Anomali Curah Hujan

Anomali Curah Hujan

:

Tahukan Anda mengenai siklus hujan ? Hujan merupakan anugerah Tuhan nan Mahakuasa bagi seluruh kehidupan di muka bumi. Hujan merupakan sumber penghidupan bagi tumbuhan, hewan, dan manusia. Ditinjau secara ilmiah, hujan ialah peristiwa turunnya air dari langit sampai ke permukaan tanah. Sikus hujan merupakan bagian inti dari siklus hidrologi, yaitu sirkulasi air nan tak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui serangkaian proses kondensasi, presipitasi, evaporasi, dan transpirasi.

Air hujan merupakan satu bentuk presipitasi nan berwujud cairan. Presipitasi sebenarnya tak selalu berwujud cair, tetapi juga bisa berwujud padat seperti salju dan hujan es atau berwujud aerosol seperti embun dan kabut. Hujan sebagai presipitasi berwujud cair terjadi apabila titik air nan terpisah jatuh ke bumi dari awan. Akan tetapi, tak semua air hujan sampai ke permukaan bumi. Sebagian dari air hujan kembali menguap sebelum menyentuh bumi sebab bergesekan dengan udara kering. Hujan nan tak sampai ke permukaan bumi disebut sebagai virga.

Siklus air berjalan secara kontinyu sebab adanya proses pemanasan air permukaan oleh sinar matahari. Air hujan berasal dari beberapa sumber air nan ada di bumi. bahari dan samudera merupakan sumber air nan paling besar. Selain air laut, ada juga air sungai, air danau/waduk, dan lain sebagainya. Selain sumber-sumber air tersebut, berbagai genangan air, tanah atau batuan masah, tumbuhan, serta benda-benda lain nan mengandung air juga menjadi sumber evaporasi/penguapan oleh panasnya sinar matahari.

Selanjutnya, air nan sudah menjadi uap melayang ke udara dan terus bergerak menuju atmosfer. Di ketinggian atmosfer, uap tersebut mengalami proses pemadatan atau kondensasi sehingga membentuk awan. Di atmosfer, awan hujan bisa bergerak ke sana ke mari sebab tertiup angin. Karena tiupan angin awan-awan kecil tergabung dengan awan lainnya sehingga membesar dan bergerak menuju bagian atmosfer nan suhunya rendah atau dingin. Di bagian atmosfer nan dingin uap-uap air di awan membentuk butiran es dan air.

Saat berat dari awan hujan tak mampu ditopang lagi, maka butiran-butiran air atau es tersebut jatuh ke permukaan bumi. Jika butiran hujan dalam bentuk es turun melewati suhu nan lebih tinggi, maka presipitasi dalam wujud cair (air hujan). Namun, jika butiran es nan turun melewati udara nan suhunya sangat rendah maka presipitasi akan berwujud salju atau hujan es.

Ukuran butir hujan berbeda-beda. Semakin besar butiran hujan, apalagi jika wujudnya padat, maka kecepatan turunnya hujan pun semakin tinggi. Presipitasi air es mampu memecahkan kaca-kaca bangunan dan kendaraan.

Siklus hidrologi bisa berlangsung sederhana berupa siklus pendek ataupun berlangsung kompleks dan sangat panjang. Secara sederhana atau disebut siklus pendek, air laut, sungai, dan danai akan terevaporasi sebab panas matahari, menjadi awan hujan dan turun kembali langsung ke laut, atau ke sungai nan kembali mengalir ke laut. Secara kompleks atau siklus hidrologi panjang, air nan turun tak langsung ke laut, tetapi terserap oleh tanah, tumbuhan, dan meresap jauh ke dalam tanah sebagai air tanah.

Pada siklus panjang, terjadi penyusupan atau penyerapan air oleh tanah. Pada proses penyusupan ini air bergerak ke dalam tanah melalui pori-pori tanah dan muka air tanah. Air bergerak secara horizontal, vertikal maupun diagonal sebab aksi kapiler sehingga muncul kembali ke permukaan dan kembali menguap.



Terjadinya Musim Hujan

Siklus hujan bhineka pada setiap hari bahkan setiap tahunnya. Disparitas tersebut ditentukan oleh panas matahari, posisi matahari terhadap garis ekuator, kelembaban, angin, dan kondisi geografis . Sementara itu, terjadinya musim kemarau dan musim hujan dipengaruhi oleh intensitas dan frekuensi siklus hujan nan tergantung pada keadaan geografis dan iklim. Siklus hujan pada musim kemarau seakan-akan berhenti atau sangat sedikit, sedangkan pada musim hujan terjadi dengan intensitas nan cukup tinggi.

Terjadinya disparitas musim hujan dan kemarau ini diakibatkan adanya letak matahari nan berubah-ubah terhadap meridian bumi pada suatu tahun. Posisi matahari atau lebih dikenal dengan konvoi semu matahari menyebabkan terjadinya angin musim atau angin muson. Konvoi semu tahunan matahari nan menyebabkan perubahan musim terjadi di antara Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan.

Di Indonesia, musim hujan normalnya terjadi antara bulan Oktober sampai April dengan intensitas nan cukup merata. Jika musim hujan terjadi di luar bukan Oktober sampai april dengan intensitas tinggi, maka hal tersebut termasuk anomali cuaca.



Anomali Curah Hujan

Pemanasan dunia ( global warming ) merupakan salah satu biang keladi terjadinya anomali cuaca. Secara sederhana anomali cuaca bisa diartikan sebagai kondisi cuaca nan tak menentu dan di luar kebiasaan. Para peneliti cuaca dan iklim sejak tahun 1980-an telah mengidentifikasi akan terjadinya kenaikan temperatur secara dunia sebesar 1.0-4.5 °C. Laju kenaikan temperatur rata-rata permukaan bumi dilandasi oleh adanya kenaikan pada konsentrasi CO2 di atmosfer sebab imbas rumah kaca.

Keadaan atmosfer dan bahari ialah dua komponen primer nan menentukan dinamika iklim dan cuaca. Anomali curah hujan terjadi sebab kondisi atmosfer nan mengalami peningkatan kadar CO2 nan menyebabkan peningkatan suhu serta melelehnya es di kutub utara dan selatan dampak pemanasan atmosfer serta pemanasan arus laut. Pemanasan atmosfer dan peluruhan es di kutub menyebabkan terganggunya ekuilibrium pada genre dan juga divestasi energi panas diterima oleh bumi secarfa signifikan.

Pemanasan dunia nan telah menyebabkan es di ketua kutub mencair dan mempengaruhi volume air di laut. Kondisi tersebut bisa membuat penyimpanan loka penyimpanan air meningkat dan juga meningkatkan divestasi panas pada permukaan, sehingga mempengaruhi letak pada zona konveksi (penguapan air).

Pada saat suhu permukaan samudera pasifik dingin, pada saat itu zona konvergen terletak di atas wilayah Indonesia sehingga terjadi peningkatan pada volume curah hujan nan jatuh hamper di seluruh wilayah Indonesia. Sementara, pada saat suhu ialah kebalikannya. Di permukaan Samudera Pasifik meningkat, zona konvergen sedkit demi sedikit berpindah ke arah barat dan hal tersebut akan mengakibatkan penurunan jumlah curah hujan di sekitar wilayah Indonesia. Peristiwa ini terjadi jika suhu bahari mengalami anomali antara 3.0-5.0 °C dan dikenal dengan sebutan kenyataan El-Nino.

Intensitas terjadinya El-Nino di Indoensia pada 10 tahun terakhir mengalami peningkatan dari nan tadinya hanya terjadi selama kurun waktu 10-15 tahun sekali menjadi 2-4 tahun sekali saja. Elnino ini mnyebabkan bala alam terutama banjir dan longsor, atau sebaliknya menyebabkan kekeringan pada musim kemarau panjang sehingga terjadi kerawanan pangan.

Menurut Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Departemen Pertanian, pada periode 2010-2039 diprediksi akan terjadi peningkatan jumlah curah hujan di atas wilayah Indonesia. Hal tersebut didasarkan pada perubahan zonasi wilayah hujan dengan anomali positif zona konveksi, peningkatan temperatur, dan evaporasi. Curah hujan paling tinggi diprediksi terjadi di sepanjang selat Malaka, Bahari Banda, Bahari Karimata, dan Bahari Arafura.

Anomali curah hujan telah mengakibatkan berbagai akibat negative, terutama bala alam banjir dan longsor. Untuk menanggulangi anomali curah hujan nan tinggi pemerintah lewat dinas terkait berupaya melakukan modifikasi cuaca, di antaranya dengan cara mengurangi curah hujan di suatu lokasi tertentu.

Usaha nan telah dilakukan ialah mempercepat hujan sebelum awan hujan mendekati kota tertentu, jadi hujan "diturunkan" di loka lain. Selain itu bisa pula diusahakan dengan cara mencegah pertumbuhan awan hujan menggunakan generator. Kedua hal ini telah dicoba oleh BPPT buat mengurangi curah hujan Jakarta hingga 30%.

Demikianlah pembahasan mengenai siklus hujan, semoga bermanfaat.