Tips Menangani Anak Remaja

Tips Menangani Anak Remaja

Semua orang dewasa niscaya pernah mengalami masa remaja, namun bukan berarti mereka lantas paham betul dengan berbagai sifat remaja nan kebanyakan cenderung labil. Kurangnya pengetahuan atau tak ada pemahaman akan sifat remaja inilah nan kerap menimbulkan akibat jelek dalam suatu keluarga.

Tidak sedikit anak remaja nan kemudian memberontak atau melakukan hal-hal jelek hanya sebab para orang tua tak memahami karakter dan sifat anak remaja mereka. Terkadang banyak pula nan tak tahu bagaimana cara menangani sifat remaja nan cenderung berubah-ubah, labil, dan kadang tak tertebak.



Mengenal Remaja

Remaja ini dapat di pahami dari Istilah nan berbeda, di Indonesia sendiri dapat saja mereka di sebut sebagai anak tanggung, anak kencur, dsb. Dalam bahasa pedagogi psikologi, adolescence atau remaja berasal dari kata latin “ Adoiescere “ nan berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Artinya masa remaja berada dalam periode transisi, yakni periode di mana tak dapat kembali ke titik awal, remaja secara fisik akan semakin matang, sinkron dengan penambahan volume otak, dan pertumbuhan lainnya.

Pertumbuhan itu terkadang di remehkan oleh orang dewasa nan sok sibuk, dan melupakan bahwa mereka memiliki remaja buat dapat di bimbing dan di kembangkan, di mana itu bukan tugas sekolah atau orang tua, melainkan pula masyarakat umum, sebab nan dapat di permasalahkan di sini ialah perkembangan sifat remaja sendiri secara psikologis.

Menurut Plaget, secara psikologis masa remaja ialah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tak lagi merasa dibawah taraf orang-orang nan lebih tua melainkan berada dalam strata nan sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak integritas dengan masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek afektif, kurang lebih berhubungan dengan masalah puber.

Termasuk juga perubahan intelektual nan mencolok. Transformasi intelektual nan khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannnya buat mencapai integrasi dalam interaksi sosial orang dewasa, nan kenyataannya merupakan cirri khas nan generik dari periode perkembangan ini ( Elizabeth. H, 1991 : 206 ).

Masa remaja merupakan periode krusial sebab terjadi perkembangan fisik nan cepat dan krusial disertai dengan cepatnya perkembangan mental. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian.

Tingkat perubahan konduite selama masa remaja sejajar dengan taraf perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik nan terjadi dengan pesat, perubahan konduite juga berlangsung dengan pesat.

Salah satu tugas pekembangan remaja nan tersulit ialah nan berhubungan dengan penyesuaian sosial atau berinteraksi. Remaja harus melakukan penyesuaian sosial dengan orang lain di luar lingkungan rumah , baik itu di sekolah maupun di masyarakat.

Havighurst ( Hurlock , 1991 : 209 ) mengemukakan beberapa tugas perkembangan sosial nan harus dicapai pada masa remaja , yaitu :

  1. Mencapai interaksi sosial nan lebih matang dengan teman - teman sebaya ( homogen maupun versus jenis ).
  2. Dapat menjalankan peran sosial menurut jenis kelamin masing- masing , artinya bisa menerima peran masing-masing sinkron dengan ketentuan nan berlaku di dalam masyarakat.
  3. Memperlihatkan tingkah laku nan secara sosial bisa dipertanggungjawabkan, artinya turut serta dalam kegiatan - kegiatan sosial sebagai orang dewasa nan bertanggung jawab, menghormati serta menghayati nilai sosial nan berlaku dalam lingkungan.


Batasan Usia Remaja

Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual mejadi matang dan berakhir saat ia mencapai kematangan usia secara hukum. Secara generik masa remaja dibagi menjadi 2 tahap, yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir.

Masa remaja awal berlangsung kira - kira dari usia 13 tahun sampai dengan 16 -17 tahun. Sedangkan masa remaja akhir bermula dari usia 16 tahun atau 17 tahun sampai dengan usia 18 tahun yaitu usia matang secara hukum ( Hurlock , 1991 : 206 )

Masa remaja ialah masa peralihan dari masa kanak- kanak ke masa dewaasa, bukan hanya dalam artian psikologis tapi juga fisik. Bahkan dalam perubahan fisik nan terjadi itulah nan merupakan gejala utama dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan psikologis muncul antara lain sebagai dampak dari perubahan-perubahan fisik itu. ( Sarwono, 2000 : 51 )

Namun ada pula nan berpendapat bahwa remaja ialah anak dengan usia sekitar 12 tahun hingga 20 tahun, namun batasan umur ini dapat bermacam-macam menurut beberapa psikolog remaja. Di usia-usia seperti itu, anak kerap mencari bukti diri diri. Tak sporadis mereka sengaja membentuk karakter dan sifat remaja dengan cara meniru orang lain.

Keluarga, teman, atau tokoh-tokoh eksklusif ialah beberapa contoh orang nan biasanya menjadi panutan para remaja buat membentuk suatu kepribadian. Hal inilah nan kadang kerap menjadi masalah, di mana mereka terkadang belum dapat memahami disparitas hal positif dan negatif.

Bayangkan bila mereka mencontoh figur nan salah, figur nan memiliki banyak sifat jelek dan negatif, hal ini tentu berakibat jelek pula bagi para remaja. Sayangnya, terkadang hal-hal negatif tersebut memang terlihat menyenangkan bagi para remaja sehingga mereka mencontohnya. Misalnya saja mengebut dengan motor, merokok, sering bermain saat belajar, dan lain-lain.



Tips Menangani Anak Remaja

Sifat remaja memang dipengaruhi oleh banyak hal, terutama oleh orang-orang nan ia kenal. Berikut ini ialah beberapa tips, khususnya bagi orang tua, buat menjaga agar anak remaja mereka tak terjebak pada hal nan negatif.

  1. Usia remaja memang usia nan mudah dipengaruhi, orang tua sebaiknya memahami hal ini. Tanamkan pendidikan moral sejak dini, pengaruhi mereka dengan hal-hal positif, sehingga ketika mereka menemukan sesuatu nan buruk, mereka sedikit dapat mengendalikan diri dan menolak hal jelek tersebut.
  2. Selalu jalinlah komunikasi dengan anak nan sedang menginjak usia remaja. Anak remaja ialah anak nan sangat membutuhkan perhatian. Berbeda dengan anak kecil, bila remaja tak dipedulikan sedikit saja, mereka dapat tersinggung, merasa dikucilkan, atau malah menjadi marah.
  3. Selain memahami sifat remaja, orang tua juga harus memahami kemampuan anak mereka. Misalnya, belajar monoton memang sangat bagus bagi pendidikan, namun kadang anak remaja cepat sekali merasa jenuh. Orang tua harus memahami hal ini dan jangan terlalu memaksa apabila anak sudah merasa tak mampu. Selingi mereka dengan hiburan, misalnya menonton televisi atau diajak berjalan-jalan ke suatu tempat.
  4. Tidak semua keinginan anak harus dipenuhi, terapkan pengertian ini pada anak remaja sehingga mereka tak menjadi manja. Bila mereka meminta sesuatu nan tak krusial atau dapat berakibat buruk, beri pengertian pada mereka bahwa itu merupakan hal nan tak baik. Sebisa mungkin katakan dengan sangat halus, jangan menolak dan melarang dengan kata kasar atau bernada bicara tinggi.
  5. Selalu awasi pergaulan anak. Orang tua harus ingat bahwa sifat remaja dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, termasuk pergaulan dengan teman-temannya. Mengawasi bukan berarti harus mengikuti ke manapun anak pergi. Namun orang tua berhak tahu siapa saja teman anak, ke mana mereka biasa pergi bermain, dan lain-lain.