Kerusakan Liang Telinga

Kerusakan Liang Telinga

Kita tentunya tak ingin jika terjadi cedera atau kecacatan pada bagian tubuh kita. Apalagi jika bagian tubuh itu merupakan salah satu dari panca indera kita. Yup , pada dasarnya, kita memiliki lima indera, yaitu mata, hidung, lidah, telinga , dan kulit. Telinga ialah indera nan berfungsi buat mendengar atau mendeteksi suara.

Telinga merupakan bagian dari sistem pendengaran. Selain memiliki fungsi sebagai indera pendengar, telinga juga berfungsi buat membantu ekuilibrium posisi tubuh. Kata telinga bisa digunakan secara sahih buat menjelaskan seluruh organ atau hanya bagian nan terlihat saja.

Sebagian besar mamalia memiliki daun telinga nan disebut juga dengan pinna . Daun telinga merupakan bagian pertama dari langkah-langkah pendengaran. Pada manusia, daun telinga biasa juga disebut dengan aurikel . Hewan bertulang belakang memiliki sepasang telinga nan terletak simetris pada sisi kiri dan kanan kepala. Susunan ini membantu kemampuan buat melokalisasi sumber suara.

Berikut ini akan dijabarkan beberapa jenis kerusakan nan bisa menimpa telinga.



Kerusakan Aurikel atau Daun Telinga

Aurikel atau daun telinga bisa dengan mudah rusak. Hal ini sebab daun telinga terdiri dari tulang rawan nan ditutupi kulit, dengan hanya memiliki bantalan tipis dari jaringan ikat. Penanganan nan kasar dari telinga bisa menyebabkan pembengkakan nan bisa merusak pasokan darah ke kerangkanya, yaitu tulang rawan nan berkaitan dengan pendengaran.

Seluruh kerangka tulang rawan diberi makan oleh membran epilog tipis nan disebut perikondrium (secara literal memiliki arti di sekitar tulang rawan). Segala cairan dari pembengkakan atau darah dari cidera nan terkumpul di antara perikondrium dan tulang rawan di bawahnya bisa membahayakan terpisahnya tulang rawan dari pasokan nutrisi. Jika bagian dari tulang rawan kelaparan dan mati, maka telinga tak bisa pulih kembali ke bentuk normalnya.

Bahkan, tulang rawan menggumpal dan berubah bentuk. Telinga pegulat ialah salah satu istilah nan digunakan buat menjelaskan akibat tersebut. Hal ini dikarenakan gulat merupakan salah satu penyebab cedera tersebut bisa terjadi. Telinga kembang kol juga menjadi nama lain buat kondisi nan sama. Karena daun telinga nan menebal bisa mirip dengan sayuran tersebut.

Lobulus telinga atau cuping telinga ialah salah satu bagian dari daun telinga nan biasanya tak terdiri dari tulang rawan. Malah bagian ini merupakan secuil jaringan adiposa atau lemak nan ditutupi oleh kulit. Ada berbagai variasi nan normal dari bentuk cuping telinga. Ukurannya dapat kecil atau besar. Kesobekan dari cuping telinga bisa diperbaiki dengan hasil nan bagus. Karena tak ada tulang rawan maka tak ada risiko stigma dari gumpalan darah atau cedera dari tekanan pada cuping telinga.

Cedera lain pada bagian luar telinga bisa sering terjadi dan bisa meninggalkan kecacatan nan besar. Beberapa cedera nan sering terjadi di antaranya ialah terkoyak dari kaca, pisau, dan cidera gigitan, cidera avulse, kanker, radang dingin dan terbakar.



Kerusakan Liang Telinga

Cedera liang telinga bisa disebabkan oleh petasan dan peledak lain, maka dari itulah sebaiknya petasan itu dilarang sebab sangat berbahaya. Selain bahaya, bagian tubuh dapat terbakar jika terkena ledakan, juga bahaya dari suara nan ditimbulkan nan bisa mencederai bagian dari telinga. Penyebab lain nan bisa mengakibatkan kerusakan liang telinga ialah trauma mekanis dari penempatan benda asing ke dalam telinga.

Liang telinga justru sering trauma dari usaha pembersihan telinga. Bagian luar dari kanal telinga bertumpu pada daging kepala. Bagian dalamnya bertumpu pada bukaan tengkorak tulang nan disebut meatus auditorus ekternu s. Kulitnya sangat berbeda pada setiap bagian. Kulit bagian luar tebal dan mengandung kelenjar sebagaimana folikel rambut.

Kelenjar tersebut mengeluarkan serumen nan disebut juga sebagai lilin telinga . Kulit dari bagian luar bergerak sedikit jika daun telinga ditarik. Kulit ini longgar pada jaringan di bawahnya. Kulit dari liang sempit ini, tidak hanya kulit paling lembut dari badan manusia, tetapi juga sangat kencang menempel pada tulang di bawahnya. Benda runcing nan biasa digunakan buat membersihkan serumen keluar dari telinga tanpa melihat malah dapat mengakibatkan lilin terdorong masuk, dan kontak dengan kulit tipis dalam liang sempit nan bisa menyebabkan luka dan perdarahan.



Trauma Telinga Tengah

Seperti halnya trauma telinga luar, trauma telinga tengah sering diakibatkan oleh cedera ledakan dan kemasukan benda asing ke dalam telinga. Keretakan tengkorak nan menuju bagian loka struktur telinga (tulang sementara) bisa juga menyebabkan kerusakan pada telinga tengah. Lubang kecil pada membran timpani biasanya pulih dengan sendirinya, namun lubang besar kemungkinan membutuhkan transplantasi.

Pergeseran dari tulang-tulang kecil bisa mengakibatkan hilangnya pendengaran nan konduktif dan hanya bisa diperbaiki dengan operasi. Pergeseran paksa dari tulang-tulang sanggurdi ke telinga bagian dalam bisa mengakibatkan hilangnya pendengaran syaraf indera nan tak bisa diperbaiki, bahkan jika tulang-tulang kecil dikembalikan ke posisi semula. Hal ini sebab kulit manusia memiliki kulit anti air bagian atas dari sel-sel kulit wafat nan mengelupas secara konstan, pergeseran dari bagian membran timpani atau liang telinga ke dalam telinga tengah atau bagian nan lebih dalam oleh trauma bisa sangat traumatis.

Jika kulit pengganti tumbuh di dalam daerah tertutup, permukaan nan lepas akan menumpuk berbulan-bulan dan bertahun-tahun sehingga membentuk cholesteatoma atau homogen tumor nan tak ganas. Cholesteatoma bukanlah pembengkakan, namun suatu kista kulit nan bisa melebar dan mengikis struktur telinga. Pengobatan dari cholesteatoma ini ialah dengan operasi.



Trauma Telinga Dalam

Ada dua prinsip prosedur kerusakan pada telinga bagian dalam pada masyarakat industri, dan keduanya mencederai sel rambut. Pertama ialah gambaran terhadap taraf suara nan tinggi atau dapat disebut juga sebagai trauma kebisingan dan kedua ialah gambaran terhadap obat-obatan atau zat-zat lain nan disebut juga sebagai ototoxicity .

Pada 1972, Enviromental Protection Agency atau Agen Konservasi Lingkungan Amerika Perkumpulan mengatakan pada Kongres bahwa setidaknya 34 juta orang terpaparkan oleh taraf suara setiap hari nan bisa mengakibatkan hilangnya pendengaran nan cukup serius. Tentu saja pendengaran ini tak terlepas dari fungsi telinga sebagai indera pendengaran. Akibat pada global luas pada negara-negara industri jumlah populasi nan mendapatkan gambaran suara ini dapat mencapai ratusan juta.

National Institute for Occupational Safety and Health atau Institut Nasional buat Keselamatan dan Kesehatan Kerja baru-baru ini mempublikasikan penelitian mengenai estimasi jumlah orang nan mengalami kesulitan mendengar sebesar 11 persen dan persentase nan mendapatkan gambaran kebisingan kerja sebanyak 24 persen. Lebih lanjut lagi menurut National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) atau Survey Uji Kesehatan dan Nutrisi Nasional, sekitar dua puluh dua juta (17%) dari pekerja Amerika perkumpulan dilaporkan mendapatkan gambaran kebisikan kerja nan berbahaya.

Para pekerja terpapar kebisingan berbahaya nan bisa memperburuk potensi lebih lanjut dari pengembangan kebisingan nan menyebabkan kehilangan pendengaran ketika mereka tak mengenakan pelindung telinga atau pelindung pendengaran.

Oleh sebab itu, mumpung belum terlambat, jaga baik-baik kesehatan telinga kita. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Belum tentu juga kesehatan telinga bisa pulih walau sudah mengambil langkah operasi sekalipun. Hati-hati juga dalam upaya membersihkan telinga, sebaiknya dengan alat spesifik atau ke dokter spesialis nan ahli. Jika ke rumah sakit, dokter nan spesifik menangani bidang ini ialah THT.