Naif dan Album-Albumnya

Naif dan Album-Albumnya

Anda nan getol musik-musik dari group band Indonesia niscaya tak asing dengan lagu Posesif. Lagu nan menampilkan seorang transgender sebagai bintang video clipnya ini mendadak terkenal kala itu. Nama band pemilik lagu itupun tiba-tiba banyak dibicarakan. Siapa lagi kalau bukan Naif?

Sebagai nama sebuah group band, nama Naif terbilang cukup unik. Sama sekali tak terdengar sebagai nama dari sekumpulan musisi. Biasanya, para musisi lebih suka menggunakan “The” di depannya. Seperti The Potters, The Beatles, The Rock, dan the-the lainnya.



Naïf dan Genre Musik Zadul

Dari segi pemilihan nama saja band ini sudah terlihat nyentrik dibanding band lainnya. Mereka seolah ingin tampil beda, bahkan ketika pertama kali muncul di hadapan masyarakat banyak. Tidak heran jika lagu mereka pun terdengar berbeda dari band-band Indonesia kebanyakan.

Nuansa tahun 1970 hingga 1980-an begitu terasa di setiap pilihan nada dari lagu-lagu milik mereka. Telinga nan tak terbiasa mendengarnya niscaya akan merasakan keanehan dan dapat jadi langsung tak menyukainya. Berbeda dengan mereka nan nan getol terhadap lagu-lagu zadul. Naïf dapat jadi merupakan satu-satunya band Indonesia masa kini nan mewakili kejayaan band-band masa lalu.

Naïf seperti jelmaan dari musisi-musisi zamannya Koes Plus dkk. Musik mereka sangat bersahabat bagi telinga orang tua kita. Selera musik ayah atau ibu Anda tak jauh dari rangkaian nada-nada milik David, Emil, dan kawan-kawan. Mereka datang dengan genre musik nan unik buat sekarang ini.

Meskipun demikian, bukan berarti musik mereka hanya disukai oleh orang-orang zadul. Buktinya, banyak di antara anak muda nan juga menggilai musik-musik karya David dkk. Alasannya niscaya beragam. Mulai dari unik hingga memang kualitasnya nan dinilai bagus dan tak pasaran.

Bandingkan dengan musik-musik dari group band Indonesia lainnya. Group band ini terlihat menonjol dan berbeda. Mereka konfiden dengan genre musik nan diusungnya. Konfiden bahwa di Indonesia ini masih banyak orang-orang nan menyukai pilihan nada-nada klasik sekaligus asyik.

Berbekal keyakinan dan idealisme mereka terhadap musik, Naif pun melangkah dan siap bersaing dengan band-band lain nan genre musiknya lebih universal, umum, dan market oriented . Seolah tak takut dengan ancaman evaluasi pasar nan kasar dan apa adanya, dengan penuh percaya diri, group band ini mulai mengenalkan lagu-lagunya.

Kemunculannya pertama kali dengan hits Posesif, dapat jadi langsung mengingatkan Anda dengan lagu-lagu miliknya Koes Plus, Panjaitan Bersaudara alias Panbers, dan band-band milik Indonesia lainnya di masa lalu. Responnya pun niscaya beragam. Ada nan menganggapnya aneh, tapi tidak sedikit juga nan langsung menyukainya.

Dari awal kemunculannya hingga sudah menelurkan album lebih dari lima, Naif tetap konsisten dengan genre musik “ zadul ” sebagai identitasnya di belantika musik Indonesia. Kemunculan band-band baru dengan genre musik nan lebih kekinian tak mengubah pikiran dan idealisme mereka.
Aroma “kezadulan” bukan hanya terasa dalam setiap lagu-lagu nan dibawakan.

Penampilan mereka ketika tampil di depan banyak orang pun tidak kalah “ajaib”. Melihat penampilan mereka ketika membawakan lagu-lagu andalannya, secara tiba-tiba kita akan merasa dibawa ke tahun 1980-an. Celana cutbray, pakaian kemeja ketat dengan motif-motif berani, ditambah kacamata, sepatu hingga potongan rambut semuanya sempurna.



Terbentuknya Naif

Band ini dibentuk pada 1995 lalu. Tepatnya pada 22 Oktober 1995. Band nan dibentuk di ibukota ini beranggotakan empat lelaki nyentrik dan nyeni . Bukan hanya sebab musik mereka nan zadul, penampilan keempat pria ini pun tak kalah zadul. Terlebih ketika mereka tengah tampil.

Keempat pria dengan pola pikir unik ini ialah Bayu Danang Jaya atau David nan berperan sebagai vokalis, Mohammad Amil Hussein atau Emil sebagai bassist, Fajar Endra Taruna atau Jarwo sebagai gitaris, dan Franki Indrasmoro Sumbodo atau Pepeng pada drum. Mereka kompak tampil beda buat meramaikan global musik di Indonesia.

Wajar jika mereka nyentrik dan memiliki selera nan tak generik buat masanya. Lingkungan pergaulan ialah faktor terkuat nan mempengaruhi. Sama-sama kuliah di IKJ (Institut Kesenian Jakarta), para personil band ini di masa lalunya ialah mahasiswa seni rupa nan hobi kongkow dan bermusik.

Hobi bermusik mereka pun ditekuni dengan serius. Menyewa studio musik buat latihan pun dilakukan. Band mereka pun perlahan mulai mengikuti acara-acara musik. Beberapa kali mereka ikut menjadi pengisi acara di kampus mereka, IKJ. Musik-musik karya mereka pun mulai dperdengarkan, seperti Piknik ’72 dan Benci Libur.

Satu tahun setelah terbentuk, pada 1996 mereka mulai berani mengirimkan demo lagu ke salah satu perusahaan rekaman. Saat itu, Bulletin tengah mencari band-band baru buat dibuatkan sebuah album kompilasi, dan mereka tertarik buat mengikutinya. Tanpa disangka, demo nan dikirimkan ternyata menarik minat produser buat membuatkan album terpisah buat Naif. Jadilah mereka seperti sekarang ini.



Naif dan Album-Albumnya

Karir mereka di global musik Indonesia pun mulai terbuka. Kerjasama dengan Bulletin sebagai perusahaan rekaman pertama mereka sekaligus menjadi jalan atas terciptanya album Naif yang pertama. Album ber- title sama, Naif, diluncurkan pada 1998. Anda nan terpincut oleh salah satu lagunya berjudul Mobil Balap, lagu tersebut berasal dari album pertama Naif.

Di album pertama ini terdapat 10 lagu. Semuanya dikemas secara apik oleh David, Emil, Jarwo, Pepeng dan saat itu masih ada Chandra. Selain Mobil Balap, lagu lain nan terdapat di album pertama mereka di antaranya Piknik ’72, Jauh, Sekali Layar, Penari Langit, Rumah nan Yahud dan Imaginary Son.

Selama dua tahun, lagu Naif ikut meramaikan persaingan antara musisi. Hingga pada tahun 2000, mereka kembali menelurkan album. Kali ini, album ber- title Jangan Terlalu Naif menjadi bukti eksistensi mereka di global musik. Di album nan kedua inilah, band ini benar-benar menjadi begitu populer. Berkat lagunya berjudul Posesif, band ini langsung menanjak ke puncak popularitas.

Lagu Posesif ini bahkan dinobatkan sebagai salah satu dari 150 lagu populer sepanjang masa oleh majalah Rolling Stone Indonesia. Di albumnya nan kedua, ada 12 lagu nan dapat dinikmati. Selain Posesif ada lagu-lagu lainnya, antara lain Towal-towel, Jual Pesona, Hai Monas, Kencan Pertama dan Si Mesin Waktu.

Di albumnya nan ketiga, band ini semakin memperkukuh posisinya. Dengan bekal 13 lagu dalam album ber- title Titik Cerah, Naïf seolah mendapatkan titik cerah dalam perjalanan karirnya. Dengan lagu andalan nan berjudul cukup panjang “Dia ialah Pusaka Sejuta Umat Manusia nan Ada di Seluruh Dunia”, group band ini kembali tampil beda.

Selain judul lagu nan cukup panjang tersebut, masih ada lagu lainnya seperti Aku Rela, dan Curi-curi Pandang nan juga tidak kalah tenar. Lagu ketiga ini dirilis dua tahun kemudian dari kemunculan album Naif nan kedua di tahun 2000, yakni pada 2002.

Tiga tahun kemudian, tepatnya 2005 mereka mengeluarkan album The Best. Album ini berisi lagu-lagu Naif nan populer. Ada sekitar 16 lagu, antara lain Towal-towel, Aku Rela, Jikalau, Mobil Balap, Piknik ’72, dan tidak ketinggalan Posesif. Tambahan dua lagu baru semakin menyempurnakan album milik band ini.

Naïf tak berhenti sampai di situ. Album keempat pun diluncurkannya. Pada 2005, melucurlah album Retropolis dengan lagu andalan Benci buat Mencinta. Album ini berisi 12 lagu, dan semuanya sudah niscaya berkualitas.

Pada album kelima, band ini tak lagi bekerja sama dengan Bulletin. Album selanjutnya ditangani oleh Electrified Records. Album pertama nan ditangani oleh ER ini ialah Televisi. Album ini memiliki lagu andalan Di mana Aku di Sini. Berisikan 13 lagu dan semuanya ialah karya Naif.

Lanjut dengan album Let’s Go di tahun 2008, kemudian Bonbinben juga di tahun nan sama, lalu ada A Night At Schouwburg di tahun 2008, dan terakhir Planet Cinta, Naif menggila. Di album Bonbinben, personil band ini sengaja mendedikasikan album tersebut buat anak-anak Indonesia.

Ini ialah salah satu bentuk kekhawatiran mereka terhadap global anak-anak nan tak lagi anak-anak. Banyaknya anak-anak nan lebih sering menyanyikan lagu-lagu dewasa membuat para personil band ini merasa perlu mengeluarkan album dengan tema anak-anak. Di album Bonbinben ini ada 8 buah lagu. Judul lagu nan ada di dalam album ini pun sangat anak-anak, seperti Bernyanyi Bersama, Ayah dan Ibu, Mama dan Bulan Purnama juga Sedih Hutanku.

Meskipun namanya tak segaung dulu, Naif tetap ada dan berkontribusi buat global musik Indonesia. Bagaimanapun, karya-karya mereka pernah mewarnai jagat permusikkan Indonesia. Disakai atau tidak, itu kembali pada selera masing-masing.