Kata-kata Romantis Cinta - Suami atau Istri nan Lebih Dulu

Kata-kata Romantis Cinta - Suami atau Istri nan Lebih Dulu

"Sudah menikah saja pakai sok-sok kata-kata romantis cinta segala. Toh udah menjadi hak milik jadi ya suka-suka lah!"

Hai, pernahkah kita mendengar kata-kata romantis cinta di atas nan diucapkan oleh seseorang nan sudah menikah? Penulis konfiden bahwa kita pernah dan bahkan sering mendengarkan kata-kata romantis cinta di atas.

Kata-kata romantis cinta itu hanya berlaku sebelum nikah, buat mendapatkan target. Kalau sasaran sudah didapat, buat apa susah-susah mengeluarkan kata-kata romantis cinta. Begitulah kira-kira pembelaan dan pembenaran dari mereka nan menganggap kata-kata romantis cinta buat orang nan sudah menikah itu ialah tabu. Padahal justru salah! Coba kita lihat fakta-fakta berikut ini.



1. Perceraian Semakin Populer dari Masa ke Masa

Dulu, perceraian memang aib. Namun, lihat sekarang, perceraian bukanlah sesuatu nan "luar biasa" lagi. Nikah, tak cocok, bercerai, nikah lagi, tak cocok, bercerai lagi, dst, apa salahnya? Ehm … miris sekali.



2. Perselingkuhan Dianggap Biasa

Sudah memiliki suami sholeh dan bertanggung jawab, tapi masih suka "keluyuran". Sudah memiliki istri sholehah, cantik, dan baik, namun juga masih suka "bermain api". Sama seperti perceraian, dulu perselingkuhan ialah sesuatu nan haram menurut banyak orang. Perselingkuhan ialah aib nan tidak dapat dimaafkan. Namun sekarang, justru sebaliknya. Suami atau istri nan setia kepada pasangan dianggap bukan suami atau istri nan pemberani.



3. Kekerasan dalam Rumah Tangga Bukan Hal nan Aneh

Kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya dialami perempuan namun juga laki-laki. Kekerasan dalam rumah tangga juga tidak hanya bersifat fisik namun juga psikis. Tak sporadis berakhir dengan pembunuhan. Coba cari di mesin pencarian dengan kata kunci "kasus suami membunuh istri" atau sebaliknya, tentu kita akan tercengang sebab ternyata banyak nan melakukannya.



4. Pihak-pihak nan Membenci Pernikahan Semakin Banyak

"Buat apa menikah kalau pada akhirnya bercerai!" "Buat apa menikah kalau hanya buat disakiti!" Begitu katanya. Maka, banyak nan lebih memilih pergaulan bebas daripada menikah. Ehm … lagi-lagi miris.

Apa akar permasalahan di atas? Ternyata sepele meskipun juga ada beberapa kasus nan akar permasalahannya tergolong berat dan rumit. "Dulu dia selalu memberikanku sejuta kata-kata romantis cinta, tapi sekarang nan ada hanyalah hujatan. Apa nan saya lakukan selalu salah!" Begitu curahan hati salah satu istri nan terbukti berselingkuh. Sementara, suaminya juga memiliki alasan nan tidak kalah kuatnya, "Alahhh…. dianya aja nan cengeng. Aku sibuk bekerja demi keluarga. Tak sempatlah berpikir atau berkata tentang kata-kata romantis cinta! Terlalu sensitif aja dia!"

Bila hanya sesekali seperti itu tentu tidak masalah, namanya juga "bumbu" kehidupan. Namun, bila setiap saat, itu nan menjadi masalah. Dari kesalahan kecil terus diingat lalu diberi bumbu dan ditambah terus setiap hari, maka tidak heran hal-hal di atas dapat terjadi.

"Dia tidak pernah berpikir dulu sebelum bicara. Padahal dulu janjinya akan nurut pada suami!" jeritan hati seorang suami nan merasa tindakannya memiliki istri simpanan itu sahih sebab istrinya sudah tidak asik lagi.

Pun sama, sang istri tidak mau kalah, "Kenapa harus selalu saya nan dituntunt buat berkata-kata manis dan mengeluarkan kata-kata romantis cinta?"

Memang susah kalau kedua belah pihak sama-sama menuntut. Jadi bagaimana?



Kata-kata Romantis Cinta - Suami atau Istri nan Lebih Dulu

Sering kali pertanyaan datang dalam benak kita tentang siapa nan lebih dulu mengeluarkan kata-kata romantis cinta. Jaim, gengsi, malu, hingga arogan menjadi beberapa penghalang kata-kata romantis cinta tidak tersampaikan pada pasangan. Coba kita renungkan beberapa hal berikut ini.



1. Jangan Membanding-bandingkan

"Kok suami si A romantis sih? Huft … padahal masalah cantik juga masih cantik aku! Harusnya kan saya nan lebih berhak digituin. Coba suamiku, udah punya istri cantik gini, bilang cantik aja gak pernah! Huft… bete banget!" "Ngiri banget deh lihat Mas Itu sering ngasih kata-kata cinta di FB nya si B, coba suami saya kayak gitu. Boro-boro ngasih kata-kata cinta di FBku nan dapat dibaca 5000 temanku, lha wong password FB nya aja dia lupa. Huft…."

Masalah di atas memang lebih banyak terjadi pada wanita. Meski tidak semua wanita seperti itu, namun biasanya sebagian besar wanita akan selalu membanding-bandingkan suaminya dengan suami temannya, termasuk salah satunya dalam hal suka tidaknya sang suami mengumbar kata-kata romantis cinta di depan umum.

STOP! Jangan lagi membanding-bandingkan! Sesungguhnya, Tuhan itu Maha Adil. Dapat jadi kita mendapatkan suami nan sama sekali tak romantis sebab kita sudah romantis. Coba bila keduanya sama-sama nggombal, eneg juga pastinya. Pun sebaliknya, dapat jadi kita mendapatkan suami super romantis sebab kita ialah tipe wanita pemurung dan kurang percaya diri sehingga Tuhan memberikan suami nan selalu dapat membuat kita tersenyum setiap saat. Jadi, STOP! Jangan lagi membanding-bandingkan suami kita dengan suami tetangga sebab kita tidak akan bahagia.



2. Apa Salahnya Kalau Kita Duluan

Bila kita ialah istri, apa salahnya memberikan kata-kata romantis cinta terlebih dulu pada suami. Segala sesuatu nan dilakukan buat kebaikan setelah menikah itu ialah ibadah. Menyenangkan bukan. Tak usah iri apalagi membanding-bandingkan berapa kali suami memberikan kata-kata romantis cinta dalam setahun dan berapa kali kita berbuat hal nan sama. Pokoknya memberi, memberi, dan memberi saja dengan tulus. Niscaya suatu saat nanti kita akan menemukan "harta karun" nan tidak ternilai.

Ada seorang suami nan tidak pernah mengeluh sekalipun istrinya sporadis masak. Padahal, suami-suami nan lain selalu berongsang ketika di meja makan tidak ada apa-apa. Pun suami tersebut juga tidak dapat pindah ke lain hati padahal banyak wanita nan jauh lebih menarik daripada istrinya. Apa rahasianya? Ternyata, istrinya selalu memberikan kata-kata romantis cinta sehingga sang suami selalu merasa dia ialah laki-laki nan paling beruntung di global ini.



3. Lihat Latar Belakang Pasangan

Bila latar belakang pasangan dari keluarga nan keras atau lingkungan nan kurang dapat berkomunikasi dengan baik, ialah wajar bila kemudian dia (pasangan kita) juga kurang dapat berkomunikasi dengan baik. Kita kemudian ditakdirkan buat menikah dengan seseorang nan berasal dari keluarga dengan komunikasi kurang baik tersebut.

Pasangan kita memiliki banyak kelebihan, namun kita selalu mengeluh dan mengeluh sebab dia tak dapat memberikan kata-kata romantis cinta pada kita. Siapa nan tak dapat menerima apa adanya? Kita atau pasangan kita? Jangan terlalu terburu-buru mengambil konklusi nan salah bila kita tidak tahu akarnya. Bagaimana mungkin seseorang dapat berkata-kata romantis cinta bila dia sejak kecil tumbuh dan dibesarkan dalam lingkungan nan penuh konflik?



4. Jangan Salah Kaprah

Sebelum nikah, kata-kata romantis wajib diucapkan dan setelah nikah tabu mengatakan hal itu. Pendapat itu ialah pendapat nan salah. Sebelum nikah? Buat apa kata-kata romantis cinta diucapkan, toh belum tentu itu jodoh kita. Setelah nikah? Apa pun bernilai ibadah termasuk juga mengatakan hal-hal nan baik.