Harta Sang Raja

Harta Sang Raja



Pengaruh Sang Raja

Raja Thailand memang sangat istimewa. Ia bukan raja dengan paras yang rupawan. Ia juga bukan raja dengan penampilan nan begitu gagah bagai seorang pemain film atau seorang model. Ia ialah raja dengan kekuatan batin nan sangat besar sehingga ia mampu mencintai rakyatnya melebihi dirinya sendiri. Tidak mengherankan kalau rakyatnya pun sangat mencintainya. Ia memang bukan seseorang nan menjalankan tampuk pemerintahan sehari-hari. Ada seorang perdana menteri nan melakukan pekerjaan tersebut.

Perdana menteri ini dipilih dengan lewat sebuah pemilu. Bagaimana dengan raja? Ia juga akan menentukan siapa nan akan dipilihnya. Bahkan ketika Thailand dilanda krisis ekonomi dan juga krisis kepemimpinan secara politik, sang raja turun tangan dan berusaha menenangkan massa sehingga bentrok nan lebih mengerikan tak terjadi. Seperti semua maklum, konfrontasi antarpendukung perdana menteri memang sempat membuat Thailand lumpuh.

Para demontran membuat kota pariwisata ini tak mampu melawan gerakan para demontran nan cukup berinngas itu. Akhirnya jatuhlah korban dari pihak demontran ketika pihak berwenang berusaha mengusir dan menghalau mereka. Seperti gerakan demontrasi lainnya, ketika tuntutan para demontran belum dipenuhi, mereka akan tetap berada di tempatnya. Bagi pihka berwenang, apa nan dilakukan oleh para demontran ini tentu saja akan mengganggu aktivitas masyarakat generik nan tak bersalah.

Nama negara di luar negeri juga akan dicap kurang baik sebab dianggap tak mampu menjadi keamanan dan pertahanan dalam negeri. Hal ini akan menghambat dana investasi dari luar negeri buat masuk ke dalam negeri. Padahal, tanpa adanya investasi tersebut, negara kesulitan mewujudkan agenda pembangunan. Hal inilah nan terkadang akhirnya memicu tindakan represif dari pihak nan berwenang. Mereka akan melindungi aset negara.

Kepentingan para demontran mungkin baik tetapi kalau dilakukan dengan cara mengblokade atau bahkan membuat pagar betis agar aparat tak dapat membubarkan mereka, maka hal ini akan membuat repot semua pihak. Kekuatan raja di Thailanda memang luar biasa. Ketika raja telah memerintahkan agar pihak berwenang mengabulkan permintaan para demontran, misalnya, maka pihak nan berwenang seakan tak dapat melakukan apa-apa selain mengikuti perintah sang raja itu. Secara logika pun begitu.

Sebaliknya kalau sang raja memerintahkan agar para pihak berwenang membubarkan demontran, maka tak ada pengcualian, semua harus mengikuti perintah raja. Dengan demikian, Thailand akan selalu mempunyai pendukung nan sangat setia pada rakyat, yaitu raja mereka sendiri. Raja nan berpikir bahwa tahtanya buat rakyat, niscaya akan disayangi oleh rakyatnya. Tidak perlu ada kisah-kisah nan luar biasa tentang sang raja. Rakyat dapat menilai, maka nan memang sayang pada mereka dan mana nan hanya ingin sebagai pemanis bibir saja.

Orang nan sayang pada orang lain, akan disayangi oleh orang-orang nan ia sayangi. Hal ini tak hanya berlaku pada raja, orang biasa saja juga akan mendapatkan hal nan sama. Tidak salah kalau banyak orang nan berusaha buat menyayangi orang lain dengan sepenuh jiwa. Hal ini dilakukan sebagai bentuk bakti kepada Tuhannya. Ketika ia sayang pada mahluk Tuhannya, maka Tuhannya akan sangat sayang kepadanya. Raja Yogyakarata juga seperti itu. Kesederhanaan telah membuat orang sayang kepada raja Yogyakarta.

Ia bekerja buat rakyatnya. Ia berjuang demi rakyatnya. Raja-raja nan sangat sayang pada rakyatnya dan memikirkan kesejahteraan mereka, akan mendapatkan perhatian dan afeksi nan setimpal. Kata-katanya akan didengar dan ia akan dihargai dan dihormati dengan tulus. Sebenarnya hal ini berlaku kepada semua pemimpin. Tidak harus menjadi seorang raja. Seorang ayah nan rela bekerja keras demi kebahagiaan keluarganya niscaya akan dihargai dengan tulus oleh anggota keluarganya. Ia akan disayangi dan dicintai.

Sebaliknya, seorang ayah nan pelit dan tak mau bekerja keras serta makan uang istrinya, niscaya tak akan mendapatkan cinta dari anak dan istrinya. Bahkan mungkin sang istri tak kuat dan menuntut perceraian. Kalau ingin mendapatkan cinta dari keluarga atau orang nan dipimpin, cintai dan sayangi nan dipimpin dengan tulus. Bekerja keras dan biarkan orang nan dipimpin merasakan hasil dari kerja keras tersebut.



Eksotis

Thailand memang negeri eksotis. Kebudayaan dan harga diri sebagai bangsa merdeka, tetap menjadi “kekayaan” nan tidak dimiliki negeri sekitarnya. Ternyata, tidak hanya itu. Thailand termasuk negara dengan penguasanya (raja Thailand) memiliki kekayaan berlimpah ruah. Emas nan banyak dengan semua peninggalan kerajaan dari raja sebelumnya nan banyak, telah membuat kekayaan raja semakin berlimpah ruah.

Situs bisnis terkemuka, Forbes, di tahun ini (2010) mengumumkan bahwa Raja Thailand merupakan penguasa (raja dan ratu) terkaya di dunia. Mengalahkan raja dan ratu lainnya, seperti Sultan Haji Hassanal Bolkiah dari Brunei Darusalam, Raja Abdullah bin Abul Aziz dari Arab Saudi, Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahayan dari Uni Emirat Arab, Pangeran Albert II dari Monaco, Ratu Ratu Elizabeth II asal Inggris, dan Ratu Beatrix dari Belanda. Kekayaan itu bersumber dari harta peninggalan, juga harta nan dibeli pada saat ia bertahta.

Raja Bhumibol Adulyadej dari Dinasti Chakri tercatat memiliki kekayaan sebesar USD 35 miliar (Rp 322 triliun) dan tanah seluas 3.493 hektare di Bangkok. Berusia 82 tahun, raja dari negeri gajah putih ini termasuk penguasa terlama sebagai raja di Thailand (62 tahun). Selama itu pula, kekayaan sebagai seorang raja terus mengalir dalam kehidupannya. Ia nan sangat disegani dan sangat dicintai oleh rakyatnya tak pernah terdengar membelanjakan hartanya secara gila-gilaan.

Ia bukan seperti Sultan Bolkiah nan mempunyai koleksi mobil mewah lebih dari 2000 buah. Ia juga bukan raja nan bahagia berfoya-foya dan berlibur ke negara-negara lain dengan menggunakan jet pribadi nan didesain khusus. Tidak ada liputan nan sangat aneh nan akan membuat orang berpikir negatif tentang sang raja. Semuanya biasa saja dan sang raja terlihat biasa saja juga. Ia tak terlihat glamor seperti seorang raja atau pangeran dari Inggris. Kepribadiannya sederhana dan tak dapat dimasukan ke dalam warta gosip.


Wibawanya sebagai seorang raja pun tidak diragukan. Bagi rakyatnya (masyarakat Thailand), hanya raja nan mampu menyatukan berbagai konflik politik nan kerap terjadi di Thailand. Seperti nan akhir-akhir ini terjadi (tahun 2010), konflik antara Kaos Merah dan pemerintah Thailand nan dianggap korup. Raja Bhumibol Adulyadej juga pernah mendamaikan konflik antara militer dan politisi pada 1992.

Sejak awal berdirinya kerajaan di Thailand pada 1238, negeri ini mengalami beberapa kali pergantian kekuasaan. Tercatat ada sembilan dinasti dengan empat kerajaan nan mewarnai pemerintahan di Thailand. Meskipun sekarang ini Thailand merupakan negara berbentuk monarki konstitusional dengan Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan, tetap tidak mengurangi wibawa dan kekuasaan raja.



Harta Sang Raja

Lalu, kira-kira dari mana kekayaan luar biasa dari raja berasal? Tidak ada nan tahu pasti. Dapat dari uang pajak negara. Dapat juga dari aset negeri berpenduduk 64.700.000 (tahun 2006) nan dikelola oleh keluarga kerajaan. Dapat pula dari warisan kerajaan nan berabad-abad memerintah tersebut. Hanya saja, mayoritas penduduk Thailand tak percaya kalau rajanya termasuk raja terkaya di antara raja-raja di dunia.

Reaksi negatif itu salah satunya ditunjukkan oleh penyataan nan dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Thailand. Mereka menyatakan bahwa warta tersebut tak benar. Beberapa kekayaan (aset) nan disebut sebagai kepunyaan raja, menurut mereka bukanlah milik raja. Tetapi milik seluruh rakyat Thailand nan dikelola oleh keluarga raja atau forum terkait.

Benar atau tidaknya penyataan tersebut, lagi-lagi tak ada nan tahu pasti. Sebagaimana lazimnya kekuasaan nan bersifat feodal (kerajaan), akses keterbukaan (transparansi) pun susah didapatkan. Inilah Raja Thailand dengan segala keunikannya.