Fenomena Hujan Lainnya Selain Hujan Katak di Jepang

Fenomena Hujan Lainnya Selain Hujan Katak di Jepang

Pernahkah Anda membaca warta seputar hujan katak di Jepang ? Sebelum kita membahas lebih jauh tentang hujan katak di Jepang, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu pengertian hujan nan sesungguhnya.

Fenomena hujan pada lingkungan hayati manusia merupakan hal nan lazim dan sering terjadi. Hujan nan turun menjadi sebuah berkah bagi umat dunia. Turunnya tetesan air nan atau berupa butiran es nan sering disebut salju ini terjadi sebab adanya proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir-butir air dan es nan cukup berat sehingga jatuh sampai ke daratan sebagai peristiwa nan disebut dan dikenal dengan hujan.

Sesuatu nan lumrah itu akan jadi fenomenal, aneh, dan sangat mencengangkan apabila nan terjatuh bukan air atau es, melainkan hewan. Kenyataan hujan hewan ini sudah ada dan terjadi yaitu ketika terjadi peristiwa hujan katak di Jepang.



Hujan Katak di Jepang

Hujan katak di Jepang ini terjadi pada bulan Juni 2009, sekitar tiga tahun nan lalu. Kenyataan ini sangat mengejutkan hampir seluruh penduduk nan tinggal atau nan kebetulan sedang berada di Jepang. Bahkan warta tentang hujan katak di Jepang ini menjadi perhatian seluruh penjuru global sebab keanehannya.

Katak nan berjatuhan dari langit, layaknya hujan ini sangat menggemparkan warga Jepang pada saat itu. Ribuan katak atau tepatnya anak-anak katak (kecebong) menghujani sebagian kota di Jepang, di antaranya yakni daerah Taiwa, Asahi, Nakanoto dan Kuki.

Banyak dari warga Jepang menghubung-hubungkan kejadian hujan katak di Jepang pada kejadian-kejadian mistis atau menghubungkannya pada cerita-cerita legenda nan ada di Jepang. Ada pula nan mengaitkan hujan katak di Jepang dengan ajaran-ajaran antik mereka dan ramalan-ramalan masa lalu. Perubahan cuaca nan ekstrem memungkinkan terjadi peristiwa nan cukup di luar nalar manusia.

Turunnya hujan katak di Jepang terjadi sekitar empat hari walau tak berturut-turut. Kenyataan nan tak lazim ini diperkirakan oleh para ahli sebab keadaan nan menunjukkan rendahnya suhu pada perubahan air bahari sehingga banyak hewan kecil terbawa ke atas ketika terjadi penguapan air. Hampir mirip dengan proses terjadi air hujan, hanya saja pada waktu itu nan terbawa ialah hewan katak dan menjadi hujan katak di Jepang.

Pada saat hujan katak di Jepang itu, hewan-hewan ini berukuran sekitar lima sentimeter dan terlihat benar-benar bentuknya sangat mirip dengan katak atau lebih tepatnya anak katak (kecebong). Tidak hanya anak-anak nan tertarik dengan jatuhnya katak-katak ini dari langit, namun banyak orang dewasa bahkan para manula nan ada di Jepang, mengkhususkan diri buat melihat hujan katak di Jepang ini dengan memotret katak-katak nan akhirnya bertebaran di jalanan, di atas mobil bahkan di atap rumah.



Hujan Katak di Jepang Menurut Ilmu Fisika

Pakar lain menyebutkan bahwa hujan katak di Jepang terjadi sebab adanya tornado nan melintas di sungai dan bahari nan ada di Jepang. Tarikan air dari tornado itulah nan menyebabkan tertariknya hewan katak ke atas dan disemburkan kembali ke bumi sebagai hujan sehingga atas dasar itu kenyataan hujan katak di Jepang bukanlah menjadi hal nan aneh. Pada ilmu fisika, angin tornado bisa terjadi ketika udara lembab nan panas bergerak ke atas medan udara dingin.

Fenomena angin tornado nan terjadi di Jepang ini menyebabkan naiknya kecepatan angin dan menciptakan imbas putaran horisontal dan menyedot apa pun nan ada di bagian bawah tornado. Udara terus naik dan membuat tarikan ke atas oleh badai guntur. Udara nan naik menyebabkan sebagian energi potensial buat memberi tenaga pada tornado. Kebanyakan tornado hanya melintas di daratan, tetapi tak sedikit juga tornado nan bergerak di atas air seperti sungai, danau atau lautan dan menciptakan semburan-semburan air beserta benda-benda nan ikut tertarik di bagian bawah tornado.

Kejadian hujan katak di Jepang kemungkinan terbesar ialah terbentuknya sebuah tornado kecil sebab hewan-hewan yag terseret naik ialah hewan-hewan nan bukan hayati pada kedalaman air sungai nan dalam. Apabila angin tornado nan terjadi itu ialah angin tornado nan sangat besar, maka akan ada kemungkinkan nan ikut tersedot ialah material-material lain nan ada di bahari dan di sungai, baik material nan ada di bagian permukaan maupun di bagian dalam bahari atau sungai tersebut.

Fenomena hujan katak di Jepang ini sebelumnya juga pernah terjadi di negara lainnya, yakni Meksiko, Serbia, dan Inggris. Namun sebab pada saat itu teknologi informasi belum secanggih sekarang, maka pemberitaan mengenai hujan katak di negara-negara itu tak terekspos secara luas.



Fenomena Hujan Lainnya Selain Hujan Katak di Jepang

Selain hujan katak di Jepang ini, masih banyak lagi kenyataan hujan lainnya nan cukup mencengangkan masyarakat dunia. Tidak hanya katak ternyata nan berjatuhan dari atas seperti hujan, namun ada pula hujan ikan bahkan pernah pula terjadi hujan ular.

Hujan ikan nan baru-baru ini terjadi ialah hujan ikan di Australia, tepatnya di daerah Lajamanu nan berada dua ratus mil dari pantai. Hujan ikan nan terjadi awal tahun 2010 nan lalu ini hampir sama dengan kejadian hujan katak di Jepang sebab menimbulkan kenyataan nan cukup mencengangkan dan mendapatkan perhatian sangat luas di seluruh dunia.

Bahkan menurut penduduk nan berdiam di wilayah Lajamanu, Hermannsburg, dan Maningrida ini, hujan ikan seperti ini sudah sering terjadi. Bahkan mereka sering kali berkumpul di sebuah lapangan sepak bola Australia ketika hujan ikan ini terjadi. Ikan-ikan nan berjatuhan pada hujan ikan di Australia ini ialah ikan nan dikenal dengan nama tengger kelip dan bentuknya ikan kecil berwarna putih.

Selain hujan katak di Jepang dan hujan ikan di Australia, masih ada banyak lagi hujan unik lainnya nan menjatuhkan hewan atau benda-benda tertentu. Seperti halnya nan pernah tercatat di dalam sejarah, seorang ilmuwan berkebangsaan Amerika pernah merekam ular-ular nan berjatuhan dari atas langit seperti hujan di wilayah Memphis, Tennessee sekitar tahun 1877. Ular-ular nan jatuh sebagai hujan ular tersebut memiliki panjang sekitar lima puluh senti meter.

Hujan tikus pernah terjadi di Norwegia, yaitu tepatnya di kota Bergen pada 1578. Hujan darah, hujan daging, hujan laba-laba bahkan ada pula hujan boneka kayu nan bagian kepalanya terbakar.

Fenomena hujan katak di Jepang dan hujan hewan atau benda-benda lainnya itu masih dipertahankan secara logika dengan teori fisika tentang tarikan nan terjadi dampak angin topan, angin puyuh atau angin puting beliung. Namun masih banyak pula orang-orang nan menghubungkan hujan katak di Jepang dan hujan hewan lainnya tersebut dengan hal-hal nan berbau magis.

Bahkan ada pula orang-orang nan langsung menghubungkan hujan katak di Jepang tersebut dengan pesawat luar angkasa atau pesawat alien nan sedang mengambil sesuatu di bumi buat dipelajari kemudian membuang kembali benda-benda dan hewan tersebut ke bumi.

Untuk bisa mengetahui secara jelas dan niscaya fenomena-fenomena nan terjadi sebagai hujan katak di Jepang dan hujan hewan lainnya ini, para ilmuwan harus terus melakukan penelitian dan kelak bisa memberikan hasil penelitiannya itu sebagai tambahan ilmu pengetahuan buat seluruh penduduk nan ada di seluruh dunia. Hal ini jelas sangat mungkin mengingat teknologi penelitian di berbagai negara di global akan terus berkembang dan menciptakan teori serta penemuan-penemuan baru.

Apa pun asumsi nan beredar di dalam masyarakat mengenai hujan katak di Jepang tersebut, sebenarnya kita sebagai manusia ini hanya bisa memuji kebesaran kuasa Sang Pencipta. Karena kekuasaannya itu pula, berbagai hal nan tidak mungkin dapat saja menjadi mungkin dan benar-benar terjadi.