Perkembangan Komik Tokoh tokoh Pahlawan Lokal

Perkembangan Komik Tokoh tokoh Pahlawan Lokal

Tokoh tokoh pahlawan kartun dari luar negeri sangat dikenal di Indonesia. Siapakah nan mengenal: underline;">Superman, Batman, Spiderman, Naruto, Ultraman, Wolverine, dan Iron Man? Rasa-rasanya meski orangtua tidak banyak tahu, anak-anak akan dengan mudah menyebutkan nama-nama mereka jika ada gambarnya dipajang.

Nama tokoh tokoh pahlawan itu cukup familiar di indera mereka. Bagaimana tidak, tidak hanya filmnya saja nan berkeliaran bebas di televisi, aneka komik dan poster juga turut menghiasi toko-toko buku dan mal. Angka penjualannya dari waktu ke waktu tetap stabil alias tak mengalami penurunan, bahkan cenderung meningkatkan minat konsumen.

Sekarang, anak-anak usia dini pun jika ditanya tentang siapa saja tokoh tokoh pahlawan nan disukainya, sederetan nama superhero luar negeri akan jadi jawabannya. Sementara, jika ditanya tentang Gundala Putera Petir, mereka jelas akan menjawabnya tak tahu.

Atau seandainya mereka tahu, tapi itu bukanlah termasuk tokoh pahlawan favoritnya. Media memang memiliki peranan nan sangat krusial dalam hal ini. Anak mengenal dan menyukai sesuatu hal berawal dari apa nan mereka lihat dan mereka dengar.

Jika tontonannya saja lebih banyak berasal dari tokoh tokoh pahlawan luar negeri, otomatis di otak mereka akan lebih mudah mengingat tokoh-tokoh tersebut. Padahal jika kita telisik lebih jauh, banyak tokoh tokoh pahlawan lokal nan memiliki kekuatan tidak kalah dengan luar negeri itu.

Tapi, memang nama-nama mereka sungguh tidak familiar di telinga anak-anak. Bahkan, jika anak-anak disodori gambar mereka belum tentu langsung dapat mengenali gambar siapa itu.

Nama tokoh tokoh Pahlawan kartun lokal, di antaranya Gundala Putera Petir, Godam Manusia Besi. Aquanuus, Pangeran Mlaar, Caroq, Jin Kartubi, Kalong, Sembrani, Zantoro, Merpati, Saras 008, Panji Manusia Millenium, Gina, dan lain-lain.

Beberapa di antara tokoh tokoh pahlawan lokal ini memang terkenal di periode tahun 1970-an hingga 1990-an. Sayangnya, saat ini film-film dan komik-komik seperti itu sudah tak beredar lagi. Jadi wajar saja jika anak-anak tak mengenal tokoh-tokoh tersebut.

Demikian pula dengan para orangtua muda saat ini. Mereka tak mengenalkan pada anak-anaknya, sebab belum tentu para orangtua muda tersebut juga mengenal tokoh-tokoh itu.

Sementara tokoh tokoh pahlawan luar negeri sampai saat ini selalu muncul dengan berbagai tampilan-tampilan barunya. Termasuk pemanfaatan teknologi canggih dalam setiap performancenya di film. Belum lagi alur ceritanya nan mengikuti perkembangan zaman. Imajinasi-imajinasi nan ditawarkan mampu memikat para penontonnya.



Kenapa Tokoh tokoh Pahlawan Lokal Kurang Populer?

Beberapa alasan tokoh tokoh pahlawan lokal kurang populer, yaitu media komersil sporadis ada nan mau menampilkan film superhero lokal, bagi sebagian produser film kurang menguntungkan buat menggarap jenis-jenis film superhero lokal.

Lalu, teknologi-teknologi nan digunakan dalam film masih sederhana, alur cerita dalam film masih terus-menerus atau kurang pengembangan, kostum dan tampilan superhero belum ada perkembangan, dan superhero nan ditampilkan di sinetron-sinetron tema dan alur ceritanya kurang memiliki nilai pendidikan.

Apakah ada imbas bagi perkembangan mental anak? Ya, segala sesuatu niscaya ada dampaknya. Meski sama-sama tontonan nan menghasilkan tayangan berbau kekerasan, tapi pada beberapa tokoh superhero lokal terdapat muatan budaya Indonesianya.

Sebut saja tokoh pahlawan Caroq. Superhero hasil kreasi Ahmad Thoriq pada tahun 1992 ini, namanya diambil dari budaya nan populer di daerah Madura. Namanya budaya carok dengan senjata khasnya, yaitu celurit.

Superhero ini pun memiliki kostum dari budaya lokal. Kostum nan digunakan, yaitu pakaian dengan lengan hitam dan di tengahnya bergambar garis-garis rona merah dan putih, seperti baju khas penduduk Madura. Tak lupa dua senjata celurit panjang menjadi kekuatannya.

Di beberapa adegan film dengan superhero dari luar negeri, seringkali disisipi adegan-adegan "intim" laki-laki dan perempuan. Misalnya adegan ciuman pada fim Spiderman. Tentunya sangat butuh sekali pendampingan dari orangtua buat memberi klarifikasi tentang adegan tersebut.

Atau jika film nan ditonton berupa DVD dapat diakali dengan mempercepat bagian nan terdapat adegan kurang baik buat anak kecil. Pada tontonan film superhero lokal, adegan-adegan seperti itu hampir minim sekali, bahkan di beberapa film tak ada. Sebab sudah ada penyaringan dari KPI sebelumnya.

Penggemar film-film superhero sendiri tidak hanya didominasi anak kecil. Remaja hingga dewasa pun banyak nan masih menggemari film-film bergenre superhero.

Bahkan mereka nan berusia dewasa ini bisa disebut sebagai penggemar fanatik para superhero tersebut. Biasanya tidak hanya hoby nonton filmnya, tapi juga hobi mengoleksi karikatur, mainan, poster, hingga berbagai jenis permainan lainnya.



Perkembangan Komik Tokoh tokoh Pahlawan Lokal

Tak ubahnya seperti film-filmnya, komik-komik superhero lokal juga banyak nan tidak familiar lagi di masyarakat. Bahkan komik-komik tersebut sudah tidak lagi menghiasi rak-rak komik laris di sejumlah toko buku ternama. Bagaimana tidak, gempuran komik-komik superhero, seperti Naruto, Dragonball, One Piece, dan masih banyak lagi menjadi top request komik di toko-toko tersebut.

Padahal di era-era tahun 1970-an sampai 1990-an, selain sedang booming-boomingnya komik bergenre silat, juga booming komik-komik lokal, seperti Gundala Putera Petir, Gundam, Maza, dan komik lokal lainnya. Walau ide awal pembuatan tokoh-tokoh komik tersebut terilhami dari hadirnya tokoh-tokoh superhero luar negeri, tapi cukup mampu mengadaptasinya menjadi versi Indonesia.

Bahkan setting cerita, lawan-lawan, serta alur ceritanya pun lebih mencirikan khas Indonesia. Meski akhirnya cerita-cerita komik lokal tersebut harus mengalami kemacetan dampak munculnya komik-komik Jepang nan ide dan tokoh-tokohnya lebih variatif.

Akhirnya komik-komik lokal harus mengalah pada komik-komik manga dari Jepang. Inovasi-inovasi nan dilakukan komikus lokal pun sampai saat ini masih belum menjadikan perubahan nan signifikan bagi perkembangan komik lokal.

Namun, ada warta nan cukup membuat asa kembali muncul. Ya, beberapa waktu lalu tepatnya di awal bulan Maret 2012, muncul komik baru hasil garapan anak bangsa. Komik bergenre superhero dengan menghadirkan tokoh superhero bernama Volt.

Komik ini cukup segar di tengah meredupnya komik-komik superhero lokal nan masih bertahan. Setidaknya bisa membangkitkan gairah komikus lokal buat kembali berinovasi dengan tokoh-tokoh superhero lokal.

Diceritakan, komik garapan perusahaan komik Skylar Comic ini di dalamnya terdapat ide-ide cerita nan diambil dari kehebatan karakter pewayangan. Namun, ide tersebut juga tetap dikolaborasikan dengan unsur kehidupan modern.

Nama tokoh "Volt" diambil dari kekuatan super nan dimiliki sang superhero. Superhero tersebut digambarkan memiliki kekuatan bisa mengontrol elemen listrik dan petir. Menarik bukan?

Semoga komik lokal ini mampu bersaing dengan komik-komik luar negeri nan sudah merajai hampir di seluruh rak-rak komik laris di toko buku. Apalagi perusahaan komik Skylar Comic ini memiliki cabang perusahaan lain nan bergerak di bidang produksi film bernama Skylar Pictures.

Setidaknya, ada asa siapa tahu suatu saat nanti komis lokal Volt tersebut bisa dijadikan sebuah film. Apalagi saat ini baru saja ada gebrakan munculnya film The Avenger nan menampilkan superhero luar negeri, dengan kecanggihan teknologi dalam sebuah kemasan cerita nan apik.

Harapan baru buat menyajikan tontotan lokal dengan tokoh tokoh pahlawan kartun lokal pun semoga bisa membangkitkan para komikus dan produsen film negeri ini. Demi memberikan sebuah sajian tontonan baik bagi generasi muda dengan tidak melupakan budaya sendiri.

Apalagi melihat sumber daya nan ada di Indonesia saat ini. Para senimannya dirasa sudah cukup mampu buat menghidupkan kembali kejayaan tokoh tokoh pahlawan lokal ini agar mampu bersaing dengan tokoh pahlawan luar negeri.