksklusif nan menyebabkan bakteri ini berkembang dan menghasilkan racun Aflatoksin nan berbahaya sekali jika sampai termakan.

  5. Clostridia Anaerob. Bakteri ini berkembang dalam produksi pengalengan daging di mana pemanasan nan dilakukan tak cukup.

  6. Clostridium Aerofoeticum dan C. Welchii. Karakteristik dari pencemaran makanan oleh bakteri ini ialah adanya bau busuk pada makanan tersebut.



Pencemaran Makanan secara Kimiawi

Selain melalui berbagai bakteri jahat, pencemaran terhadap makanan dapat juga terjadi dampak gambaran bahan kimia berbahaya. Tengok saja tragedi Minamata di Jepang pada tahun 1953, ketika masyarakat di Teluk Minamata Jepang nan memakan kerang dan ikan di pinggir teluk mengalami keracunan dampak air teluk nan bercampur air raksa. Di Indonesia pun pernah terjadi kasus keracunan seperti itu. Pada tahun 1992, ditemukan biskuit nan mengandung Sodium Nitrat dalam jumlah hiperbola sehingga meracuni konsumen.

Menurut pandangan kimia, ada dua jenis pencemaran terhadap makanan. Yang pertama ialah pencemaran bahan-bahan kimia nan sudah jelas tidak boleh ada di makanan sedangkan nan kedua ialah pencemaran bahan-bahan aditif nan berlebihan. Pencemaran bahan kimia biasanya terjadi dampak kelalaian saat memasak dan menyajikan atau memang disengaja sebab penjual ingin meraup untung tanpa kapital tinggi.

Kelalaian nan menyebabkan makanan tercemar misalnya menyimpan makanan dekat dengan pestisida atau tak mencuci sayur dan buah dengan bersih. Sementara itu pencemaran nan disengaja biasanya dilakukan penjual makanan dengan memasukkan zat pewarna tekstil, pengawet berbahaya, dan sebagainya. Inilah beberapa contoh zat kimia nan berbahaya jika terkonsumsi oleh tubuh:

  1. Zinc. Zinc bisa ditemukan pada peralatan dapur. Ia akan terreduksi apabila terjadi kontak dengan bahan makanan nan sifatnya asam.

  2. Insektisida. Zat ini biasanya mencemari makanan melalui semprotan pestisida saat buah dan sayur masih ditanam, atau terpapar langsung ke makanan melalui semprotan pengusir serangga di rumah tangga.

  3. Cadmium. Seperti zinc, cadmium ada di peralatan dapur dan bereaksi apabila kontak dengan makanan nan sifatnya asam.

  4. Antimonium. Zat ini juga terdapat dalam peralatan dapur nan lapisan luarnya terbuat dari bahan email kelabu murahan.

Jenis pencemaran terhadap makanan secara kimiawi nan kedua ialah pencemaran zat aditif. Zat aditif memang boleh digunakan agar rasa makanan lebih sedap, lebih awet, dan terlihat lebih menarik. Akan tetapi tak sembarang jenis zat aditif dan dosisnya nan boleh digunakan. Dalam menggunakan zat aditif, ada beberapa syarat yakni zat aditif harus kondusif digunakan, jumlahnya harus sesedikit mungkin, dan tak boleh digunakan buat menipu konsumen.

Kini, tak sedikit penjual nan menjual makanan dengan kandungan zat aditif melebihi normal, dan tujuannya buat menipu pembeli. Misalnya, zat aditif digunakan buat menghilangkan bau pada bahan makanan nan sebenarnya sudah busuk, zat pewarna digunakan buat membuat daging busuk terlihat segar, zat pemutih digunakan buat memutihkan tepung atau beras, dan sebagainya.



Pencemaran Makanan Melalui Tangan

Jenis pencemaran nan satu ini agak sedikit berbeda. Jika pencemaran secara kimiawi dan biologis melibatkan zat-zat berbahaya di dalam makanan, pencemaran melalui tangan justru konduite mencemari makanan nan sebelumnya tak tercemar. Artinya, tangan kitalah nan membuat makanan higienis justru menjadi tercemar. Dalam pencemaran ini tangan berfungsi sebagai ‘pengantar’ kuman, bakteri, dan zat-zat berbahaya dari berbagai loka ke makanan.

Pencemaran melalui tangan ialah pencemaran nan paling mudah dicegah. Pada dasarnya pencemaran terjadi melibatkan tangan nan kotor. Oleh sebab itu sangat disarankan buat mencuci tangan dengan sabun sampai benar-benar higienis sebelum menyentuh makanan. Mencuci tangan sangat disarankan dilakukan pada saat-saat seperti:

  1. Sebelum mulai melakukan suatu pekerjaan.

  2. Sesudah waktu istirahat sekolah atau bekerja.

  3. Setelah melakukan berbagai kegiatan pribadi, seperti makan, minum, merokok, batuk, bersin, atau buang air besar dan kecil.

  4. Setelah menyentuh hewan.

  5. Setelah menyentuh benda nan sekiranya mengandung bakteri berbahaya, seperti kain, bahan makanan, cangkang telur, daging mentah, dan berbagai benda kotor.

  6. Setelah menyentuh bagian tubuh nan luka.

  7. Setelah melakukan kontak dengan bahan-bahan kimia, misalnya insektisida atau bahan pembersih kimia.

  8. Setelah membersihkan rumah dan memegang sampah.

Itulah berbagai jenis pencemaran makanan secara umum. Semoga bermanfaat!