Pelestarian Huruf Jawa

Pelestarian Huruf Jawa

Banyak nan tak sanggup belajar bahasa Jawa, terutama sebab huruf Jawa nan sulit dipahami. Tapi buat sebagian orang, huruf Jawa atau tulisan jawa ini sangat unik dan menantang buat dipelajari.



Berkenalan dengan Ha-Na-Ca-Ra-Ka

Susunan tulisan jawa ialah Ha-Na-Ca-Ra-Ka. Huruf Ha-Na-Ca-Ra-Ka ini terdiri dari 20 karakter. Terbagi dalam 4 baris nan setiap barisnya terdiri dari lima karakter. Tulisan jawa ini jika kita tulis dalam huruf latin berbunyi sebagai berikut:

  1. Baris pertama berbunyi : Ha-Na-Ca-Ra-Ka
  2. Baris kedua berbunyi : Da-Ta-Sa-Wa-La
  3. Baris ketiga berbunyi : Pa-Dha-Ja-Ya-Nya
  4. Baris terakhir : Ma-Ga-Ba-Tha-Nga

Asal usul tulisan jawa ini syahdan kabarnya ialah dari India Selatan. Usia tulisan jawa belum diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan dibawa masuk ke nusantara ribuan tahun nan lalu. Tulisan jawa mempunyai makna tersendiri. Arti huruf-hurufnya mengacu kepada cerita dalam global pewayangan.

Mari kita kupas baris per baris tulisan jawa nan sarat makna tersebut.

  1. ha-na-ca-ra-ka, maknanya : ada dua orang utusan atau duta
  2. da-ta-sa-wa-la, maknanya : mereke berselisih dan perang tanding
  3. pa-dha-ja-ya-nya, maknanya : mereka sama digdayanya
  4. ma-ga-ba-tha-nga, maknanya : keduanya mati

Dalam komunikasi sehari-hari penggunaan tulisan jawa ini sangat sulit ditemui. Ini disebabkan sulitnya menuliskan tulisan jawa. Namun, pengucapannya memang tidaklah sesulit menuliskannya. Tidak banyak orang Jawa nan paham bagaimana menulis tulisan jawa.

Salah satu contoh betapa susahnya penulisan tulisan jawa, misalnya penulisan vokal "a" dan vokal "o" berbeda, tetapi dalam pengucapan kedua vokal tersebut hampir sama dan bahkan sering tak dibedakan.

Misal ketika kita mengatakan kalimat "ada buku" jika kita tulis dalam huruf Jawa menggunakan huruf latin maka tulisannya ialah sebagai berikut: 'ana buku', tetapi dalam pengucapannya, dibaca 'ono buku'.



Pelestarian Huruf Jawa

Memang sudah selayaknya pihak terkait ikut melestarikan penggunaan tulisan jawa ini. Seperti pemerintah di kabupaten-kabupaten nan masuk dalam propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, mereka melestarikan tulisan jawa dengan cara memakainya dalam penulisan nama-nama jalan raya dan di ujung selatan jalan Malioboro terpampang tulisan jawa nan berukuran besar.

Dalam pemakaian nama jalan tulisan jawa ini ditulis di bawah nama jalan nan ditulis dalam huruf latin. Harapannya, masyarakat akan dengan mudah mendapatkan pengenalan tulisan jawa tersebut.

Cara lainnya ialah dengan memasukkan pelajaran bahasa Jawa ke dalam kurikulum sekolah-sekolah di DIY. Antusiasme masyarakat Yogyakarta khususnya dalam melestarikan tulisan jawa ini pun cukup besar. Ada beberapa pembisnis kaos oblong nan selalu menggunakan bahasa-bahasa atau istilah-istilah Jawa dalam mendesain kaos oblongnya.

Dagadu ialah salah satu merek dagang nan dinilai ikut memberi kontribusi dalam pelestarian tulisan jawa. Taktik Dagadu ini sangat unik dan komunikatif. Alhasil, Dagadu sudah menjadi simbol Yogyakarta. Nama Dagadu sendiri diambil dari tulisan jawa juga. Arti Dagadu sebenarnya ialah "matamu". Inilah gaya bahasa kreatif anak muda Yogya nan membolak balik baris tulisan jawa menjadi sebuah kata nan menarik.

Hal di atas memang sebuah hal positif nan diberikan sebagai sumbangan generasi muda jawa buat pelestarian tulisan jawa itu sendiri. Namun memang dalam usaha pelestarian ini, masih harus terus buat digencarkan. Berikut ialah beberapa hal nan telah dijalankan sebgai usaha buat melestarikan tulisan jawa nan ada di tengah masyarakat Jawa.

1. Memasukan mata pelajaran bahasa Jawa sebagai muatan local nan ada di sekolah dasar dan sekolah menengah.

Usaha pelestarian tulisan jawa memang telah dilakukan dengan sebenar-benarnya. Usaha ini tidak lagi disebut sebagai usaha nan main-main atau sekedarnya. Bahkan pemerintah sendiri terutama pemerintah daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah memiliki kepedulian terhadap hal ini.

Terbukti dengan dimasukannya mata pelajaran bahasa jawa ke dalam kurikulum nan ada di sekolah dasar dan sekolah menengah nan ada di wilayah Jawa. Hal ini memang buat menjaga agar generasi mudah di masyarakat Jawa tetap mengenal bahasa Jawa.

Dengan dimasukannya bahasa Jawa di kurikulum sekolah maka akan sangat dimungkinkan terbuka lebarnya kesempatan bagi ara murid SD dan SMP buat mempelajari bahasa Jawa ini. Karena dimana lagi mereka akan diperkenalkan dan mempunyai kesempatan buat belajar bahasa Jawa kalau tak di sekolah? Apakah ketika mereka berada di rumah aka nada agunan bahwa orang tua mereka akan membuat mereka bisa mempelajari bahasa Jawa ini?

Maka dari itu, dengan dimasukannya bahasa Jawa pada kurikulum sekolah maka akan membuat para murid mau tidak mau turut buat melestarikan bahasa Jawa ini. Mereka akan mempelajari bahasa Jawa secara formal di bangku sekolah.

Walau pun mata pelajaran bahasa daerah atau bahasa jawa ini hanya diberikan paling tak dua jam pelajaran dalam satu minggunya namun asa buat pelastarian bahasa jawa ini sangatlah besar tergantung pada adanya mata plajaran in di sekolah.

Usaha pelestarian ini pun tidak selalu menemui jalan mulus. Ada beberapa rintangan nan berada di jalan usaha pelestarian ini. Mata pelajaran bahasa jawa ini terkadang dinilai tak terlalu berharga dan patut buat tetap diadakan dibandingkan dengan mata pelajaran muatan local nan lain.

Sebut saja muatan local computer atau PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup). Muatan local ini sering menggeser pamor dari mata pelajaran bahasa jawa di sekolah. Sehingga memang mata pelajaran ini tampak sedikit dipinggirkan.

Salah satu tujuan dimasukannya mata pelajaran bahasa jawa ini ke dalam kurikulum sekolah ialah buat menanamkan rasa cinta generasi muda kepada bahasa jawa khususnya dan budaya jawa pada umumnya. Namun tidak sporadis tujuan ini sangat sulit buat dicapai.

Karena banyak anak muda nan menganggap bahasa jawa ialah pelajaran nan sulit. Dengan ini bukanlah kecintaan nan tumbuh malah nan tumbuh ialah rasa tak suka sebab kesulitan ini. Hal ini tentunya harus menjadi sebuah kajian nan lebih mendalam lagi. Agar tujuan pelestarian bahasa jawa dan budayanya bisa tercapai.

2. Memasukkan materi tulisan jawa sebagai salah satu materi nan ada di mata pelajaran bahasa daerah atau bahasa Jawa. Hal ini memang perwujudan konkret mengenai pelestarian tulisan jawa ke tengah-tengah kehidupan generasi muda kita.

Dengan ini, para generasi muda akan tetap bisa mengenal dan mempelajari bahasa jawa dengan tulisan jawanya. Dan dengan ini pula mereka para generasi muda akan tetap dekat dengan tulisan jawa sebab mereka tetap mempelajarainya di bangku sekolah. Terutama hal ini akan tetap melakat di hati dan pikiran mereka sebab pelajaran bahasa jawa ini ada sejak mereka berada di bangku sekolah dasar hingga bangku sekolah menengah. Sehingga pemahaman tentang bahasa jawa ini akan tetap ada di dalam jiwa mereka.

Namun, upaya pelestarian ini juga menimbulkan masalah. Keinginan memasukan bahasa jawa ke kurikulum sekolah ialah dengan maksud agar para generasi muda tetap bisa mencintai bahasa jawa mereka. Dalam penerapannya, tujuan ini tidak selalu mencapai keberhasilan.

Penyampaian bahasa jawa bisa dinilai oleh para generasi muda tak terlalu muda buat dipahami. Bahkan ada beberapa dari mereka nan menganggap bahwa mata pelajaran ini ialah mata pelajaran nan dinilai sulit.

Ada bagian nan tidak mudah buat dipahami oleh mereka. Terutama dalam penggunaan tulisan jawa dan penerapannya. Banyak nan menilai bahwa bagian ini ialah bagian nan sulit dan tidak terlalu mudah buat dipahami oleh mereka.

Dengan fenomena bahwa hal ini justru menimbulkan kesulitan dalam pembelajaran maka hal ini justru akan membuat para generasi muda kita merasa tidak menyukai mata pelajaran ini. Mereka terkadang cenderung buat meinggalkan mata pelajaran bahasa jawa ini.

Jarang digunakannya bahasa jawa terutama bahasa krama alus nan biasa dipakai buat menghormati nan lebih tua dan memang biasanya dalam pelajaran bahasa inilah nan diajarkan sehingga siswa sebagian besar tak mengerti dengan apa nan diajarkan.

Sebenarnya hal ini merupakan suatu kemunduran nan dialamai oleh peradaban suatu bangsa dimana bangsa itu sendiri lupa akan bahasanya. Seperti penggunaan bahasa jawa nan memang sekarang lebih banyak didominasi oleh penggunaan bahasa Indonesia. Dengan demikian lama kelamaan bahasa nan biasa digunakan oleh masyarakat jawa ini akan punah seiringnya dengan waktu.

Itulah beberapa hal nan ada dalam huruf jawa dan setiap usaha pelestariannya.