3. Exposure (Pencahayaan)

3. Exposure (Pencahayaan)

Fotografi, nan berasal dari kata photography , terdiri atas foto nan berarti cahaya dan graphia nan berarti menulis atau menggambar. Jadi, bisa disimpulkan bahwa dasar dasar fotografi adalah suatu teknik menulis ataupun menggambar sebuah objek dengan menggunakan cahaya. Oleh karena itu, cahaya sangat berperan krusial dan merupakan sumber primer dalam menghasilkan sebuah gambar.

Bagi para kawula muda nan akrab dengan teknologi, dan khususnya mereka nan merupakan pecinta fotografi dan digital imaging , pastilah mengenal program-program maupun software nan bisa memanipulasi gambar. Maksudnya, gambar nan kurang bagus bisa terlihat luar biasa keren dengan donasi program sejenis.

Beberapa orang berpikiran sederhana bahwa buat menghasilkan sebuah gambar nan sempurna, tak perlu bersusah payah buat berlatih apalagi harus mengenal dasar dasar fotografi.

Tentu saja pemikiran nan demikian sudah niscaya salah besar. Ingat, sesuatu nan diterima begitu saja dengan instan, tanpa perlu mempelajari dasar-dasarnya, niscaya akan mudah dan cepat terlupakan.

Lagipula, apakah Anda akan merasa puas apabila mendapatkan gambar bagus bukan murni dari kemampuan Anda melainkan oleh donasi peralatan-peralatan canggih tersebut? Tentu tidak, bukan?

Oleh sebab itu, berikut informasi tentang dasar dasar fotografi buat memperdalam pengetahuan Anda, para pembaca nan tertarik atau mungkin baru akan memulai berfotografi ria. Berikut ini beberapa dasar krusial dalam fotografi:



1. Aperture (Diafragma)

Aperture atau diafragma merupakan istilah nan digunakan buat menyebutkan bukaan lensa. Fungsi aperture ialah sebagai katup nan membatasi jumlah sinar nan masuk ke lensa menuju sensor.

Jika diibaratkan sebagai sebuah jendela, diafragma ialah tirainya, nan dapat dibuka dan ditutup buat menyesuaikan intensitas pencahayaan nan masuk. Pada kamera, aperture dilambangkan dengan huruf F dan dengan satuan sebagai berikut: f/1.2; f/1.4; f/1.8; f/2.0; f/2.8; f/3.5; f/4.0 dst.

Harus diingat, semakin kecil angka satuannya maka semakin besar bukaan lensa. Misalnya, antara f/1.4 dan f/4.0, f/1.4 lebih besar bukaannya dibandingkan dengan f/4.0. 2.

Cara terbaik buat memahami konsep dari aperture , yaitu dengan menggunakan kamera dan melakukan beberapa eksperimen. Pergilah keluar dan carilah loka nan memungkinkan Anda dapat mengambil objek foto, baik jeda dekat maupun jauh. Kemudian, ambillah beberapa foto dengan setting aperture nan berbeda. Mulai dari nan terkecil sampai terbesar. Dengan cara demikian, Anda dengan cepat dapat mengetahui dampaknya pada foto tersebut.

Pada bidang fotografi landscape , Anda akan menemui fotografer nan menggunakan pengaturan aperture kecil. Dengan pengaturan tersebut, foreground sampai horizon masih tampak fokus. Di lain sisi dalam bidang fotografi portrait, biasanya lebih mengutamakan fokus pada subyek dan background tidak fokus (blur).

Fotografi portrait biasanya ingin menonjolkan subyek sebagai focal-point. Untuk menghasilkan foto seperti ini harus menggunakan bukaan besar (bilangan kecil). Fotografi makro juga menggunakan bukaan besar. Penggunaan aperture besar ini bertujuan buat memastikan bahwa subyek benar-benar menarik perhatian dan residu elemen foto tampak tak fokus



2. Shutter Speed (Kecepatan Rana)

Shutter speed atau kecepatan rana merupakan kecepatan membuka dan menutupnya ventilasi kamera, sehingga cahaya bisa masuk ke dalam image sensor . Satuan dari shutter speed ialah detik, yaitu 1/1, ½, ¼, 1/8, hingga 1/2000.

1/1 menunjukkan kecepatannya 1/1 detik, sedangkan 1/2000 menunjukkan kecepatannya 1/2000 detik. Jadi, interaksi antara angka satuan dengan shutter speed ialah berbanding lurus. Semakin besar angka satuannya, berarti semakin cepat rana membuka dan menutup, sehingga semakin sedikit pula cahaya nan masuk.

Sebaliknya, semakin kecil angka satuannya, berarti semakin lambat rana membuka dan menutup, sehingga semakin banyak pula cahaya nan masuk.Perlu Anda ketahui, shutter speed sangat bergantung dengan keadaan cahaya saat melakukan pemotretan.

Ketika cahaya terang pada siang hari, shutter speed harus disesuaikan menjadi lebih cepat, misalnya 1/250 detik. Hal ini bertujuan, agar cahaya nan masuk sedikit dan cahaya tak menjadi buram atau blur. Sementara, ketika malam hari nan pencahayanya sangat sedikit, shutter speed juga harus disesuaikan menjadi lebih lama, semisal 1/4 detik.

Pertimbangan nan krusial ketika memilih shutter speed nan tepat ialah gerakan. Sebanyak apa gerakan nan ingin Anda rekam? Apakah Anda ingin ‘freeze’ sebuah gerakan, supaya mendapatkan foto nan higienis (tanpa blur)? Apabila iya, Anda perlu menggunakan shutter speed cepat. dengan menggunakan shutter speed, Anda dapat menangkap momen sebelum bergerak menghilang.

Mungkin juga, Anda ingin menambahkan perbedaan makna blur nan berasal dari obyek gerak? Caranya mudah, Anda hanya perlu menggunakan shutter speed lambat buat mendapatkan foto tersebut.

Menentukan kecepatan (bilangan) pada pengaturan shutter speed akan bergantung pada taraf ‘freeze’ atau ‘blur’ nan Anda inginkan. Dengan sedikit “trial dan error” ialah cara tepat buat menguasai penentuan shutter speed ini.



3. Exposure (Pencahayaan)

Hal terpenting nan diperhatikan ketika melakukan pemotretan ialah unsur pencahayaan. Pencahayaan ialah proses dicahayainya film nan ada di dalam kamera. Artinya, saat menjepret sebuah objek nan dijadikan target, cahaya nan diterima oleh objek tersebut harus cukup intensitasnya, sehingga mampu terekam di dalam film.

Exposure (proses pencahayaan) berkaitan erat dengan beberapa komponen, yaitu besarnya aperture , shutter speed dan kepekaan film (ISO).

Ketiga hal tersebut sangat menentukan keberhasilan seorang fotografer buat memperoleh gambar nan mendapat pencahayaan secara normal. Sebab, apabila kurang memperhatikan hal itu, gambar nan akan anda ciptakan akan cenderung kepada dua hasil. Pertama foto terlalu gelap sebab kurang cahaya (under exposured) , kedua foto terlalu terang sebab kelebihan cahaya (over exposured) .

Menikmati setiap hasil jepretan pada subyek dengan berbagai karakter cahaya ialah cara terbaik buat mempelajari cahaya mana nan tepat bagi subyek foto. Satu hal nan patut diingat ialah cahaya bagus tidaklah konstan, terkadang Anda harus menunggu momen pas buat menghasilkan foto nan sempurna. Mungkin juga, Anda dapat saja kembali ketempat nan sama buat memotret sebuah subyek, dikarenakan cahaya kurang bagus ketika pertama kali memotret di loka tersebut.

Sebagai seorang fotografer, tentu harus tahu teknik dasar pencahayaan nan cocok ketika berhadapan dengan sinar matahari kuat di siang hari. Apalagi jika ditambah dengan bayangan jelek. Teknik mudahnya ialah dengan mencari naungan bagi subyek foto Anda. Arah cahaya nan baik akan membuat foto Anda menjadi terlihat lebih memiliki dimensi.



4. Kepekaan Film (ISO)

Kepekaan film (ISO) berkaitan dengan taraf kepekaan sensor terhadap pencahayaan nan diterima. Semakin rendah ISO, semakin film kurang peka terhadap cahaya. Hal ini menyebabkan semakin banyak cahaya nan dibutuhkan buat menyinari film tersebut.

Demikian pula sebaliknya, semakin tinggi ISO, semakin film peka terhadap cahaya. Dengan begitu, akan menyebabkan semakin sedikit cahaya nan dibutuhkan buat menyinari film tersebut.

ISO rendah nan tak peka cahaya, sangat cocok digunakan pada loka nan pencahayaannya sangat tinggi, sedang ISO tinggi nan peka cahaya, cocok digunakan pada loka nan bercahaya rendah sehingga gambar nan diperolah menjadi jelas.

Semakin cepat sebuah film menangkap cahaya, semakin tinggi pula ISO film bersangkutan. Meskipun demikian, ada satu kelemahan pada film nan mempunyai ISO tinggi. Kelemahan nan dimaksud ialah butir emulsinya lebih kasar dari film nan ber-ISO rendah.

Kekasaran butir emulsi ini lebih terlihat konkret lagi, jika dilakukan pembesaran dalam pencetakan fotonya. Tapi dengan adanya kemajuan teknologi, kekasaran butir-butir emulsi film tersebut selalu diusahakan buat menguranginya. Oleh sebab itu, pada saat ini di pasaran pun sudah beredar film negatif ber-ISO 1000, atau lebih.

Jadi, apabila Anda ingin memulai belajar fotografi, jangan lupa buat mempelajari dasar dasar fotografi terlebih dahulu, kemudian praktek di lapangan alias menjeprat-jepret ria. Dan tetap berlatih, berlatih dan berlatih tentunya.