Menumbuhkan Semangat

Menumbuhkan Semangat

Kasih seorang ibu ialah jalan mulia nan abadi. Sore itu hari masih cerah, saat seorang ibu (68 tahun) nan telah menginjak usia senja menatap layar televisi dengan penuh rasa ingin tahu.

“Apa itu?” katanya pada sang anak.

Sang anak nan duduk di sebelahnya, kemudian menjawab, “Itu badut, Ma,” jawabnya.

Tidak berselang beberapa menit kemudian, sang ibu kembali bertanya, “Apa itu, ya?” kata sang ibu tak memperhatikan aktualisasi diri sang anak.

Sang anak kembali mengulang jawabannya. Saat sang ibu bertanya pada kali kelima, sang anak menjawab sembari berekspresi marah.

“Masya Allah. Mama, berkali-kali tadi, aku udah bilang. Itu badut, Ma!” katanya keras kemudian beranjak ke kamarnya.

Saat di kamar sang anak kemudian meraih buku resep sang ibu nan diberikannya sekitar tiga hari kemarin. “Sebaiknya, pakai resep apa ya untuk besok?” katanya seraya membuka buku resep.

Setelah menekuri beberapa macam resep nan tertera di dalam buku catatan tersebut, mata sang anak pun tertarik buat membaca sebuah catatan tangan khas dari sang ibu.

“Rasanya senang hari ini. Anakku telah berusia 3 tahun. Ia sangat aktif dan seringkali bertanya. Saat ia melihat badut sirkus nan sedang bermain di televisi ia berkata, “Apa itu, Ma?” tanya anakku.

Lalu kujawab, “Itu ialah pertunjukan badut, Sayangku” jawabku. Ternyata anakku bertanya hingga 17 kali. Dan saya menjawabnya dengan sabar. Aku yakin, dengan kesabaranku ini anakku akan menjadi anak nan cerdas dan sehat.”

Saat itu juga sang anak menangis melihat catatan tersebut. Betapa mulia kasih seorang ibu. Seharusnya, sebagai ibu, ia dapat memuliakan ibunya nan sudah sepuh.

Fragmen seperti ini banyak kita temukan di dalam kehidupan. Seorang ibu nan telah beranjak usia senja seringkali menjadi lebih pelupa, seringkali sedih apabila mendapatkan perlakuan kasar dari lingkungan sekitarnya, dan sering pula mengalami rasa kesepian.

Apakah kita pernah melakukan hal seperti ini? Sebenarnya maksud hati ialah berbakti kepada kedua orang tua , utamanya pada ibu. Ternyata, nan terjadi malah kita seringkali menyakiti hatinya. Kita malah mengukurnya dengan baku kenyamanan nan kita inginkan.



Memahami Sudut Pandang Ibu

Ketika seorang ibu telah memasuki usia senjanya, memang banyak nan berubah di dalam hidupnya. Sang ibu tak lagi muda, dan trengginas seperti dulu. Justru di sinilah tantangannya. Bagaimana agar seorang anak dapat memuliakan kasih seorang ibu nan telah dirasakannya sejak kecil.

Mungkin kita dapat mengingat bagaimana sabarnya sang ibu saat menghadapi kita nan masih kecil. Bagaimana mereka dapat maklum dengan kenakalan kita di masa kecil. Kini, saat usia ibu telah beranjak senja, harusnya pencerahan semacam ini kita bangun.

Saat orang tua telah menjadi semakin tua, maka kebutuhannya pun cukup berbeda. Jika dulu sang ibu dapat melimpahkan afeksi secara berlebih kepada anak.

Kini ia berbenturan dengan berbagai kendala. Seperti tua, pikun, sakit-sakitan, dan lain-lain. Semua ini tentunya akan membuat seorang ibu menjadi lebih sensitif dari sebelumnya.

Menurut para ahli, saat ibu telah senja, maka kebutuhan terbesarnya ialah perhatian nan cukup dari anak-anak. Pun manakala sang ibu telah pikun, ia tetap membutuhkan anak-anak dengan baik.

Ia membutuhkan sosok nan perlu diajak diskusi. Misalnya saja ialah teman buat ngobrol, berbagi pendapat, juga sekedar buat bertanya kabar saja. Apabila ibu telah mengalami pikun, maka kebutuhannya juga semakin besar.

Ia akan lebih membutuhkan donasi fisik buat melakukan aktivitasnya sehari-hari. Contohnya ialah buat makan sendiri mungkin orang tua telah sangat kesulitan.

Maka sebagai anak, kita harus telaten buat menyuapi. Seringkali kemudian, ibu nan telah beranjak senja ini malah lupa mengunyah, sehingga perlu diingatkan.
Hal ini terkadang cukup sulit.

Namun, kembali lagi kita mengingat bagaimana kasih ibu telah mampu memberikan kepada kita kenyamanan dalam hidup. Membesarkan kita dari kecil hingga dapat mandiri. Keinginan orang tua saat sepuh ialah mereka ingin diperhatikan dengan baik dan cara nan wajar.

Seharusnya pemakluman nan ada kita berikan. Ibu telah menua, sehingga organ-organ tubuhnya tak dapat berfungsi dengan baik, sehingga ia sangat membutuhkan bantuan.

Diberi maaf sesering mungkin, sebab fisik nan telah menurun. Sekali lagi, ini bukanlah keinginan orang tua, melainkan memang sudah proses alamiah nan tak dapat ditolak. Kelak di kemudian hari pun kita akan mengalami hal nan serupa.



Menguatkan Sisi Spiritual Ibu

Masa antara usia 60 hingga 70 tahun ialah masa-masa nan paling akhir. Masa ini sebaiknya dilewatkan dengan ibadah kepada Allah semata. Sesungguhnya, tak ada lagi nan lebih krusial daripada hal ini.

Memperbanyak ibadah kepada Allah, akan menguatkan sisi spiritual seorang ibu nan telah senja. Tetapi, sayangnya memang tak banyak para ibu lansia nan kemudian dapat beribadah dengan cara nan maksimal.

Para ibu lansia nan sedang sakit, kemungkinan masih kesulitan buat bisa beribadah dengan khusyuk, atau bahkan tak mengerti bagaimana caranya beribada dalam keadaan sakit.

Para lansia nan telah pikun dapat jadi berpikir telah beribadah padahal kenyataannya ialah belum. Sedangkan di sisi lain, adapula lansia nan tak dapat membaca Al-Qur’an. Lalu bagaimana dengan bakti kita pada beliau?

Kasih seorang ibu tak akan dapat dibayar dengan lunas oleh sang anak. Sebab itu, di kala usia ibu telah beranjak senja, kita berkewajiban buat membimbing beliau.

Walaupun memang, kematian tidaklah memandang usia, namun sebagaimana sebuah hadis, Rasulullah Saw. menyatakan bahwa usia tersebut lebih dekat kepada kematian.

Tentunya, kita menginginkan agar ibu mendapatkan khusnul khatimah di hari akhirnya. Sebab itulah, selain kita berupaya buat selalu mendoakan beliau, tentunya harus pula diiringi dengan bimbingan nan telaten kepada kedua orang tua kita kelak.



Menumbuhkan Semangat

Agar kita dapat memuliakan kasih ibu , maka berilah beliau kegiatan nan positif sehingga beliau dapat berinteraksi lebih banyak kepada orang-orang di sekitarnya.

Misalnya, menemani orang tua buat dapat berolahraga di pagi hari, mengajak beliau buat akif dalam kegiatan keagamaan dan lain-lain. Dapat membuat beliau buat aktif dalam kegiatan positif akan membuatnya semakin bersemangat di dalam hidup.



Berbagi Tanggung Jawab

Memang, harus diakui bahwa merawat seorang ibu nan telah sepuh menjadi kesulitan tersendiri. Kadang sang anak akan kewalahan dengan tanggung jawab tersebut.

Adanya keterbatasan waktu, tenaga, pikiran, dan berbagai macam hambatan akan membuat seorang anak tak bisa maksimal dalam melayani orang tua. Untuk mencari jalan keluar, sebaiknya ada kolaborasi antara saudara kandung.

Adik dan kakak perlu sekali mencari cara agar bisa berbagi tugas buat merawat orang tua. Sine qua non pembagian tugas nan cukup adil, jadwal kunjungan, dan pemberian donasi finansial kepada beliau.

Terkadang, sangat sulit buat mencari titik temu. Namun, dapat diusakan apabila masing-masing anggota keluarga memiliki tanggung jawab dan sikap nan legowo.

Sebab, buat membicarakan hal ini sebenarnya sangatlah sulit. Maka, kita membutuhkan kelapangan hati dan pikiran buat lebih berbakti kepada ibu di usia senjanya.