1. Petak umpet atau singitan

1. Petak umpet atau singitan

Kira-kira 10 sampai 15 tahun lalu, global belum secanggih sekarang. Masyarakat belum melek internet, dan anak-anak masih asyik memainkan mainan zaman dulu . Sekarang, setiap jengkal bagian bumi dapat dijangkau informasinya bila terhubungkan oleh internet.

Pada zaman dulu semuanya masih serba terbatas. Memang ada kemajuan teknologi dan informasi. Namun, masih terbatas pada kalangan tertentu.

Mainan zaman dulu? Memang ada bedanya dengan permainan nan ada pada zaman sekarang? Beberapa masih sama, namun berkat pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi saat ini, bentuk permainan bagi anak-anak pun mengalami berbagai perubahan.

Konsepnya masih sama, yaitu permainan diciptakan buat menghibur. Namun, beberapa fungsi dan unsur penggunaannya dapat berubah. Untuk lebih memperjelas perbedaannya, mari kita bandingkan permainan zaman dulu dengan versi zaman sekarang.



Mainan Zaman Dulu

Beberapa permainan berikut amat populer di tahun 90-an. Bahkan mungkin di antara pembaca akan merasa bernostalgia dengan beberapa permainan berikut. Silahkan mulai bernostalgia sambil mengenang masa kecil dengan permainan nan familier berikut.



1. Petak umpet atau singitan

Permainan ini membutuhkan minimal 2 orang pemain. Satu berperan sebagai pencari (yang awalnya menutup mata agar tak melihat pemain lainnya bersembunyi).

Peserta lainnya bertugas buat menyembunyikan diri sebaik mungkin agar tak bisa ditemukan oleh si pencari. Biasanya setelah setiap pemain nan bersembunyi bisa ditemukan, maka si pencari akan menutup matanya kembali dan secara rambang memilih pemain lain buat menggantikannya.

Semakin banyak pemain, semakin seru permainannya. Apalagi bila ditambahkan syarat si pencari tidak hanya harus menemukan nan bersembunyi, namun sekaligus harus meneriakkan kemenangan pencariannya di ‘benteng’ awal.

Sehingga terjadi kejar-kejaran antara si pencari dan nan dicari buat berlomba mencapai benteng dan meneriakkan kemenangan masing-masing.



2. Egrang

Sebenarnya ini merupakan alat jangkungan atau galah nan diberi pijakan. Sehingga nan memakai akan terlihat lebih tinggi. Biasanya peserta egrang akan mengadu kemampuan berjalan atau bahkan berlari menggunakan egrang masing-masing.

Konon, awalnya jangkungan dipergunakan oleh orang-orang buat melintasi daerah berlumpur. Hingga akhirnya entah bagaimana menjadi permainan favorit anak-anak kala itu.



3. Kelereng

Juga dikenal sebagai keneker, klici, atau guli. Awalnya, terbuat dari tanah liat nan berbentuk bundar. Pemain harus adu ketangkasan memasukkan atau menembak butir-butir kelereng hingga memasuki lubang kecil.

Lambat laun, butiran tanah liat berganti menjadi butiran kaca atau keramik nan lebih beraneka rona dan memiliki diameter bervariasi.



4. Lompat tali

Siapa nan tidak pernah memainkan lompat tali? Memang, permainan ini cenderung lebih populer dikalangan anak perempuan. Namun, permainan ini pun juga dapat dimainkan anak laki-laki.

Cara bermainnya pun bervariasi. Namun, setiap pemain diharuskan memiliki ketangkasan dan kelenturan tubuh. Karena jeda tali nan harus dilewati para pemainnya terkadang mencapai lebih dari 1 meter dari permukaan tanah.

Belum lagi keharusan bahwa tali tak diperbolehkan tersentuh sedikit pun saat para pemain berlari kencang dan melompat tinggi buat melintasinya. Peraturan bisa berubah lagi pada ketinggian diatas 1,5 meter.

Pada ketinggian 1, 5 meter tali boleh tersentuh, bahkan di turunkan ketinggiannya menggunakan ayunan tangan oleh pemain nan melompatinya. Namun demikian, tetap dibutuhkan ketangkasan dan lentingan tubuh nan lumayan sulit dalam termin ini.



5. Ular naga

Permainan ini membutuhkan minimal 4 orang dan huma nan luas. Biasanya permainan ini dilakukan di tanah lapang atau dipelataran rumah nan luas. Pemain harus membentuk rangkaian nan berjajar ke belakang.

Kemudian dikejar oleh salah satu orang. Semakin banyak pemain nan terangkai ke belakang akan semakin heboh pengejaran dan riuh rendah tawa anak-anak nan mencoba menghindari ‘penangkapan’.



6. Engklek

Bisa juga disebut gong. Merupakan permainan lompat melompat pada bidang datar nan diatur menyerupai bingkai kubus nan digambar di atas tanah. Dapat menggunakan bata merah buat menggambar bingkai kubusnya. Atau batu kapur bila digambar di atas lantai semen.

Nantinya, akan terdapat tambu atau batu pipih nan digunakan buat menandai setiap level nan tak boleh dilalui. Oh ya, lompatannya pun hanya boleh menggunakan 1 kaki.

Pemain nan tak bisa menahan keseimbangannya, atau menyentuh tanah dengan 2 kaki, atau keluar jalur akan di eliminir akan digantikan oleh peserta lainnya. Permainan ini membutuhkan kekuatan kaki serta ketangkasan mobilitas nan akurat. Sekaligus kreativitas mobilitas agar lompatannya tak monoton.



7. Bekel

Bekel merupakan mainan nan populer buat anak-anak perempuan. Namun, tidak sedikit anak laki-laki nan bermain dan mengasah keterampilan bermain bekel.

Permainan ini membutuhkan bola bekel dan biji bekel (yang terbuat dari kuningan atau plastik) unik. Unik sebab memiliki berbagai sisi nan harus di bolak balik setiap tingkatannya sambil melempar bola bekel.

Setelah bola mental satu kali, maka peserta sudah harus menyelesaikan tugasnya membalik biji bekel sinkron dengan level nan dilewatinya. Semakin lama, taraf kesulitannya semakin meningkat. Belum lagi bila biji bekelnya mencapai puluhan biji.



8. Layangan

Layang-layang, wau, atau layangan merupakan permainan nan jamak ditemukan. Karena tidak hanya menjamur di mana-mana, melainkan juga bisa dimainkan semua umur.

Tak jarang, orang tua juga ikut ambil bagian dalam permainan ini. Entah hanya sekedar mencontohkan bagaimana menerbangkan layangan dengan baik, atau sekalian menjadi pemain layangan itu sendiri.

Layangan dibentuk dari 2 bilah bambu tipis nan dibentuk seperti rangka belah ketupat, namun tak simetris. Lalu, diikat dengan tali atau benang kemudian dilapisi dengan kertas layangan .

Terakhir, akan ditambahkan tali nan dipergunakan buat mengendalikan mobilitas layangan. Pembuatan rangka layangan harus seimbang dan kertasnya tak boleh memberikan beban nan tak perlu pada rangkanya.

Sehingga akan menghasilkan layang-layang nan ringan dan kuat. Serta bisa melayang tinggi di langit. Biasanya, setiap peserta dapat mengadu kekuatan benang layangannya dengan peserta lainnya. Layangan nan benangnya putus biasanya akan dikejar oleh anak-anak lain.

Nah, itulah sebagian dari mainan zaman dulu nan sempat populer di kalangan anak-anak. Memang sampai sekarang, masih ditemui anak-anak nan memainkan permainan tersebut.

Namun sayangnya, tak sesemarak atau semeriah tahun 90-an. Karena perkembangan teknologi dan tuntutan zaman. Sepertinya, anak-anak zaman sekarang semakin diarahkan buat belajar dan menuntut ilmu. Sedangkan waktu buat bermain tak dibatasi.

Selain itu, perkembangan permainan komputer seakan membuat anak-anak betah bermain berjam-jam di depan komputer. Padahal permainan zaman dulu baik buat melatih ketangkasan, daya pikir, emosi, serta tumbuh bunga karakter anak dalam kelompok.

Sehingga anak tak terdidik egois dan mampu mengolah berbagai macam emosi nan ada dalam permainan kelompok. Suka atau tidak, perkembangan zaman niscaya membawa akibat positif dan negatif.

Mungkin susah, tapi ingin rasanya mendengar anak-anak bermain riang dengan bebas tanpa terikat di loka duduk. Atau anak-anak nan hanya menghadap layar komputer.

Masa kecil hanya berlangsung sekali dan akan membentuk kehidupan dewasa kita nantinya. Semoga informasi tersebut bisa menambah wawasan Anda.