Perawatan Luka Episiotomi

Perawatan Luka Episiotomi

Hamil dan melahirkan ialah dua momen krusial membahagiakan sekaligus sangat dinantikan oleh hampir sebagian besar wanita. Namun, ada hal nan kurang nyaman nan disebabkan oleh kedua hal ini, nan mungkin tak diinginkan oleh setiap wanita, yaitu adanya luka pasca melahirkan. Perawatan luka pasca melahirkan pun harus dilakukan.

Sebagian besar wanita terutama nan sudah menikah akan sangat merasa bahagia saat melihat ada 2 garis merah dalam alat tes kehamilan nan menunjukkan bahwa ia positif hamil. Berbagai persiapan, baik itu mental, fisik serta keuangan, dipersiapkan dengan baik agar dapat melewati masa kehamilan dan menghadapi proses persalinan dengan lancar dan tenang.

Rata-rata usia kehamilan ialah 36-40 minggu, selama itu pula seorang wanita harus berjuang menghadapi berbagai perubahan nan dirasakan. Perubahan emosional maupun fisik dirasakan oleh wanita hamil. Namun, semua dijalani dengan penuh kebahagiaan sebab ada si jabang bayi di dalam rahim sana.

Menjelang persalinan, suasana hati biasanya mendadak dapat berubah menjadi gelisah dan takut. Selama ini, persalinan sering digambarkan sebagai suatu situasi nan menakutkan sekaligus menegangkan. Ada banyak luka nan mungkin akan dirasakan oleh ibu selama proses persalinan, sehingga diperlukan perawatan luka nan baik buat membantu pemulihan.

Persalinan merupakan kejadian nan normal dan kodrati dialami oleh wanita. Proses ini harus dilalui buat mengeluarkan hasil pembuahan berupa janin dan plasenta nan hayati di dalam rahim ke global luar. Pada umumnya, terdapat dua jenis metode persalinan yaitu persalinan normal melalui vagina dan persalinan dengan operasi caesar.

Untuk persalinan normal, ada nan benar-benar alami tanpa donasi alat dan obat apapun. Namun, ada juga persalinan nan memerlukan alat spesifik buat membantu keluarnya bayi baik, yaitu dengan vakum atau forceps.

Kedua cara ini baru digunakan jika kondisi tak memungkinkan bayi buat dapat keluar dengan sendiri tanpa donasi atau juga sebab kondisi bayi nan harus segera dikeluarkan sebab dalam keadaan kritis. Metode manapun nan dipilih ialah hak ibu buat memutuskan atas dasar pertimbangan dari tenaga kesehatan nan membantu proses persalinan.

Baik persalinan normal maupun persalinan dengan operasi caesar, keduanya sama-sama berisiko menimbulkan luka persalinan. Pada persalinan normal, biasanya luka nan ditimbulkan berada di daerah vagina. Sedangkan pada persalinan dengan operasi caesar luka nan ditimbulkan ialah di daerah perut bagian bawah nan digunakan buat membuat luka sayatan langsung ke dalam rahim agar bayi dapat dikeluarkan.

Mengingat banyaknya luka pada ibu setelah melahirkan, maka perawatan luka nan efektif dan benar. Tidak lupa juga buat menerapkan prinsip higienitas agar tak menimbulkan infeksi lebih lanjut nan dapat membahayakan.



Jenis Luka dan Perawatan Luka Pada Persalinan Normal

1. Luka Episiotomi

"Saya Gak Mau lahiran di Bu Bidan ah, takut nantinya digunting." Itu ialah salah satu diantara sekian banyak alasan nan diutarakan masyarakat sehingga menolak buat melahirkan dengan donasi bidan atau tenaga kesehatan lainnya, sehingga banyak pula masyarakat terutama nan berada di pedesaan memilih melahirkan dengan donasi dukun beranak atau paraji.

Sebetulnya apa nan digunting dalam persalinan? Proses pengguntingan jalan lahir atau nan dikenal pula dengan sebutan episiotomi ialah salah satu upaya buat memperlebar jalan lahir dengan cara menggunting daerah perineum, yaitu kulit nan terletak antara vagina dan anus.

Apakah setiap persalinan selalu disertai dengan proses episotomi? Jawabannya tentu tidak, sebab episiotomi bukanlah tindakan wajib nan harus dilakukan saat persalinan. Episiotomi ini hanya dilakukan dalam kondisi mendesak.

Misalnya, saat terjadi kondisi kritis pada janin sehingga harus segera dilahirkan, otot perineum nan sangat kaku, atau adanya jaringan parut di bawah vagina sehingga dapat mempersulit keluarnya bayi. Jika kondisi itu, tak terpenuhi maka sebaiknya tak perlu dilakukan episiotomi tersebut.

Memang, sebagian besar episiotomi dilakukan kepada ibu nan baru pertama kali melahirkan. Yang menjadi alasan biasanya ialah jalan lahir nan masih sempit. Tapi tenang saja, sebab pada kenyataanya tak semua harus berakhir dengan tindakan episiotomi.

Berikut ini ialah beberapa tips nan dapat Anda praktekkan buat membantu agar perineum Anda tak menjadi kaku, sehingga dapat menghadapi persalinan dengan lancar:

  1. Dua bulan menjelang taksiran hari persalinan, sebaiknya Anda melakukan pijatan di daerah perineum, yaitu daerah otot kulit nan berada diantara vagina dan anus, dengan perlahan. Lakukan pijatan dengan cara meregangkan daerah perineum dengan hati-hati. Lakukan selama 5 menit setiap hari atau setiap kali Anda mandi.
  2. Melakukan senam kegel. Caranya sangat mudah. Lakukan peregangan dan relaksasi secara bergantian pada daerah vagina. Latihan ini sama seperti Anda sedang menahan pipis. Tahan sebentar lalu rilekskan kembali. Lakukan beberapa menit dan sebaiknya dilakukan secara teratur

Kalaupun memang terpaksa harus dilakukan tindakan episiotomi, biasanya dokter atau bidan akan memberikan obat anastesi nan disuntikkan terlebih dahulu ke daerah perineum sebelum digunting, sehingga dengan begitu diharapkan ibu tak akan merasa kesakitan saat proses pengguntingan. Episiotomi dilakukan dengan menggunakan gunting spesifik atau dapat juga dengan pisau bedah.

Efek samping saat dilakukannya episiotomi ini ialah adanya resiko luka robekan akan semakin melebar hingga ke anus, ditambah lagi nyeri dampak penjahitan biasanya dirasakan beberapa hari setelah melahirkan serta perawatan luka nya nan harus hati-hati agar tak terjadi infeksi. Namun, sebetulnya ada pula keuntungannya, yaitu mencegah luka robekan nan lebar dan tak beraturan saat bayi keluar di daerah perineum.



Perawatan Luka Episiotomi

Jangan takut dengan adanya luka episiotomi. Meskipun memang terasa nyeri dan ngilu serta membuat Anda tak bebas bergerak di hari-hari pertama setelah melahirkan, namun dengan perawatan luka nan baik maka rasa sakit dan tak nyaman pun akan segera hilang dan terobati. Rata-rata dibutuhkan waktu sekitar 7-10 hari, hingga luka jahitan akan terasa kering dan kembali ke bentuk semula.

Kini, biasanya benang nan digunakan buat menjahit ialah benang nan terbuat dari protein nan langsung tertanam di jaringan kulit sehingga tak diperlukan pengangkatan jahitan lagi. Namun, sebaiknya Anda bertanya terlebih dahulu kepada tenaga kesehatan tentang jenis benang nan digunakan serta perlu atau tak dilakukannya pengangkatan benang itu.

Berikut ini ialah perawatan luka nan dapat Anda lakukan sehari-hari di rumah buat merawat luka agar dapat segera pulih:

  1. Pada beberapa orang, luka jahitan memang terasa sakit dan perih. Meskipun begitu, bukan menjadi alasan Anda buat menahan diri dari buang air kecil dan buang air besar, sebab tentu dapat menyebabkan masalah kesehatan lainnya. Yang terpenting ialah bersihkan daerah vagina hingga anus setelah BAK atau BAB, bersihkan secara perlahan dengan menggunakan air biasa. Tidak dianjurkan menggunakan air hangat, sebab dapat membuat benang jahit terlepas.
  2. Keringkan daerah vagina serta anus dengan menggunakan tissue toilet atau handuk. Kondisi lembab dapat membuat kuman dan bakteri berkembang dan menyebabkan infeksi pada luka.
  3. Jika diperlukan, Anda dapat menggunakan sabun spesifik buat membersihkan vagina.
  4. Perhatikan apakah ada cairan berwarna atau tercium bau tak sedap dari daerah vagina dan sekitar luka.
  5. Segera berkonsultasi ke bidan atau dokter terdekat, jika tercium bau tak sedap dan keluar cairan berwarna dari dalam vagina.


2. Luka Operasi Caesar

Melahirkan secara normal terkadang ditakuti oleh sebagian ibu nan mau melahirkan. Alasannya, tak tahan dengan nyeri dampak kontraksi, tak dapat mengedan, ingin segera melihat bayi, hingga alasan medis nan mengharuskan ibu melahirkan dengan cara operasi caesar.

Ada 3 kondisi medis nan paling sering menyebabkan ibu buat melakukan persalinan dengan cara operasi caesar, yaitu panggul sempit, persalinan sungsang, dan perdarahan hebat. Meskipun terlihat mudah sebab Anda tak perlu merasakan nyeri kontraksi atau tak perlu mengedan, sebetulnya operasi ini tetap merupakan tindakan nan beresiko tinggi.

Ada banyak komplikasi nan dapat diakibatkan, misalnya perdarahan dan infeksi. Bahkan, resiko kematian ibu melahirkan dengan operasi caesar 2 kali lebih besar dibandingkan jika melahirkan dengan cara normal.

Perawatan luka pada operasi caesar harus diperhatikan secara ekstra sebab resiko terjadinya infeksi tentu lebih besar. Jika luka dampak persalinan normal terlihat sedikit dan mudah terlihat, maka luka dampak operasi caesar lebih besar dan berlapis-lapis. Terdapat sekitar 7 lapisan mulai dari kulit perut sampai dengan dinding rahim, semua lapisan itu disayat agar dapat mengeluarkan bayi dengan selamat.

Setelah proses selesai, maka 7 lapisan itu dijahit satu per satu. Sehingga dapat dibayangkan ada sekitar 6-7 lapis jahitan. Bila proses penyembuhan dan perawatan luka tak dilakukan dengan paripurna maka kuman dapat dengan mudah menginfeksi dan membuat luka menjadi lebih parah.



Perawatan Luka Pasca Operasi Caesar

Untuk menjaga agar luka dapat terawat dengan baik, berikut ialah beberapa langkah perawatan luka pasca operasi caesar nan dapat Anda lakukan sendiri atau dengan donasi keluarga di rumah.

  1. Cuci tangan terlebih dahulu
  2. Biasanya luka dibalut dengan perban atau kasa, maka terlebih dahulu buka balutan itu.
  3. Kemudianm, bersihkan dengan menggunakan kassa nan sebelumnya telah dibubuhi antiseptik secukupnya.
  4. Oleskan kassa ke daerah luka jahitan secara perlahan, dengan satu kali usapan. Tidak dianjurkan mengusap luka berkali-kali dengan menggunakan kassa nan sama, sebab dapat menyebabkan peredaran kuman.
  5. Tutup kembali luka jahitan dengan kassa kering, rekatkan dengan menggunakan band aid.

Selain perawatan luka nan tepat, buat membuat Anda lekas pulih kembali setelah persalinan ialah dengan menjaga pola makan buat memenuhi zat gizi. Tidak perlu ada pantangan makanan serta perbanyaklah bergerak sebab dengan begitu peredaran darah akan lancar sehingga akan mempercepat proses penyembuhan luka.