Cara Komodo Berkembang Biak

Cara Komodo Berkembang Biak

Akhir-akhir ini banyak media nan membicarakan komodo . Kadal raksasa ini banyak menjadi perbincangan sebab menjadi finalis “Tujuh Keajaiban Dunia”. Komodo dapat berarti nama sebuah pulau di Nusa Tenggara Timur. Komodo juga dapat berarti nama hewan langka dan dianggap dinosaurus terakhir di dunia.

Siapa nan tak mengenal hewan nan satu ini? Komodo merupakan spesies kadal terbesar di dunia. Satwa langka ini hayati di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, serta Gili Dasami di Nusa Tenggara. Penduduk orisinil pulau ini menyebut hewan ini dengan namaora.

Spesies kadal ini pertama kali ditemukan pada 1910 oleh seorang peneliti barat. Di alam bebas, habitat biawak ini menurun tajam dampak aktivitas manusia. Untuk menyelamatkannya,International Union for Conservation of Nature and Natural ResourcesdisingkatIUCNmenjadikan kadal raksasa ini sebagai satwa nan rentan kepunahan. Saat ini, kadal raksasa ini dilindungi keberadaannya oleh pemerintah dengan mendirikan Taman Nasional Komodo.



Karakteristik Komodo

Panjang tubuh kadal raksasa ini bisa mencapai 2 - 3 meter. Ukurannya nan begitu besar ini dipengaruhi gejala gigantisme pulau (fenomena biologi ketika besar binatang nan terisolasi di sebuah pulau meningkat). Kadal raksasa ini menjadi predator paling tinggi nan mendominasi ekosistem tempatnya berkembang biak.

Di alam liar, seekor komodo dewasa biasanya berbobot sekitar 70 kg. Di penangkaran lebih berat lagi sebab komodo di penangkaran mudah mendapat makanan dan sporadis bergerak. Komodo terbesar nan pernah ditemukan berukuran panjang 3,13 meter dengan berat 166 kg. Kadal raksasa ini memiliki ekor nan panjangnya hamprir sepanjang tubuhnya. Ia juga memiliki gigi nan dapat mencapai panjang 2,5 cm.

Kadal raksasa ini tak memiliki kemampuan pendengaran nan tajam, bahkan awalnya para peneliti mengira kadal raksasa ini tuli. Meskipun Anda bisa melihat bahwa ia memiliki lubang telinga, ia sebenarnya hanya dapat mendengar bunyi dalam rentang 400 – 2.000 hertz. Indra penglihatannya memungkinkan kadal raksasa ini buat melihat sejauh 300 meter, tetapi matanya tak dapat melihat dengan jelas dalam kegelapan. Kadal raksasa ini juga memiliki kemampuan buat mengenali warna.

Kadal raksasa ini menggunakan lidahnya buat mendeteksi, mengecap, dan mencium, sebagaimana reptil-reptil lainnya. Dengan donasi angin nan bertiup, kadal raksasa ini bisa mendeteksi mangsa di sekitarnya dengan menjulur-julurkan lidah. Dengan lidahnya tersebut ia dapat mencium bau daging bangkai sejauh 4 - 9,5 km.



Cara Hayati Komodo

Habitat kadal raksasa ini yaitu di padang rumput kering terbuka, sabana serta hutan tropis pada ketinggian rendah. Loka panas dan kering ialah loka favorit biawak ini. Kadal raksasa ini merupakan hewan nan mempunyai sifat penyendiri dan hanya berbaur pada saat makan serta saat berkembang biak.

Selain itu, hewan ini juga mampu berlari dengan kecepatan 20 km per jam, mampu berenang dan menyelam, sampai memanjat pohon. Kadal raksasa ini juga bisa berdiri dengan menggunakan kaki belakangnya dan ekor sebagai penopangnya. Luar biasa!

Cara Makan Komodo

Daging bangkai ialah makanan nan biasa dimakan reptil ini. Mereka juga mencari makan dengan berburu mangsa hidup. Caranya dengan mengendap-endap kemudian secara tiba-tiba menyerang korbannya. Cara lainnya buat mencari makan, kadal raksasa ini mencari mangsa dengan penciumannya nan sangat tajam. Penciumannya bisa menemukan mangsa berupa bangkai binatang berjarak 9.5 km.

Cara makan hewan ini yaitu dengan mencabik-cabik daging lalu langsung ditelan bulat-bulat. Kadal raksasa ini mempunyai metabolisme nan lambat. Dalam setahun, hanya makan sebanyak 12 kali atau sebulan sekali. Di dalam satu kelompok, komodo nan bertubuh paling besar biasanya makan lebih dulu, baru kemudian nan berukuran lebih kecil.



Cara Komodo Berkembang Biak

Musim kawin komodo terjadi di antara bulan Mei dan Agustus. Dan di bulan September-lah kadal raksasa ini betina bertelur. Selama musim kawin, komodo-komodo jantan berkelahi memperebutkan komodo betina dan wilayah kekuasaan mereka.

Komodo jantan berkelahi dengan bergulat. Mereka saling menyerang dengan menjepit lawannya hingga versus tersebut jatuh ke tanah. Perkelahian dapat berlangsung lama, sehingga para komodo jantan sering kali buang air besar dan muntah saat berkelahi. Pemenangnya akan menjulurkan lidahnya kepada komodo betina, menegaskan kemenangannya.

Akan tetapi komodo betina biasanya bersikap kasar dan menolak komodo jantan tersebut dengan cakar dan giginya. Oleh sebab itu, saat proses perkawinan komodo jantan harus sangat mampu mengendalikan komodo betina agar si betina tak melukainya.

Si jantan berusaha menenangkan betinanya dengan menggosokkan dagunya ke si betina, menggaruk punggungnya, dan menjilatinya. Kadal raksasa ini ialah hewan nan cenderung monogami, tak seperti kadal pada umumnya.

Komodo betina meletakkan telurnya di lubang nan telah ia gali. Biasanya ia memilih tempat-tempat seperti sisi bukit atau sarang burung orange-footed scrubfowl nan ditinggalkan pemiliknya. Sebuah sarang komodo biasanya berisi 20 butir telur.

Telur kadal raksasa ini akan menetas setelah 7 - 8 bulan. Proses penetasan ialah hal sulit dan melelahkan bagi bayi kadal raksasa ini. Ia menghancurkan cangkang telur dengan gigi susunya. Setelah berusaha keras menghancurkan cangkang, ia masih harus berusaha menggali keluar sarang. Anak-anak kadal raksasa ini muncul di global luar sebagai kadal-kadal kecil tidak berdaya. Oleh sebab itu mereka sering kali menjadi santapan empuk predator.

Anak kadal raksasa ini menghabiskan tahun-tahun pertamanya di atas pohon. Ini ialah loka kondusif dari komodo dewasa nan kanibal dan predator-predator lainnya. Seekor komodo akan menjadi dewasa pada usianya nan ke-5 dan bisa hayati hingga 50 tahun.



Bisa dan Bakteri pada Mulut Komodo

Berdasarkan penelitian nan dilakukan pada 2005 oleh peneliti dari Australia, kadal raksasa ini ternyata memiliki dapat nan sangat beracun. Gigitan kadal raksasa ini bisa mengakibatkan pembekuan darah, timbul rasa sakit hingga ke siku, dan terjadi pembengkakan.

Selain itu, air liur reptil ini mengandung bakteri-bakteri berbahaya dan mematikan. Bakteri-bakteri ini bisa mengakibatkan septikemia (peradangan di seluruh tubuh dampak infeksi dan bisa menyebabkan kematian) pada korbannya.

Konservasi Komodo

Populasi kadal raksasa ini kini rawan kepunahan. Saat ini, diperkirakan komodo nan masih hayati di alam liar berjumlah 4.000 – 5.000 ekor dan hanya 350 ekor komodo betina nan masih produktif (berkembang biak). Perlindungan dilakukan buat melindungi keberadaaan kadal raksasa ini dengan mendirikan Taman Nasional Komodo, Cagar Alam Wae Wuul, dan Wolo Tadu di pulau Flores.

Kadal raksasa ini cenderung menghindari hubungan dengan manusia. Anak komodo sangat pemalu dan lekas-lekas lari jika melihat manusia dalam jeda 100 meter. Jika terpojok, kadal raksasa ini panik dan menjadi agresif. Mereka akan mulai membuka mulut, berdesis, dan menggerak-gerakkan ekornya. Apabila merasa lebih terganggu lagi, mereka akan menyerang dan mengigit.

Sebuah anekdot menyebutkan bahwa kadal raksasa ini menyerang dan memangsa manusia tanpa alasan nan jelas. Namun data di lapangan menunjukkan lain, sebagian besar kadal raksasa ini hanya menyerang jika merasa terancam.

Aktivitas gunung berapi, gempa bumi, menyempitnya habitat asli, kebakaran, berkurangnya mangsa sebab dimakan oleh manusia, pariwisata, dan perdagangan ilegal menyebabkan kadal besar ini terancam punah. Beberapa peraturan (nasional dan internasional) menyebutkan bahwa perdagangan kulit dan bagian tubuh lainnya dari kadal raksasa ini dilarang.

Kini, pihak pemerintah Indonesia dan berbagai pihak internasional bekerja sama buat melestarikan kadal raksasa ini. Berbagai upaya perlindungan sudah dilakukan. Masyarakat Pulau Komodo pun diminta bekerja sama buat tak membunuh komodo liar dan menjadikannya wahana mencari nafkah melalui pariwisata.