Rumah Adat di Indonesia

Rumah Adat di Indonesia



Macam-macam Kebudayaan Indonesia

1. Kebudayaan Nias Penduduk,

Nias memiliki kebudayaan Megalithik, warisan dari benua Asia di jaman perunggu. Bahasa Nias juga termasuk dalam kelompok bahasa Melayu-Polinesia, dan memiliki dua logat yakni logat Nias Utara dan Nias Selatan.

Bentuk rumah di Nias terdapat dua macam, yaitu model rumah adat nan disebut Omo Hada dan model rumah biasa atau Omo Pasisir. Kegiatan ekonomi orang Nias dahulu, lebih pada kegiatan bercocok tanam di ladang. Selain itu juga mereka berburu, menangkap ikan, beternak dan menjadi tukang.

2. Kebudayaan Batak

Orang-orang Batak memiliki marga-marga atau suku-suku nan terdiri atas suku Karo, suku Simalungun, suku Pakpak, suku Toba, suku Angkola, dan suku Mandailing. Dan ke-semua suku-suku itu memiliki satu nenek moyang nan disebut Si Raja Batak. Orang Batak dikenal sebagai kaum perantau nan kini telah menyebar ke berbagai daerah di hampir seluruh wilayah Indonesia, terutama di Jawa.

Perkawinan nan dianggap ideal oleh orang Batak adalah apabila terjadi perkawinan antara seorang lelaki dengan seorang perempuan anak dari saudara laki-laki ibunya. Selain itu orang lelaki Batak pantang menikah dengan seorang wanita nan semarga dengannya atau dengan anak perempuan dari saudara perempuan ayah.


3. Kebudayaan Jawa

Sebetulnya pusat kebudayaan Jawa terdapat di dua loka yaitu Yogyakarta dan Surakarta, sebagai bekas kerajaan Mataram jaman dahulu. Meskipun begitu, di berbagai daerah loka tinggal orang-orang Jawa terdapat berbagai variasi dan disparitas kebudayaan nan bersifat lokal. Yang uniknya, tetap menunjukkan satu pola atau sistem kebudayaan Jawa.

Ada dua macam bahasa Jawa dilihat dari kriteria tingkatan, adalah bahasa Jawa Ngoko dan Krama. Kegiatan primer perekonomiannya ialah bercocok tanam, sebab suburnya lahan-lahan di Jawa. Perkawinan tidak boleh dilakukan bila mereka saudara sekandung (incest).

4. Kebudayaan Sunda

Yang disebut sebagai suku bangsa Sunda secara antropologi ialah orang-orang keturunan sunda dengan dialeknya serta bertempat tinggal di daerah Jawa Barat. Bahasa Sunda dipakai luas dalam masyarakat Jawa Barat meski dengan dialek dan taraf kehalusan kata nan berbeda-beda. Orang Sunda getol membuat pantun-pantun. Ada tiga kesatuan atau unit sosial masyarakat Sunda nan menjadi pusat kegiatan ekonomi mereka, yaitu kota, desa, dan daerah perkebunan.

5. Kebudayaan Bali

Ada dua macam bentuk masyarakat di Bali, nan disebabkan oleh pengaruh kebudayaan Jawa-Hindu pada jaman Majapahit dulu. Dua bentuk itu adalah Masyarakat Bali Aga (orang Bali Asli) dan Bali Majapahit (orang Majapahit). Bali Aga lebih banyak menempati daerah pegunungan, sedangkan Bali Majapahit menempati daerah dataran.

Dahulu, mata pencaharian orang Bali 70% nya ialah bercocok tanam. Tetapi sebab banyaknya wisatawan domestik dan asing nan berwisata di Bali, membuat pergeseran nan besar dalam sistem perekonomian Bali. Kegiatan ekonomi pariwisata sekarang lebih banyak di Bali.

Di Bali juga terdapat sistem klan dan wangsa (kasta). Sebagian besar dari orang Bali menganut agama Hindu-Bali. Macam-macam kebudayaan Indonesia sangat unik dan menarik. Yang dituliskan di atas barulah sekelumit saja dari macam-macam kebudayaan Indonesia nan tersebar, mulai dari sabang sampai merauke. Tetapi ingatlah, kawan. Meski berbeda tetap satu jua, Indonesia!!



Rumah Adat di Indonesia

Salah satu bagian nan juga menjadi macam-macam kebudayaan Indonesia ialah majemuk rumah adat nan juga loka tinggal para penghuni suku adat. Rumah adat tersebut merupakan kelengkapan nan dipergunakan oleh masyarakat suku adat buat memenuhi kebutuhan papan dan kebutuhan adat mereka.

Yang dimaksud dengan kebutuhan papan ialah loka tinggal tiap keluarga agar dapat terlindung dari panas matahari, hujan, dan berbagai cuaca lingkungan nan ada di daerah suku adat. Sementara itu, kebutuhan adat meliputi kebutuhan masyarakat nan dilakukan dengan tujuan buat mengangkat nilai-nilai tradisional dan segala kebutuhan adat di daerah loka tinggal mereka.

Berbagai kegiatan nan dilakukan oleh masyarakat tersebut di rumah adat biasanya berhubungan dengan semua kebutuhan masyarakat, baik dalam aspek kebutuhan sandang, pangan, papan, maupun spiritual. Kehidupan tersebut di tiap adat pun berbeda-beda, bergantung pada sistem dan corak kehidupannya.

Sebagai contoh, rumah adat nan terdapat di daerah Sumatera atau Kalimantan biasanya digunakan buat membuat kain tenun sebagai kesenian dan kerajinan tangan masyarakat di sana, sedangkan rumah adat di Irian Jaya digunakan buat melakukan kegiatan mengukir atau membuat ukiran dari bahan standar kayu nan nantinya dijual atau hanya buat kebutuhan estetik di rumah adat tersebut.

Selain itu, rumah adat nan ada di Indonesia juga dibangun berdasarkan daerah nan ditinggalinya. Misalnya saja, daerah pesisir pantai nan didiami oleh suku adat eksklusif akan memiliki bentuk dan filosofi rumah adat nan berebda jika dibandingkan dengan masyarakat di pegunungan atau perbukitan dan pesawahan. Begitu juga mata pencaharian nan dilakukan.

Masyarakat nan biasa bertani akan memiliki sitem rumah nan dapat melindungi hasil tani atau hasil panennya dari berbagai serangga atau binatang, sedangkan masyarakat nan mata pencahariannya sebagai nelayan akan membuat rumah adat nan dapat menampung sekaligus melindungi hasil tangkapannya dari manusia dan hewan lainnya.

Beragam mitos nan disajikan dari tiap rumah adat pun sangat berbeda-beda, masyarakat persawahan sangat kental dengan unsur Nyai Pohaci atau Dewi Padi, sedangkan masyarakat bahari akan lebih kental dengan budaya Nyai Roro Kidul atau Ratu Pantai Selatan.

Bahan standar nan digunakan buat membangun rumah-rumah adat tersebut pun bermacam-macam, ada nan menggunakan bahan bambu, kayu, batu, dan lain sebagainya nan dapat diidentifikasi sebagai bagian dari filosofi kehidupannya sebagai masyarakat adat tertentu.

Dari rumah nan terbuat dari bahan batu, maka kita dapat mengidentifikasi masyarakat adat tersebut sebagai orang nan bermata pencaharian sebagai pemburu. Sementara itu, masyarakat adat nan tinggal di rumah adat dengan bahan kayu dan bilik anyam akan teridentifikasi sebagai masyarakat tani atau ladang nan juga memiliki kerajinan tangan serupa.

Untuk mengenal kebudayaan nan ada di Indonesia, tak hanya butuh penelitian nan sebentar. Tentu dibutuhkan waktu nan sangat lama sehingga kita dapat memahami ciri kebudayaan nan dihasilkan dari kekayaan negeri ini.