Memangku Resah

Memangku Resah

Sebelum memulai pembahasan mengenai kumpulan puisi patah hati , mari kita bahas apa itu patah hati. Pembahasan akan seru jika dimulai dengan pertanyaan "Siapa nan tidak pernah mengalami patah hati?" Ya, coba tanyakan pada setiap orang nan pernah jatuh cinta. Niscaya mereka menjawab, "Ya. Aku pernah patah hati."

Tidak semua orang dapat mengekspresikan rasa sakit nan dideritanya sebab tak semua orang dapat berbagi tentang rasa sakitnya. Jatuh cinta atau patah hati ialah buah dari romantika kehidupan manusia. Jika masih memiliki hati, setiap orang niscaya merasakan apa nan dinanamakan cinta dan rasa sakitnya.

Jika kita sedikit lebih peka dan ingin berbagi ikut merasakan dengan orang lain, tak ada salahnya mengekspresikan rasa sakit kita lewat sebuah tulisan. Tulisan itu dapat berupa buku diary, cerpen, atau menulis puisi.

Ketika menulis tentang rasa sakit kita, menurut para psikolog, hal ini akan membantu mempercepat penyembuhan dari rasa sakit nan berkepanjangan. Kenapa?

Karena dalam setiap kata nan tuliskan ada emosi nan kita ekspresikan. Banyak orang nan mengekspresikan rasa sakitnya pada hal-hal negatif, seperti mabuk-mabukan atau berongsang pada orang lain.

Hal ini tentu mempunyai imbas buruk pada orang lain atau lingkungan sosial loka kita tinggal. Namun, lain halnya ketika kita mengekspresikan rasa sakit lewat sebuah puisi.

Puisi ibaratnya lebih dari seorang sahabat nan sangat mengerti kita. Kadang, ketika curhat pada sahabat, kita hanya butuh didengarkan bukan buat dikomentari. Sebaliknya, sahabat kita selalu memberi solusi agar kita menjadi lebih baik lagi.

Solusi tersebut kadang bertentangan dengan ideologi kita, kadang melaksanankannya, atau kadang tak sama sekali. Sesungguhnya, diri kita hanya dapat diperbaiki dari dalam hati kita.

Dengan menulis puisi, kita sudah mengutarakan apa nan kita rasakan lewat kata-kata. Puisi nan kita tulis tak akan memberi komentar apa-apa tentang sakit nan kita rasakan.

Dengan puisi, kita akan lebih merenung tentang diri kita, tentang kesalahan kita, dan tentang apa nan seharusnya kita lakukan buat pemugaran kedapannya. Dengan puisi saya bernyanyi, dengan puisi saya berdoa, dengan puisi saya berbagi.

Seperti nan dilakukan penyair besar kita, Kahlil Gibran, nan puisi-puisinya menggugah, memberi insipirasi, dan menyembuhkan banyak orang dari rasa sakitnya. Satu lagi kehebatan puisi bahwa ternyata puisi dapat menjadi obat. Berikut ini merupakan contoh puisi patah hati dari kumpulan puisi patah hati Kahlil Gibran.



Sayap-sayap Patah

Wahai langit....
Tanyakan pada-Nya Mengapa Dia menciptakan sekeping hati ini....
Begitu ringkih dan mudah terluka....
Saat dihadapkan dengan duri-duri cinta Begitu kuat dan kokoh....
Saat berselimut cinta dan asa....
Mengapa Dia menciptakan rasa sayang dan rindu di dalam hati ini....
Mengisi kekosongan di dalamnya Menyisakan kegelisahan akan sosok sang kekasih Menimbulkan segudang tanya....
Menghimpun berjuta asa....
Memberikan semangat juga meninggalkan kepedihan nan tidak terkira....
Mengapa Dia menciptakan kegelisahan dalam jiwa....
Menghimpit bayangan.... Menyesakkan dada....
Tak berdaya melawan gejolak nan menerpa....

Wahai ilalang....
Pernahkan kau merasakan rasa nan begitu menyiksa ini ?
Mengapa kau hanya diam....
Katakan padaku.... Sebuah kata nan dapat meredam gejolak jiwa ini....
Sesuatu nan dibutuhkan raga ini....
Sebagai pengobat rasa sakit nan tidak terkendali....
Desiran angin membuat berisik dirimu....
Seolah ada sesuatu nan kau ucapkan padaku....
Aku tidak tahu apa maksudmu.... Hanya menduga....
Bisikanmu mengatakan ada seseorang di balik bukit sana....
Menunggumu dengan setia.... Menghargai apa arti cinta....
Hati terjatuh dan terluka.... Merobek malam menoreh seribu duka....
Kukepakkan sayap-sayap patahku.... Mengikuti hembusan angin nan berlalu....
Menancapkan rindu.... Di sudut hati nan beku....
Dia retak, hancur bagai serpihan cermin.... Berserakan.... Sebelum
hilang diterpa angin.... Sambil terduduk lemah Ku coba kembali mengais residu hati....
Bercampur baur dengan debu....
Ingin ku rengkuh.... Ku gapai kepingan di sudut hati....
Hanya bayangan nan ku bisa ....
Ia menghilang saat mentari turun dari peraduannya ....
Tak sanggup kukepakkan kembali sayap ini....
Ia telah patah.... Tertusuk duri nan tajam....
Hanya dapat meratap.... Meringis....
Mencoba menggapai sebuah pegangan....

by: Kahlil Gibran

Puisi Sayap-sayap Patah Kahlil Gibran tersebut mengekspresikan betapa besar cinta penyair pada kekasihnya.

Selain pusi tersebut, penulis juga memiliki kumpulan puisi patah hati milik seorang sahabat nan sangat menyentuh hati. Penulis rasa, puisinya ini tidaklah kalah dengan puisi sebelumnya, milik Kahlil Gibran.



Harusnya Ibu Pun Tahu!

Katakan pada Ibu, besok saya tunggu di senja nan tadi. Lalu, kabarkan pada hujan nan tadi pula bahwa saya dan Ibu akan bersua di senja nan sama. Esok, di senja dan perhentiannya, saya akan bertutur banyak pada Ibu tentang senja dan hujan nan baru saja kulewati.

Ibu, masihkah kau di sana? Dengarkan aku, Ibu. Kali ini, saya takmain-main. Ada sebentuk nan tadinya kuanggap harap, lepas musnah takberjejak.

Ibu, sungguh. Aku takmain-main. Yah, buat apa lagi saya layak bermain-main. Kecuali, dengan Ibu. Itu pun dulu. Ketika saya bergelak di pangkumu.

Kini, saya tinggal sebatang. Aku nan berharap, saya pula nan memangkunya, lantas saya pula nan seolah melepasnya. Bukan aku, Ibu. Sungguh.

Dialah nan melepasnya. Orang nan sejak tadi berpura mencium tangan Ibu dan memintaku serta dengannya. Dialah orangnya. Orang nan sebentuk hatinya telah lenyap.

Ibu, dengarkan saya kali ini!

Aku sungguh takmain-main. Ada sebentuk nan tadinya kuanggap harap, lepas musnah takberjejak.

Ingatkan aku, Ibu!

Jika nanti saya kembali.

***



Memangku Resah

Pembaringan pun terasa bak ranjang paku. Sakit sekujur ditikam lidah. Ngilu badan dicambuk resah. Ini takadil, Tuhan. Tidak pula demikian berpihak pada jiwa selainku.

Lantas, di manakah nan Kaumaksud? Siapakah seraut paras nan Kautampakkan kemarin malam? Apakah ia hanya bayanganku? Cermin diri nan tergesa berlari. Tuhan, tunjukkan jika dia konkret ada! Lantas, enyahkan jika dia taknyata ada!

Basah. Februari awal mengguyur badan. Perih. Percikan hujan berasa asin. Menyapu paras dengan tanah. Tidak bisa. Basah. Tumpah. Gerimis hujan bercampur gerimis mata air serupa garam.

Malam nan menusuk amat tajam. Takada loka bercerita. Takkuasa berbagi, kecuali dengan diri. Aku sakit, dalam pun ikut. Aku luka, dalam pun turut. Bercumbu dengan jiwa sendiri. Berkeluh dengan raga sendiri. Nyaris wafat terhunus sepi.

Ini adil, Tuhan. Sangat adil. Namun, bukan bagiku.

***



36.000 Detik nan Lalu

Ada sapa hangat dan lembut di ruang ini. Masih. 36.000 detik lalu kita masih baik-baik saja. Kita masih satu. Kita masih. Aku masih. Kau pun masih. Sudahlah. Anggap saya salah! Jawabnya amatlah sederhana. Barangkali, kita memang bukan jodoh. Jangan bicara lagi! Akulah nan salah. Akulah nan terlampau beraku, mengaku. Terima kasih warna!

***



Ternyata, Dia Takmau Ditunggu

Matahari dan bulan nan sama masih tunduk akan titah langit. Di penjelmaannya, matahari membakar dan bulan menghangat. Di bawah terik matahari, ia ingin lepas berpeluk. Di bawah terang bulan, kita pun mengerat. Dulu. Saat mimpiku masih jadi sebatas mimpi. Kini, lain lagi cerita. Yang mimpi itu tak sejalan. Endingnya takseindah jelmaan mimpi.

By: Lina P.

Jadi, mulailah menulis puisi, mulailah berbagi, siapa tahu kumpulan puisi patah hati Anda menjadi sumber inspirasi buat mencipta karya.