Makam Mbah Priok Tetap Diziarahi

Makam Mbah Priok Tetap Diziarahi

Makam Mbah Priok sempat menjadi perbincangan hangat. Pasalnya belum lama ini media, baik nan eletronik atau cetak, semuanya sangat gencar membicarakan makam ini. Pasalnya makam nan sangat dihormati warga sekitar tersebut hendak digusur oleh pemerintah setempat.

Sontak saja ini menjadi peperangan nan tidak dapat dielakkan. Bahkan telah menelan nyawa sebab makam ini akan digusur. Warga mempercayai bahwa makam Mbah Priok adalah warisan sejarah tentang sosok nan mereka banggakan nan tidak dapat diabaikan begitu saja. Nah, melalui artikel ini kita akan mengenal lebih jauh siapa sebenarnya sosok nan menjadi figur dari keberadaan makan ini.



Tragedi Makam Mbah Priok

Membicarakan makam Mbah Priok ialah sama saja juga membicarakan sosok ulama di Priok nan bernama Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad. Akan tetapi oleh warga sekitar, beliau dijuluki sebagai Mbah Priok. Makam ini berada di kawasan jalan Taman Pemakaman Generik Dobo, Koja, Jakarta Utara.

Makam ini memang sangat menghebohkan pasca terjadinya bentrok antara pemerintah dan warga sekitar. Sehingga kemudian menjadi perhatian nan tidak hanya berputar di Jakarat saja, melainkan sudah skala nasional bahkan Internasional.

Ini bermula dari terjadinya bentrok fisik antara masyarakat dan pakar waris dari keberadaan makam Mbah Priok dengan para petugas lapangan Satpol PP DKI Jakarta. Pasalnya pemerintah hendak menertibkan kawasan gapura dan pendopo nan ada di areal makam ini nan dinilai tak memiliki izin mendirikan bangunan atau IMB.

Dari insiden makam ini kemudian membuat 3 petugas Satpol PP meninggal dan lainnya luka-luka. Mereka dihadang ratusan warga dan pakar waris nan menolak keras kalau makam Mbah Priok akan digusur. Mereka menilai itu sama saja dengan merusak warisan dan kebanggan warga sekitar.

Lantas apa sebenarnya nan menyebabkan warga menjadi sangat menentang kebijakan pemerintah setempat? Dugaan mengarah bahwa selain menjadi kebanggaan, makam Mbah Priok keberadaan syahdan juga sudah dikeramatkan. Dengan kata lain, jika sudah menjadi keramat, maka diduga makam ini akan senantiasa dibela habis-habisan meski harus berkorban nyawa.

Sosok nan menjadi figur dalam makamini sejatinya sudah banyak diketahui oleh warga. Apalagi kemudian dari hari ke hari banyak sekali orang nan melakukan ziarah ke makam tersebut. Jika dilihat dari sejarahnya sendiri, makam ini erat kaitannya dengan sosok pejuang dan penyebar agama Islam nan berada di kawasan DKI Jakarta dan pulau Jawa, tepatnya pada abad ke-18.

Dengan demikian, memang sangatlah dapat dimengerti jika warga menolak penggusuran tersebut. Meski begitu, cara nan mereka lakukan dengan melawan dan melakukan penganiyaan terhadap petugas eksekutor di lapangan tetap saja tak dapat dibenarkan.

Baik di mata hukum global atau juga hukum dalam agama Islam. Mungkin Anda masih bertanya-tanya bagaimana sebanarnya sejarah atau sepak terjang sosok nan menjadi tokoh sentral dari keberadaan makan ini?



Sejarah Asal Muasal Makam Mbah Priok

Dalam catatan sejarah mengenai makam ini, tercatatlah bahwa ada seorang Habib nan bernama Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad. Kemudian ia disebut sebagai Mbah Priok. Ia bukan sembarang orang seperti hal orang biasa nan banyak dijumpai.

Ia tidak lain ialah seorang ulama dan banyak melakukan penyebaran agama Islam lewat dakwah-dakwah nan ia lakukan. Hingga kemudian namanya sangat terkenal di seantaro kawasan Tanjung Priok.

Meski memang dia dimakamkan dan berjuang di Jakarta, akan tetapi ia lahir di Ulu, Palembang, Sumatera Selatan. Tepatnya pada 1722 dengan nama Al Imam Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad R.A. Al Imam Al Arif Billah.

Ia kemudian menimba ilmu dalam bidang agama nan ia anut dari ayah dan kakeknya, sebelum akhirnya ia berangkat ke kawasan Hadramaut, Yaman Selatan. Ia ke sana dalam rangka memperdalam ilmu agamanya. Hingga kemudian ia memilih sebagai penyebar agama Islam.

Dalam sejarah nan melatari kisah makam Mbah Priok, dijelaskan pula bahwa ia berangkat ke Pulau Jawa pada 1756 atau saat ia tepat pada usia 29 tahun. Dijelaskan bahwa Al Imam Al Arif Billah tidak sendirian akan tetapi ia ditemani Al Arif Billah Al Habib Ali Al Haddad bersama tiga rekannya.

Mereka berangkat menggunakan bahtera menuju pulau Jawa. Dalam perjaalanannya, ternyata mereka mendapati halangan sebab saat itu Belanda nan berkuasa, mengejar-ngejar mereka. Akan tetapi mereka tak pernah takut kepada Belanda. Mereka terus melakukan perlawanan sebisanya sehingga mereka kemudian dapat lolos dari kejaran Belanda.

Lolos dari Belanda, ternyata mereka didera masalah lain. Perjalanan nan memakan waktu selama dua bulan tersebut ternyata dihadang oleh ombak nan maha hebat. Hampir seluruh perbekalan mereka hancur dan tercebur ke dalam air. Beruntung masih ada beberapa liter berasa nan masih tercecer di periuk nan biasa digunakan buat menanak nasi.

Akan tetapi ternyata mereka kehabisan kayu bakar buat menanak nasi tersebut. Bahkan dayung nan terbuat dari kayu pun ludes dijadikan barah buat mengganjal perut mereka. Pada saat itulah sebuah keajaiban muncul dan hingga hari dipercaya secara turun temurun.

Di saat nan genting tersebut Mbah Priok nan saat dimakamkan di kawasan ini, memasukan periuk berisi beras tersebut ke balik jubahnya nan panjang. Ia berdoa dengan khusyuk, hingga kemudian saat periuk tersebut dikeluarkan, beras nan semula mentah menjadi matang dan berubah menjadi nasi.

Ternyata ujian belum selesai sampai di sana. Tak lama kemudian ombak besar datang disertai dengan petir nan menyambar-nyambar sadis. Ombak besar itu mengakibatkan bahtera terbalik dan memakan korban 3 0rang. Sementara itu Al Imam Al Arif Billah dan Al Arif Billah Al Habib berpayah-payah menggapai bahtera meski dalam posisi terbalik.

Pada saat terjepit, mereka kemudian terus saja berdoa meski memang kondisi kritis tersebut sudah berjalan 10 hari. Kondisi tersebut mengakibatkan Al Imam Al Arif Billah wafat. Sementara itu Al Arif Billah Al Habib terombang-ambing bahtera disertai priuk dan sebuah dayung dalam kondisi nan lemah. Hingga akhirnya mereka terdampar di sebuah pantai dengan donasi ikan lumba-lumba.

Selanjutnya setelah dibantu warga, jenazah Al Imam Al Arif Billah pun dikebumikan dengan menggunakan dayung sebagai nisan sementara di bagian kaki ditancapkan kayu kecil nan kemudian menjadi pohon Tanjung. Sementara periuk nan semula diletakkan di dekat makam, secara ajaib berpindah sendiri ke laut.

Hingga kemudian banyak warga nan mengaku, dalam rentang setiap tiga atau empat tahun sekali, periuk tersebut muncul ke permukaan dalam bentuk nan tak wajar, yakni dapat sebesar rumah. Berangkat dari sanalah kemudian, lokasi tersebut dinamakan dengan Tanjung Priuk di mana makam Mbah Priok sekarang ini berada dan menjadi sorotan.



Makam Mbah Priok Tetap Diziarahi

Keberadaan makam ini pada awalnya berada di kawasan Pondok Dayung. Akan tetapi entah kenapa, makam ini kemudian dipindahkan ke loka lain nan sekarang ini, yakni Jl TPU Dobo, Koja, meski ini juga sungguh ironis. Pasalnya, di kawasan makam Mbah Priok berdirilah pusat pelabuhan Tangjungpriok sebagaimana kita kenal.

Inilah nan menjadikan makam ini berdekatan dengan terminal bandela atau TPK Koja dan pemukiman warga sekitar. Akan tetapi warga tidak peduli, mereka tetap melakukan penghormatan dengan melakukan ziarah ke makam ini. Nah, demikianlah kisah di balik tragedi makam Mbah Priok nan belum lama ini terjadi.