Munculnya Budaya Organisasi dari Sebuah Organisasi

Munculnya Budaya Organisasi dari Sebuah Organisasi

Sebagai makhluk sosial atau dalam pandangan Aristoteles sebagai human politician , manusia absolut berorganisasi. Organisasi krusial dilakukan baik buat pemenuhan kebutuhan pribadi maupun kelompok. Dengan demikian dasar dasar organisasi menjadi kebutuhan selanjutnya agar apa nan menjadi tujuan sebagai makhluk sosial dapat tercapai secara optimal.



Dasar Dasar Organisasi

Prinsip dasar dalam berorganisasi dapat dianalogikan sebagai sebuah tubuh. Ketika ada bagian tubuh nan sakit, maka seluruh tubuh merasakan rasa sakit itu.

Ketika jari kelingking terluka misalnya, maka rasa sakit tidak hanya dirasakan oleh jari kelingking sendirian, tapi kepala merasakan nyut-nyutan, mata pun jadi berkunang-kunang. Analogi nan sangat ideal buat membangun sebuah organisasi, apapun nama dan tujuannya. Sama rata sama rasa.

Sedikitnya ada tiga hal nan melatarbelakangi terbentuknya suatu organisasi. Yang pertama ialah bergabungnya sekumpulan individu nan memiliki tujuan nan sama. Kedua, sebuah organisasi berdiri sebab ada sekumpulan individu nan memiliki misi nan sama dan nan terakhir ialah bergabungnya sekelompok orang atas dasar visi dan kecenderungan prinsip.

Dari ketiga hal nan melatarbelakangi terbentuknya suatu organisasi tersebut, kita dapat menarik benang merahnya bahwa dasar sebuah organisasi sedikitnya harus memenuhi unsur-unsur adanya orang atau sekelompok orang, adanya tujuan nan ingin dicapai, dan terjadi kerjasama nan baik di antara sesama anggota organisasi buat mencapai tujuan organisasi tersebut.



Model Organisasi

Ada beberapa tipe organisasi dengan memperhatikan masing-masing karakteristiknya. Secara generik dikenal beberapa model organisasi, yaitu seperti berikut ini.

  1. Berdasarkan kepada interaksi personal, sebuah organisasi terbagi ke dalam organisasi formal dan organisasi informal. Sinkron dengan namanya, organisasi formal diatur secara resmi, seperti organisasi pemerintah. Sebaliknya dengan organisasi informal, dibentuk berdasarkan kecenderungan minat, kegemaran, dan sifatnya pribadi. Seperti organisasi penggemar sepeda onthel, organisasi pencinta alam.
  1. Berdasarkan tujuannya, organisasi dibagi ke dalam organisasi profit dan organisasi nonprofit. Organisasi nan bertujuan mencari laba atau setidak-tidaknya berorientasi keuntungan, selalu mendasarkan tujuan dan sepak terjangnya buat mencari keuntungan. Berbeda dengan organisasi nan orientasinya bukan pada keuntungan, tujuan organisasi seperti ini ialah bersifat sosial atau keagamaan.
  1. Apabila tujuannya berdasar kepada aspek-aspek kehidupan, maka dalam kehidupan masyarakat dikenal seperti organisasi pendidikan, organisasi kesehatan, organisasi peternakan, dan lain-lain.
  1. Model organisasi juga dapat dilihat dari pemegang pucuk kepemimpinan. Model organisasi seperti ini dibagi ke dalam dua bentuk, yaitu bentuk tunggal nan artinya pucuk pimpinan organisasi berada di tangan satu orang, sehingga semua tugas dan kekuasaan bersumber dari satu orang.

Berbeda dengan model tunggal, maka dikenal pula organisasi nan berbentuk komisi. Organisasi nan pemegang kekuasaannya berbentuk komisi, maka semua tugas dan sumber kekuasaan dipikul secara bersama-sama oleh satu badan tertentu.



Munculnya Budaya Organisasi dari Sebuah Organisasi

Sebuah organisasi nan terdiri dari berbagai kelompok individu nan bekerjasama dan berinteraksi satu sama lain, akan membentuk sebuah Norma nan lama-kelamaan akan membentuk budaya organisasi dalam sistem organisasi tersebut.

Budaya organisasi merupakan pola terpadu nan dihasilkan dari konduite individu dalam organisasi termasuk pemikiran-pemikiran, tindakan-tindakan nan dipelajari dan diajarkan kepada generasi berikutnya. Artikel ini akan membahas contoh budaya kerja dalam global kerja.

Contoh budaya organisasi dalam setiap perusahaan, muncul berdasarkan perjalanan hayati para pegawai. Pada umumnya budaya organisasi terletak pada pendiri organisasi. Merekalah nan berperan krusial dalam mengambil sebuah keputusan dan sebagai penentu arah taktik organisasi. Budaya organisasi juga disebut sebagai budaya perusahaan.

Jadi, kehidupan organisasi dalam global kerja ada di dalam budayanya. Budaya di sini bukan mengacu pada kebudayaan tradisional atau suku, ras, dan latar belakang individu. Budaya di sini maksudnya ialah sesuatu cara buat hayati di dalam sebuah organisasi. Di dalam budaya organisasi ada iklim atau atmosfer emosional dan psikologis.

Hal tersebut mencakup pada karyawan perusahaan itu sendiri, yaitu semangat kerja, sikap, dan taraf produktivitasnya. Selain itu, budaya organisasi mencakup simbol berupa tindakan, rutinitas, percakapan, dan lain sebagainya, dan makna-makna nan inheren pada simbol tersebut. Makna tersebut dicapai melalui hubungan atau pengenalan nan terjadi antar pegawai atau karyawan perusahaan tersebut dengan pihak manajemen perusahaan.

Pengertian budaya organisasi menurut Robbins (1996), mengatakan bahwa budaya organisasi dalam sebuah perusahaan itu mencakup beberapa hal, yaitu sebagai berikut.

  1. Terdapat nilai-nilai dominan nan didukung oleh organisasi.
  1. Terdapat falsafah nan menuntut kebijaksanaan organisasi terhadap pegawai dan pelanggan.
  1. Terdapat cara kerja nan dilakukan di perusahaan itu.
  1. Adanya anggapan dan kepercayaan dasar nan terdapat di antara anggota organisasi.


Organisasi pada Perusahaan

Contoh budaya organisasi, menurut sudut pandang karyawan, memberi panduan pada karyawan terhadap segala sesuatu nan krusial buat dilakukan. Budaya organisasi memiliki peranan penting, yaitu sebagai berikut.

  1. Budaya perusahaan bisa membantu mengembangkan jati diri setiap karyawan nan bekerja di perusahaan tersebut.
  1. Budaya organisasi bisa dipakai buat mengaitkan pribadi karyawan dengan organisasi perusahaan.
  1. Membuat stabilitas organisasi perusahaan menjadi suatu sistem sosial.
  1. Dapat menyajikan panduan konduite karyawan sebagai hasil dari kebiasaan konduite karyawan nan sebelumnya sudah dibentuk.

Dalam membentuk, mengembangkan, memperkuat, atau bahkan mengubah sebuah organisasi, diperlukan sebuah praktek buat menyatukan nilai budaya karyawan dengan nilai budaya organisasi tersebut.

Prakteknya ialah dengan melakukan induksi atau sosialisasi, yaitu melalui transformasi budaya organisasi. Yang dimaksud dengan pengenalan organisasi ialah serangkaian aktivitas nan secara substantif berdampak kepada penyesuaian aktivitas individual dan keberhasilan organisasi. Misalnya, komitmen, kepuasan, dan kinerja karyawan.

Langkah-langkah pengenalan tersebut nan bisa membantu dan mempertahankan budaya organisasi ialah dengan cara menyeleksi calon karyawan, menempatkan karyawan, mendalami bidang pekerjaan, menilai kinerja karyawan, dan memberikan penghargaan kepada karyawan, serta menanamkan kesetiaan pada nilai-nilai luhur.

Selain itu, memperluas cerita dan warta tentang karyawan, serta mengakui kinerja karyawan dengan cara mempromosikan karyawannya. Hal tersebut bisa memperkuat budaya organisasi dan memastikan bahwa karyawan nan bekerja di perusahaan tersebut bekerja sinkron dengan budaya organisasi nan berlaku, sehingga karyawan tersebut diberikan imbalan sinkron dengan dukungan nan dilakukan oleh karyawan tersebut terhadap perusahaan.

Sosialisasi perusahaan terhadap karyawan dilakukan dengan cara nan efektif bisa menghasilkan kepuasan kerja, komitmen organisasi, rasa percaya diri pada pekerjaan, mengurangi tekanan, dan karyawan akan betah diperusahaan tersebut.

Untuk itu, sebuah perusahaan perlu menyusun anggapan dasar, menyatakan dan memperkuat nilai nan diinginkan, dan menyosialisasikan melalui contoh, agar bisa mempertahankan organisasi tersebut. Contoh budaya organisasi bisa ditemukan melalui tiga tingkatan, yaitu sebagai berikut.

1. Artefak

Pada taraf artefak, budaya itu bersifat kasat mata. Akan tetapi, seringkali hal tersebut tak bisa diartikan, seperti lingkungan fisik organisasi, teknologi di dalam perusahaan, dan cara berpakaian pada global kerja. Pada strata ini, analisa nan dilakukan cukup sulit ditafsirkan, meskipun diperolehnya dengan mudah.

2. Nilai

Pada strata ini, budaya nan ada dalam sebuah perusahaan lebih tinggi dari pada pada artefak, sehingga lebih sulit buat diamati secara langsung. Untuk bisa menyimpulkannya harus melakukan wawancara dengan anggota organisasi perusahaan tersebut. Itu pun harus dengan orang nan mempunyai posisi nan mengerti artefak dokumen perusahaan.

3. Anggapan dasar

Pada strata nan terakhir ini, budaya nan diterima sangat mudah, tapi bagian ini krusial bagi budaya organisasi. Budaya diterima begitu saja, tak kasat mata dan tak disadari. Anggapan dasar ini merupakan reaksi nan berawal dari nilai-nilai nan didukung oleh karyawan.

Apabila anggapan dasar ini sudah diterima, maka kedasarannya akan menjadi hilang. Masksudnya, disparitas antara anggapan dengan nilai artefak terletak pada nilai-nilai nan diperdebatkan apakah diterima atau tidak.

Budaya organisasi di setiap perusahaan nan ada di seluruh global memiliki budaya tersendiri dalam menjalankan kinerjanya. Hal ini disebabkan sebab dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut.

  1. Lingkungan usaha. Lingkungan usaha di mana perusahaan tersebut beroperasi akan menentukan langkah apa nan harus dilakukan oleh perusahaan tersebut.
  1. Adanya nilai-nilai atau konsep dasar dan keyakinan dari suatu perusahaan.
  1. Acara-acara rutin nan diselenggarakan perusahaan dalam rangka memberikan reward pada para karyawannya.
  1. Adanya jaringan nan dimiliki setiap perusahaan berbeda-beda. Jaringan komunikasi informal dalam perusahaan bisa menjadi wahana penyebaran nilai-nilai, asumsi-asumsi, dan keyakinan dari budaya perusahaan terkait.

Jadi, budaya perusahaan diperoleh berdasarkan hubungan para karyawan dalam menjalankan tugas dan kewajiban mereka, di bawah kontrol para dewan direksi atau atasan. Contoh budaya perusahaan juga dipengaruhi oleh budaya nan dianut oleh atasan, dalam hal ini irama kinerja nan diterapkan. Semoga informasi mengenai dasar dasar organisasi tersebut bermanfaat bagi Anda.