Asma dan Mitos

Asma dan Mitos

Obat asma merupakan obat nan banyak dicari orang. Tanpa kita sadari, ternyata angka penderita asma cukup tinggi di. Ada banyak orang nan menderita penyakit ini selama bertahun-tahun. Meski tampaknya sepele, penyakit ini sangat menyiksa penderitanya. Itulah sebabnya jangan sepelekan penyakit asma.



Mengenal Penyakit Asma

Sebenarnya, apa sih yang dimaksud dengan asma? Asma merupakan homogen penyempitan saluran napas buat sementara sebab hiperaktivitas terhadap kondisi tertentu. Pemicunya pun beraneka jenis, misalnya saja debu, serbuk sari, asap, udara dingin, atau bulu binatang.

Cara paling kondusif tentu saja menghindarkan diri sejauh mungkin dari sumber masalah. Namun, adakalanya akan sangat sulit bagi penderita buat tak bersentuhan dengan pemicu penyakitnya. Misalnya seseorang akan kambuh asmanya tiap kali suhu udara rendah. Udara nan dingin tentu tak mungkin dihindari selamanya.

Apalagi jika kebetulan si penderita tinggal di daerah berhawa dingin, seperti Puncak. Obat asma nan dikonsumsi mungkin tak akan berpengaruh banyak tatkala memasuki musim hujan dengan kabut tebal. Bahkan saat kemarau pun suhu udara tertinggi hanya sekitar 25 derajat Celcius.

Pada anak-anak, gejala asma diawali dengan rasa gatal dan tak nyaman di tenggorokan dan sekitar dada. Lalu kadang dibarengi dengan timbulnya batuk kering di malam hari, terutama saat suhu udara sedang rendah. Kemudian tak sporadis diikuti dengan napas nan terasa berat hingga berbunyi tatkala penderita membuang napas.

Inilah nan dikenal dengan bengek atau mengi. Pada kondisi nan lebih berat lagi, penderita menjadi sulit buat berbicara sebab sangat sesak. Tidak sporadis diikuti dengan kulit nan menjadi kebiruan dan berkurangnya kesadaran. Penderita menjadi seperti terlelap. Rona kulit nan kebiruan ini menjadi indikator bahwa penderita kekurangan oksigen.

Jika sudah mencapai termin ini, tentu saja harus mendapat pertolongan medis segera. Bahkan ada penderita nan mengalami pecah pada alveolinya dan memperparah kondisi sesak napasnya. Seorang penderita asma biasanya sangat waspada dengan berbagai pemicu nan dapat merangsang kambuhnya penyakit asmanya.

Mereka pun biasanya sudah sangat hapal dengan tanda-tanda awal serangan. Tanda nan paling generik ialah batuk, sesak di bagian dada, atau malah sesak napas. Ada nan mengalami agresi dalam hitungan menit, jam, bahkan hari.

Kadang agresi asma datang tiba-tiba tanpa peringatan. Hal ini menyebabkan penderita harus selalu menyediakan obat asma di dekatnya. Obat nan banyak digunakan ialah semacam obat nan dihirup dan berfungsi melegakan saluran pernapasan.

Frekuensi dan beratnya agresi asma sangat variatif. Ada nan hanya sesekali saja mendapat agresi nan tergolong singkat dan ringan. Namun, tak sedikit pula nan hampir sepanjang waktu megnalami batuk dan mengi. Bahkan ada penderita nan mendapat agresi hanya sebab tertawa atau menangis.

Besar kecilnya frekuensi agresi tetap membuat penderita sangat tersiksa. Seorang penderita asma tak dapat disembuhkan. Ketergantungan mereka akan obat asma sangat tinggi. Namun, bukan berarti mereka tak akan dapat hayati bahagia.

Penderita asma dapat hayati normal seperti orang sehat lainnya sepanjang tak terpapar pencetus alerginya. Ketika sesekali harus kambuh, rasanya memang itu tak mungkin dihindari sama sekali. Obat asma nan diberikan dokter ada beragam, dengan tujuan nan berbeda pula. Ada nan berguna buat mencegah serangan, dan ada pula nan bertujuan buat mengendalikan serangan.

Biasanya dokter akan memberikan resep obat asma nan sinkron dengan kondisi penderita. Obat penyakit ini ada nan berupa tablet, inhaler, hingga suntikan. Tentu cara penggunaan, tujuan, serta efeknya memiliki perbedaan.

Obat nan sangat mudah dibawa ialah inhaler. Umumnya penderita asma selalu membawa alat ini kemana pun pergi. Inhaler ini bisa meredakan agresi hanya dalam hitungan menit saja. Ada obat asma nan jika digunakan secara berkepanjangan akan mengurangi sensitivitas saluran udara terhadap rangsangan alergen. Dengan begitu, secara otomatis menekan frekuensi agresi pula.

Namun, obat-obat nan diminum dengan jangka panjang niscaya memberi imbas tersendiri pula. Misalnya saja hilangnya kalsium dari tulang, katarak prematur, pendarahan lambung, peningkatan kadar gula darah, hingga kelaparan.



Asma dan Mitos

Seperti penyakit lain, banyak mitos nan berkembang seputar asma. Banyak nan mengira kalau asma merupakan penyakit menular. Padahal itu sama sekali tak benar. Asma bukan penyakit menular, sehingga tak perlu merasa cemas jika kebetulan berdekatan atau satu rumah dengan penderita.

Akan tetapi, penyakit asma memang dapat diturunkan. Artinya, jika ada orangtua nan menderita asma, ada kemungkinan anak mereka akan terkena juga. Tapi tak mutlak. Dapat saja ada anak nan menderita asma sementara orangtuanya sehat-sehat saja. Begitu juga sebaliknya.

Jadi, tak ada kepastian mengenai hal tersebut. Ada nan beranggapan bahwa es dan coklat merupakan jenis makanan nan membuat seseorang menderita asma. Padahal, ini tak ada hubungannya. Seseorang menderita asma atau tak sama sekali bukan sebab banyak mengonsumsi es ataupun coklat.

Ada juga nan beranggapan bahwa dengan pergi ke pantai akan membuat penderita asma menjadi sehat. Jadi, pantai dinilai sebagai obat asma nan manjur. Padahal tak demikian sebenarnya. Pantai memang udaranya sangat bersih, dan mungkin itu nan akan membuat intensitas agresi asma menurun. Hal ini sebab memang polusi udara saat ini sudah luar biasa tinggi.

Pernah mendengar bahwa obat asma nan tidak kalah manjur ialah berenang? Benarkah berenang dapat menyembuhkan asma? Tentu saja tidak. Namun, berenang memang dianjurkan oleh para dokter, sebab memang bermanfaat bagi kesehatan.

Penderita asma disarankan berenang buat menjaga kebugaran tubuhnya. Walaupun memang kemudian banyak penderita asma nan menjadi perenang hebat. Saat berenang, semua organ pernapasan dilatih juga. Hal ini dapat mendatangkan dampak nan positif bagi penderita asma.

Selain itu, para perenang memang tak pernah mendapat agresi saat sedang berenang. Mungkin inilah nan membuat asma disebut sebagai "obat asma". Hal ini sekaligus menentang pendapat nan mengatakan kalau penderita asma tak boleh berolahraga. Hanya saja harus dipilih jenis olah raga nan tak akan memicu serangan.

Ada mitos lain nan cukup meresahkan bagi penderita asma. Obat asma berbentuk inhaler dituding akan menjadi penyebab ketergantungan. Faktanya tak demikan. Penghentian pemakaian obat inhaler justru dapat menyebabkan agresi sebab asma menjadi tak terkontrol.

Obat asma inhaler mengandung steroid nan dapat mengakibatkan terjadinya pengeroposan tulang. Benarkah mitos ini? Untungnya tidak. Jika sebaliknya, bayangkan apa nan terjadi pada penderita asma di global ini. Padahal nan kita tahu ketergantungan mereka terhadap obat berbentuk inhaler ini cukup tinggi. Hal ini sebab obat inhaler mampu meredakan asma dengan cepat hanya dalam hitungan menit.

Memang, obat inhaler mengandung steroid. Akan tetapi jenisnya sangat berbeda dengan steroid nan biasa digunakan oleh para atlet buat memperbesar otot mereka. Jadi, jangan risi akan terjadi masalah jika selama ini Anda biasa mempergunakan obat inhaler seperti ini. Penelitian membuktikan, pemakaian jangka panjang sekalipun tak akan membuat timbulnya imbas nan berbahaya.

Mitos-mitos di atas sudah berkembang di masyarakat sejak lama. Banyak orang nan mempercayainya meski ternyata nyaris semuanya salah. Hal seperti ini dapat merugikan bagi penderita asma sebab mendapat informasi nan tak seksama dan keliru. Akibatnya lagi mereka mengambil langkah nan salah sehingga justru dapat merugikan dan memperparah kondisi penyakit mereka.

Bayangkan saja jika ada penderita asma nan enggan menggunakan inhaler lagi, bukankah itu sungguh rugi? Hal ini sebab dia tak akan mendapat obat nan bekerja dengan cepat seperti inhaler. Obat asma yang dapat menghilangkan penyakit ini memang tak ada.

Akan tetapi, bukan berarti penderitanya tak akan dapat hayati dengan baik seperti orang lain. Kenali pemicunya, pilih olahraga nan tepat, serta mengonsumsi obat nan tepat akan membuat asma menjadi lebih mudah dihadapi.